04 - How to Breathe

3.5K 400 44
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tidak ada yang berubah.

Shaka mematut dirinya sendiri di depan cermin full body. Wajahnya masih terlihat pucat, kantung mata yang semakin membesar, pun helaan napas berat yang terdengar. Menyedihkan sekali, Shaka mengejek dirinya sendiri.

Shaka tidak mau berharap lebih. Saat turun ke lantai dasar dan melihat keluarganya sudah berkumpul di meja makan, anak itu lebih memilih berangkat sekolah dibanding mengisi kursi kosong yang tersedia disanaㅡikut menyantap masakan Jia sebagai pembuka hari.

Beralasan bahwa Gavian sudah menunggunya, nyatanya Shaka hanya tidak mau memperkeruh suasana. Sudah lama sejak kakak-kakaknya, pun sang Ayah sarapan bersama Bunda. Shaka tidak mau egois, biarlah ia mengalah untuk kali ini. Walaupun dalam hati kecilnya, anak itu sangat ingin bergabung dalam momen hangat seperti itu.

"Gue 'kan udah bilang pake jaket tebel." Gavi melepaskan helm yang sudah ia kenakan, memindai penampilan Shaka dari atas sampai bawah. "Kalau pake cardigan tipis gitu percuma, tetep kerasa dingin." Lanjutnya.

Remaja 17 tahun bernama Shaka itu hanya terdiam. Ia tahu ia salah karena tidak menuruti perkataan Gavian, tapi untuk kembali ke dalam rumah, rasanya ia tidak bisa. Hingga lamunan Shaka terpecah oleh sesuatu yang disampirkan pada pundaknya, anak itu mengalihkan pandangan.

"Pake jaket gue aja. Gue pake kaos tambahan kok di dalem seragam," ucap Gavi. Anak itu kembali mengenakan helmnya, disaat Shaka termangu beberapa saat atas perlakuan yang ia terima barusan. "Ayo naik, nanti kita telat."

***

Motor itu melaju dalam kecepatan sedang. Gavi tidak berbohong saat mengatakan udara pagi hari ini akan terasa dingin sekali. Namun, alih-alih Gavi merasa kedinginan hanya dengan seragam berlapis kaos tipis, justru Shaka yang menggigil dibelakangnya.

Giginya bergemeletuk. Efek kambuh semalam membuat suhu tubuh Shaka agak naik saat bangun tadi, apalagi pagi ini ia belum minum obatㅡmengingat belum ada sedikitpun makanan yang masuk. Ia mulai merutuki kebodohannya bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Sha? Shaka?" Panggil Gavi berulang kali, ia melakukan itu karena merasa tidak ada tanggapan sama sekali dari seseorang yang ia bonceng. Entah Shaka sedang melamun atau apa, Gavi tidak tahu.

"Eh? Kenapa Gav?" Sahut si penumpang, suaranya agak meninggi. Gavi terkekeh pelan, Shaka mungkin mengira ia kesulitan mendengar karena teredam helm. Padahal suara pelan pun masih bisa terdengar, toh jarak mereka tidak sejauh itu.

"Lo udah sarapan belum?" Tanya Gavi, suaranya otomatis ikut meninggi. Tidak ada jawaban dari Shaka. Anak itu ragu untuk berkata jujur, sekalipun sekarang rasa lapar sudah membuat perutnya tidak nyaman. "Udah sarapan belum, Sha?" Gavi kembali mengulang pertanyaan.

Blue Butterflies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang