Sejuknya angin sore itu tidak sanggup untuk memeluk hati si manis yang terlanjur dibakar api kemarahan. Pasalnya janji dengan dosen pembimbing sudah disepakati jam sembilan pagi, tetapi beliau terus saja mengundurkan jadwal hingga akhirnya dibatalkan karena rapat kelewat padat untuk sekadar meluangkan waktu bertemu dengan Luna.
"Dari pagi sampai sore udah ditungguin, telat banget ngabarinnya." Gadis itu mencebik ketika mengadu pada teman perempuan yang kini menemaninya duduk di kafe seberang kampus, menunggu Malvian untuk menjemput karena –ya Tuhan, jarak rumah mereka butuh waktu sekitar satu jam perjalanan. Berbeda dengan tempat lama yang memakan setidaknya lima belas menit saja.
"Mahasiswa, kok, mengeluh?"
"Siap, salah, Yang Mulia."
Sontak gadis berkulit putih pemilik nama Dipa Rashaka tertawa pelan lantaran Luna berucap sambil menautkan kening seperti emotikon kucing marah di gawai. "Lagian kaya enggak tau kepala prodi saja," balas gadis itu sebelum menyesap kopi dari cangkirnya. "Lupain itu dulu, mending bahas gimana semalem? Mantep, nggak? Kok bisa jalan?"
"Maksud lo?!"
Kembali Dipa tertawa karena yang digoda memasang wajah galak dengan intonasi kelewat tidak santai. Nada naik beberapa oktaf sambil menatapnya dengan bola mata terbuka lebar. "Ya, mana tau. Orang abis nikah tinggal serumah itu ngapain, dah?"
Luna memutar bola mata sebelum bersandar di kursi. "Nonton animek," balasnya acuh. Pandangan mengedar ke segala sudut hanya untuk menemukan mahasiswa yang sibuk setengah mati mengerjakan tugas.
"Keren juga. Nontonnya Titan, nggak?"
"Titan AOT, ya! Nggak ada yang lain!" sahut Luna galak karena tahu ke mana arah pertanyaan teman perempuannya yang hobi menonton anime kelewat nyeleneh.
"Sensi amat, hamil, ya?"
"Lo mau gue pukul, ya?"
Tangan Dipa terangkat bertujuan untuk meminta ampun, tetapi bibirnya tak henti mengeluarkan kekehan lantaran respon yang diberikan Luna terlalu seru untuk membuatnya berhenti menggoda. "Yaudah, sih. Tapi, gue masih kek enggak menyangka bentukan kaya lo udah jadi bini orang."
"Lo aja nggak nyangka, gue apalagi."
"Goblok," kata Dipa. Kakinya menendang pelan tulang kering gadis di depan sebelum kembali tertawa saat Luna meringis kesakitan. "Lagi, kenapa lo iya-iya aja pas dibilang nikah sama Malvian? Bukannya kalian temenan dari kecil, ya? Kan tetangga. Apa nggak aneh pas ciuman?"
Sejemang, Luna tampak terlihat seperti memutar otak, tetapi tentu saja gagal karena organ itu sudah lama tidak digunakan dan mungkin terlanjur berkarat. "Gue enggak menemukan alasan untuk menolak, dan coba buang dulu pikiran kotor lo itu," jawabnya sebelum kembali mencondongkan tubuh ke meja untuk menyesap minuman dingin yang kini tersisa setengah gelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Cherry Honey ✔
RomanceLuna tumbuh di lingkungan yang sama dengan Malvian. Sejak kecil, gadis itu selalu membawa serta nama sang sahabat dalam tiap lembar kehidupan. Keduanya kerap kali berbagi kisah dan berkeluh kesah sampai rasanya tidak ada rahasia di antara mereka. La...