Prolog

204 13 1
                                    

Ada seorang pria berkulit Tan yang sedang duduk di teras masjid melihat beberapa santri yang melintas didepannya sambil membungkuk.

"Assalamualaikum" salam seorang pria sambil berlutut.

"Waalaikumsalam" Jawab pria berkulit Tan.

"Punten Gus, Umi ningalina" Ucap pria itu.

"Oh iya, nanti saya kesana" Jawab pria berkulit Tan lalu pria yang berlutut tadi salam dan pergi.

Pria berkulit Tan bangkit dari duduknya lalu pergi menghampiri orang yang dimaksud pria tadi.

"Assalamualaikum" Pria berkulit Tan memasuki kamar seseorang yang tidak dikunci.

"Waalaikumsalam, sini a" Ucap wanita berniqab yang sedang duduk dipinggir kasur.

"Ada apa umah?" Tanya pria berkulit Tan.

"Ini kamu tolong ke pasar ambilkan ayam, beras, minyak, Indomie, sama nanti kamu ke tukang sayur juga ya" Ucap wanita yang dipanggil umah tadi oleh pria berkulit Tan.

"Ambil ayamnya dimana umah?"

"Itu di warung Bu Siti, nanti masuk aja bilang mau ngambil pesanan umah untuk santri"

"Trus beli sayur, sayur apa umah?"

"Cabe merah, cabe hijau, brokoli, sama tomat aja. Sepuluh kilo sepuluh kilo ya soalnya untuk nyambel"

"Oke umah, AA ambil kunci motor dulu ya"

"Pakai mobil aja a, banyak banget soalnya. Nanti mobilnya taruh depan aja jangan dimasukin ke pasar"

"Oke umah, AA berangkat. Assalamualaikum" pria berkulit Tan menyalami tangan umahnya lalu pergi mengambil kunci mobil.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab umah.

Pria berkulit Tan mengendarai mobilnya menuju pasar, namun sebelum ke pasar pria berkulit Tan menghampiri rumah temannya dulu.

Sekarang ada dua pria berkulit Tan didalam mobil, namun teman pria berkulit Tan jika disandingkan dengannya kulitnya lebih putih.

Pria berkulit Tan melajukan mobil menuju pasar, lalu memarkirkan mobilnya di tempat parkir pasar yang sudah disiapkan. Setelah itu ia segera memasuki pasar.

Tujuan pertama pria berkulit Tan yakni membeli sayur pesanan umahnya. Setelah selesai ia baru pergi ke warung Bu Siti untuk mengambil pesanan umahnya.

"Assalamualaikum Bu" sapa pria berkulit Tan memasuki warung tersebut.

"Waalaikumsalam. Rék meuli naon?" Tanya si ibu warung.

"Ini disuruh ambil beras, minyak, ayam, sama Indomie untuk santri disuruh umah" Ucap pria berkulit Tan.

"Oh anaknya kiyai Kenzo ya? YaAllah kasep pisan tong" Ucap si ibu warung sambil memegang-megang lengan pria berkulit Tan yang masih tertutup baju.

"Iya Bu, jadi dimana ya pesanan umah?" Tanya pria berkulit Tan sambil menjauhkan tubuhnya dari si ibu warung.

"Sakedap, abdi nyandak heula" Setelahnya siibu warung masuk untuk mengambil pesanan milik umah si pria berkulit Tan.

"Ieu sadayana parantos dibayar ku ustadzah " Ucap si ibu warung.

"Oh iya Bu, terimakasih. Saya bawa separo dulu ya" ucap pria berkulit Tan mengambil beberapa kardus Indomie yang disusul oleh temannya.

"Saha yeu Bu? Kasep pisan atuh" Tanya seorang pria ke si ibu warung yang sempat membuat pria berkulit Tan berhenti hingga tak sengaja menabrak seorang pria pendek didepannya.

Langkah Yang Berbeda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang