10. Because I'm Jealous

112 17 0
                                    

Helaian kemerahan pada puncak kepala Luna terselip dalam sela-sela jemari Malvian kala lelaki itu mengelus pelan rambut si manis yang kini memasang wajah kelewat berseri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaian kemerahan pada puncak kepala Luna terselip dalam sela-sela jemari Malvian kala lelaki itu mengelus pelan rambut si manis yang kini memasang wajah kelewat berseri. Senyumnya mengembang ketika menangkap bayangan dirinya di bola mata yang lebih tua.

"You look so happy, Darl." Malvian berkata sambil membawa totebag gift yang diterima Luna dari teman sejurusan sebagai ucapan selamat selesai seminar proposal skripsi.

Gadis yang kini berjalan di samping Malvian mengangguk antusias. Menyembunyikan sebuah senyum tersipu ketika panggilan itu disematkan untuknya. "Iya, dong. Udah mau jadi alumni, nih," jawabnya sembari bergelayut di lengan kokoh sang suami sambil merajut langkah menuju mobil.

"Masih ada penelitian, semhas, dan sidang, sih, kalau kamu lupa."

Perkataan Malvian sontak merubah raut wajah perempuan itu menjadi suram. "Nyebelin banget," katanya yang dibalas dengan kekehan pelan dari lawan bicara. "An, kamu tau, nggak?"

"Nggak."

"Ya, iya, kan aku belum cerita!" sungut Luna seraya mencubit lengan dalam kuasanya lantaran sang empu kelewat menyebalkan siang ini.

"Yaudah. Gimana, Sayang?"

"Tadi, kan."Gadis itu mengulum senyum ketika lagi-lagi tersipu dengan tutur kata lembut yang diterimanya. Pandangan seketika teralihkan ke celah bahu guna mengedarkan pada apa saja di parkiran. Dehaman pelan dikeluarkan sebelum kembali berujar, "Tadi aku seminarnya yang debat malah penguji sama Pak Jepri, masa."

"Kenapa begitu?"

"Soalnya penguji sama Pak Jepri emang ada personal problem gitu kata anak-anak. Jadinya penguji minta sistemku diubah lagi, tapi Pak Jepri bilang kenapa harus diubah kalau alur yang sekarang udah bekerja maksimal juga. Penguji mau ribet-ribetin," jawab Luna antusias dan kembali menatap sisian wajah Malvian.

"Terus kamu gimana?"

"Aku diem sambil cengar-cengir kaya gini." Gadis itu melepaskan pegangannya dan menghentikan langkah sejenak hanya untuk merekayasa ulang bagaimana dirinya berdiri di ruang seminar tadi. Kedua tangan jatuh ke sisian tubuh dengan cengiran lebar bertengger di bibir. "Gitu," katanya lagi sebelum kembali melangkah.

"Kaya bocil kematian," komentar Malvian sambil geleng-geleng kepala ketika membayangkan istrinya disidak oleh penguji.

Kuasa lelaki itu langsung membuka pintu untuk kasihnya masuk begitu mereka tiba di mobil, mempersilakan yang lebih muda mengambil tempat duduk sebelum dirinya berputar ke bangku kemudi.

"Kita jadi beli bahan untuk masak nanti malam, kan?"

"Jadi, kamu serius mau masak sendiri? Kalau mau dibantu Bu Nata juga bisa, Sayang."

"Kamu abis melakukan kesalahan, ya?"

Pertanyaan Luna serta-merta menghasilkan kerutan di kening Malvian yang sesaat lalu menyajikan wajah paling santai. Pandangan lelaki itu menoleh patah ke kiri untuk menangkap obsidian si manis yang bersirobok dengan miliknya. "Atas dasar apa pertanyaan itu keluar, Luna?"

Mi Cherry Honey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang