13. Forgive Me, Little Devil

99 13 0
                                    

Luna melihat Malvian, berjalan dengan gagah di tengah kerumunan manusia menuju tempat di mana gadis itu berada, serta menenteng sebuah kotak cokelat yang dia tahu betul isinya apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna melihat Malvian, berjalan dengan gagah di tengah kerumunan manusia menuju tempat di mana gadis itu berada, serta menenteng sebuah kotak cokelat yang dia tahu betul isinya apa.

Luna melihat Malvian, dari jendela lantai tiga yang gadis itu tempati bersama teman sejawat berada di bangku sebelah kiri.

"Lo nyuruh dia yang bawa sepatu?" tanya Dipa yang membuat gadis pemilik surai kemerahan menoleh sambil menggeleng pelan.

Jam menunjukkan pukul 10 pagi ketika Luna meminta sopir pribadinya untuk mengambilkan sepatu sebab apa yang dikenakan gadis itu saat ini membuat kakinya lecet. Namun, 2 jam sudah berlalu sampai semua urusan si manis mengurus surat izin penelitian selesai barulah alas kaki itu diantarkan padanya, oleh Malvian pula.

"Gue abis sayang-sayangan sama Malvian, besoknya berantem. Selalu begitu." Alih-alih membantu Dipa memahami situasi, Luna justru menambah kadar kebingungan yang tercipta dari kerutan alis temannya. "Dulu pas masih temenan malah nggak pernah berantem, sekarang apa-apa diributin. Perkara gue nggak laporan aja sampe ngomong pakai urat."

"Cowo lo emang nggak-"

"Suami," koreksi Luna cepat bahkan sebelum gadis di sampingnya selesai berbicara.

Diserobot tanpa izin tak membuat Dipa marah, justru bola matanya melebar kala melihat siluet lelaki sedang membuka pintu dengan tangan kiri yang masih menenteng kotak sepatu. "Brengsek, mana orangnya langsung nongol lagi," misuh si gadis, berhasil membuat fokus Luna yang sejak tadi ke luar jendela kini menatap penuh tanya ke arahnya.

"Buset, gue masih marahan. Gue harus bertingkah seperti apa, ya?"

Terlampau singkat waktu yang dimiliki Luna untuk memikirkan harus menyambut Malvian dengan tingkah seperti apa, kini lelaki itu sudah berdiri gagah di depan keduanya.

Senyum tipis diberikan Malvian pada Dipa, terlampau samar dan terkesan hangat, tetapi perempuan itu mengerti bahwa dia harus meninggalkan temannya untuk meluruskan urusan rumah tangga yang sudah terjadi entah part keberapa.

"Kaki mana yang sakit?" Lima detik setelah mereka ditinggalkan berdua, Malvian langsung melempar tanya dengan nada paling tenang yang dia bisa. Namun, lima detik pula lelaki itu menunggu untuk sebuah jawaban yang tak kunjung didapatkan.

Helaan napas Malvian terdengar samar sebelum tubuhnya merendah untuk berlutut di depan si manis, mengangkat kaki kecil itu dan melepaskan sepatu yang telah menyakiti istrinya, tetapi belum sempat benda itu terlepas, Luna langsung menarik tungkai dan menjauhkannya dari yang lebih tua, menyembunyikan kaki di bawah bangku besi yang diduduki.

Tanpa kata gadis itu bereaksi, sehingga Malvian kembali mengambil satu langkah kecil untuk semakin dekat dengan tempat duduk Luna. "Mana yang luka, Luna?" Masih sangat lembut pertanyaan itu diberikan, serta wajah yang mendongak guna membaca ekspresi lawan bicara.

Luna sendiri sebenarnya tidak mengerti kenapa bertingkah seperti ini, tetapi di satu sisi juga dia masih marah ketika memori memutar kembali kemurkaan Malvian kemarin, sementara di sisi lain si manis pun ikut merasa bersalah sebab kalimat jahat keluar tanpa kendali ketika mereka bertengkar dan saling meneriaki. Dia bingung, Malvian lebih bingung.

Mi Cherry Honey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang