Lagu Rekomendasi
With My Tears - Whee Inㅡ
Bangun pagi dengan rasa sakit bukan lagi hal asing bagi Gavi. Kepalanya terasa berdenyut sakit, rasanya berat sekali untuk sekadar mengubah posisi menjadi duduk. Terkadang, jika sudah tak kuasa menahannya, Gavi akan mengalah saja.
Tapi, kali ini ia tetap beranjak dari ranjang. Membersihkan tubuh, mengenakan seragam, dan bersiap turun ke bawah untuk sarapan. Namun, sebelum melangkah keluar dari kamar, sejenak Gavi melirik ke arah balkonnya yang terbuka.
"Shaka sekolah gak ya hari ini?" Tanyanya dalam hati.
***
Sejak penyakitnya hadir kembali, Radi maupun Maya menjadi lebih protektif. Gavi tidak diizinkan membawa kendaraan sendiri, walaupun ia seringkali diam-diam melanggar peraturan. Saat ini, di dalam mobil milik sang Ayah, keheningan tercipta di antara keduanya.
Entah sudah berapa lama mereka jadi lebih sering mendiamkan satu sama lain. Gavi masih belum sepenuhnya menerima fakta tentang hubungan Radi dan Jia, tapi ia tetap mau berada satu mobil dengan sang ayah. Meskipun sepanjang perjalanan tidak ada obrolan seperti dulu lagi.
Diam-diam Gavi memperhatikan wajah Radi yang tampak murung. Pria itu beberapa kali menghela napas, entah mengapa, tapi cukup membuat Gavi penasaran. Sayangnya, ia terlalu gengsi untuk bertanya, bahkan pada seseorang yang ia sebut Ayah.
"Nanti Ayah jemput seperti biasa. Obatnya jangan lupa diminum, jangan makan sembarangan juga, ya," ucap Radi memberi bekal nasihat. Setelah memastikan putera sulungnya masuk ke dalam area gedung sekolah, sejenak Radi menyandarkan punggung pada kursi.
Dengan kedua tangannya, ia usap kasar wajah itu. Menahan sesak sejak tadi bukanlah hal mudah. Setiap kali melihat wajah Gavi, selalu terlintas rasa takut kehilangan. Radi tahu semuanya tidak akan kembali seperti dulu, tapi ia berharap bisa memperbaikinya.
Sekecil apapun kesempatan yang tersisa.
***
Pagi ini Gavi tiba lebih awal di sekolah. Koridor masih sepi, hanya beberapa siswa yang terlihat di depan kelas mereka, selebihnya masih kosong. Gavi sempat mengira ia akan kebosanan di dalam kelas sendirian. Tapi, ternyata Shaka sudah menempati bangkunya sekarang.
Anak itu tengah menatap keluar jendela, hingga suara decitan pintu yang dibuka lebih lebar mengambil alih atensinya. Mata mereka saling beradu, lalu tak lama kemudian Shaka tersenyum. Gavi bergeming, ia tatap lama wajah itu, ada yang berbeda disana.
Shaka tidak sepucat biasanya, bibirnya sedikit berwarna. Anak itu juga tidak memakai alat bantu pernapasan, Shaka terlihat lebih sehat dari biasanya. Ada kelegaan dalam hati, namun disaat bersamaan ia juga merasa sesak. Ia tidak bisa terus-menerus melihat senyuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Butterflies [END]
Fanfiction[ Sicklit, Angst ] Gavian menikmati hidupnya yang ramai, sedangkan Shaka terbuai dalam keheningan yang tak berujung. Gavian hobi menukarkan waktu dengan kesenangan sesaat, sedangkan Shaka rela membeli waktu demi kebahagiaan yang utuh. Gavian hanya i...