sudah tau?

849 48 2
                                    

Di meja makan sekarang tampak hening semua seakan menutup mulut mereka Raka? Anak itu sudah sembuh dari demam nya kemaren, awalnya ia di paksa istirahat di kamar saja nanti sarapannya akan di antarkan, namun! Huh yang namanya Raka pemuda kepala batu.

Kalau di tanya kenapa di sana hening? Karna si pengoceh sedang baterai habis, dan di karenakan mulutnya sedang malas untuk berbicara karna tenggorokannya sedikit sakit akibat radang.

Tetapi suasana di pagi ini berbeda di hari hari sebelumnya karna di meja makan itu kini bertambah porsenil orang lagi yang tak lain.. yah kalian bisa menebaknya sendiri. Raka? Anak itu terlihat biasa saja tidak merespon apapun, apakah ia sudah tau? Sebenarnya ia sudah tau dari lama namun memilih abai karna nanti juga akan terbongkar sendiri.

Semua pasang mata menatap ke arah Raka yang sedang memejamkan mata entah karna apa. Amelia yang melihat itu berinisiatif bertanya
"Em Raka kenapa apakah makanannya gak enak" agak canggung karna sudah lama tidak bertemu anaknya, tapi ia bertekad untuk mendekati putra ketiganya ini karna ini adalah satu satu nya kesempatan terakhir.

Raka hanya menggelengkan kepala tanpa berniat menjawab atau sekedar menatap wajah yang penuh berharap itu. Tenggorokannya sakit untuk berbicara dan lagi pun sudah ia katakan bukan, melihat wajah dari kejadian masa lalu yang sampai membuatnya trauma dan rasa kecewa itu masih membekas walau hatinya meski kata maaf sudah keluar dari mulutnya.

Amelia mnghela nafas memaklumi, ia menatap suaminya yang juga ikut menatapnya. Leonard menggelengkan kepala nya sebagai tanda 'biarkan saja dulu' sampai suara decitan kursi bergeser mengalihkan pandangan mereka.
"Aku selesai" Raka melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya berada, Erik yang akan mengejarnya tak jadi jika tangannya tidak di tahan oleh Leonard sambil menggelengkan kepala.

Di dalam kamar;
Raka membaringkan tubuhnya yang terasa lemas dan mungkin suhu tubuhnya naik lagi, karna ia merasakan hawa panas dan rasa pusing itu kembali menyerangnya, otaknya lelah untuk berpikir untuk melihat keadaan huh.

Dering ponsel membuat ia menolehkan perhatiannya di atas nakas di mana ponselnya berada,

"HM"
"....."
"Kagak bisa gue"
"....."

"Gue sakit, lemes semua no badan kagak bisa di ajak kompromi"
"....."

"Anjing Lo, gue kan manusia pasti bisa lah goblok"
"....."

"Si Andre kan bisa gantiin gue"
"....."

"CK, bacot Lo kan ada tugas Lo apaan kalau gini aja Lo serahin ke Andre"
"....."

"CK, gue lagi sakit pun suruh Lo mikir otak gue juga butuh istirahat monyet"
"....."

"Serah pokoknya yang gantiin gue Andre, urusan Andre Lo yang selesein gue kagak mau tau"
"..
"HM"

Tut

"Huh ni kepala kenapa kagak bisa diem sih rewel mulut dari tadi" tangannya terkepal memukul mukul dahinya sungguh sakit sekali,

"Kaka jangan di pukul gitu tambah sakit nanti" entah sejak kapan Erik masuk ke kamarnya, Raka menghiraukan omongan Erik sampai tangannya di cengkal oleh adiknya di gantikan dengan pijatan lembut yang membuatnya nyaman sampai hampir tertidur jika saja telinganya tidak mendengar suara pintu terbuka, Raka termasuk anak yang mudah sekali terbangun jika dalam keadaan sakit.

"CK, ganggu aja" ia memejamkan matanya masih menikmati pijatan lembut dari Erik, ternyata yang masuk adalah Delton sambil membawa tampan berisi obat,

"Bangun dulu minum obatnya baru tidur lagi" Raka hanya melirik sekilas tanpa minat, Erik memaksa kakanya duduk dengan bersender pada lengan kirinya, sedangkan tangan kanannya meraih obat yang sudah di siapkan oleh Delton di Sendok yang sudah di gerus,

"Buka mulutnya" menurut Raka membuka mulutnya, rasa pahit menyebar di lidahnya saat akan memuntahkan ia sudah di cekoki air putih, air matanya menetes Karena rasa pahit itu, siap untuk menangis namun matanya terasa lebih berat memejamkan mata sambil menikmati elusan lembut di dadanya dari Erik.

15 menit kemudian dengkuran halus terdengar, dengan hati hati Erik memindahkan kakanya di bantala supaya tidak sakit lehernya ketika bangun nanti, ia menyelimuti Raka sebatas dada mengatur AC agar pas dan membereskan nampan obat tadi, Delton menyaksikan semua yang di lakukan adik bungsunya itu, sempet heran nurut sekali Raka tadi saat di suruh Erik membuka mulutnya.

"Why did Raka obey you when you told him to open his mouth but cried when the medicine was in his mouth?"
Raka menggeliat tak nyaman mendengar suara Delton padahal pemuda itu bisa di katakan berbisik saat ngomong tadi, huh sudah di bilang bukan Raka itu sensitif sekali saat sedang sakit.

"Let's just talk outside"

Setelah keduanya keluar meninggalkan kamar Raka kini Delton dan Erik sedang bersantai di ruang keluarga.
"You didn't say that before"
"What?"
"The question I asked was in Raka's room earlier."
"Ouhh, My brother is like that, he will obey when taking medicine because he realizes that pain is unpleasant and the cure is medicine, but he hates medicine because of its bitter taste.That's why if the medicine has entered his mouth, he must immediately give him water so that he doesn't get scalded."

Delton mengangguk angguk saja meski penjelasan Erik agak berbulat bulat. Sebenarnya bukan hanya ada dua orang itu saja di ruangan itu melainkan semua orang berkumpul di sana, mereka ingin menghabiskan waktu seharian dengan Raka tetapi yang akan di manjakan sedang terserang demam.

"mommy will see your little brother" Amelia berdiri di ikuti Leonard di belakangnya,
"Don't disturb my brother, he's just fallen asleep." Teriak erik namun tak di pedulikan oleh sepasang kekasih itu.

Bersambung...

Maaf ya agak membuletkan tapi tenang it s ok yang penting aku up gpp kan🥺😄

See you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang