16 - Forgetting You (1)

2.2K 257 10
                                    

[ ⚠ ]
Flashback.

"Namaku Gavian, panggil aja Iyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Namaku Gavian, panggil aja Iyan."

Sebuah tangan terulur tepat di depan wajah Shaka. Seorang anak laki-laki yangㅡsepertinyaㅡseusia dengannya tiba-tiba datang menghampiri kemudian memperkenalkan diri, padahal Shaka tengah asyik menatap sekitar sembari duduk di atas rumput.

"Kamu gak bisa bicara, ya?" Anak bernama Gavian itu kembali bersuara. Uluran tangannya tak kunjung mendapat balasan, Shaka hanya menatap kearahnya tanpa ekspresi. "Atau aku ganggu kamu? Maaf, ya, aku pergi dulu kalau begitu."

"Tunggu!" Shaka berteriak tepat setelah Gavian memutar tubuhnya hendak beranjak dari sana.

"Kamu ternyata bisa bicara."

"Bisa kok ..."

"Terus kenapa gak mau memperkenalkan diri?" Gavian lantas berjongkok, ia sedikit menjauhkan bola yang semula ia bawa. Tanpa alasan, anak itu semakin mendekatkan wajahnya dengan milik Shaka. "Wajahmu pucet banget, kamu sakit? Sakit parah?"

Cerewet sekali. Itulah kesan pertama Shaka pada Gavian. Entah karena dirinya yang tidak terbiasa dengan sikap seperti ini, walaupun Jia sama cerewetnya, tapi Gavian berhasil membuat Shaka tidak nyaman. Maniknya sudah mulai berkaca-kaca, ia rasanya ingin segera kembali ke kamar.

"Eh? Jangan nangis! Aduh, gimana ini ... Aku bukan orang jahat kok!" Gavian kemudian menarik lengan hoodie-nya dan menunjukkan gelang khusus yang ia kenakan. Mirip-mirip seperti yang Shaka pakai. "Lihat! Aku juga pasien disini, aku juga sakit seperti kamu."

Mendengar hal itu membuat Shaka sedikit lebih tenang, entah mengapa. Walaupun benar jika anak didepannya juga sama-sama pasien, tapi Gavian terlihat lebih sehat? Ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi Gavian memang tidak terlihat seperti orang sakit.

Tidak seperti dirinya. Shaka bahkan selalu ingin menangis saat bercermin. Melihat tubuhnya begitu kurus itu tenggelam dibalik piyama kebesaran, belum lagi beberapa bekas kebiruan akibat terlalu banyak prosedur injeksi yang ia terima. Shaka jadi minder dibuatnya.

"Sudah lebih tenang? Kamu suka susu? Aku punya susu, tadi Ibu bekali aku dua kotak." Gavian kemudian merogoh saku hoodie-nya. Benar saja, ada dua kotak susu berukuran kecil dari sana. Satu rasa cokelat, satunya lagi rasa stroberi. "Kamu suka rasa apa?"

Walaupun masih ada keraguan dan ketakutan dalam hati Shaka, sebab ini pertama kalinya ia berinteraksi dengan orang lain yang sebaya dengannya. Namun, pada akhirnya ia tetap menerima tawaran tersebut. "Stroberi, aku suka ..."

Blue Butterflies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang