GUN bahkan tidak pernah memiliki bayangan bahwa ia akan memiliki kesempatan untuk berpergian ke luar negeri karena selama ini hidupnya hanya ia dedikasikan untuk membantu Kwang dan memastikan Pim mendapatkan apa yang memang pantas gadis itu dapatkan. Tapi kini ia tengah berada di atas pesawat yang tengah membawanya terbang dari Thailand menuju Belanda. Gun tidak tahu kenapa Off memilih negara itu sebagai tempat mereka akan melangsungkan pernikahan, yang ia tahu tubuhnya benar-benar lelah selama hampir dua minggu ini karena Off selalu menyeretnya kesana-kemari untuk persiapan pernikahan palsu ini.
"Jangan sering mengerutkan kening," tegur Off yang duduk tepat di sebelah Gun. Ia memberikan semangkuk marshmallow warna-warni yang entah dari mana ia dapatkan. "Nanti dahimu keriput," lanjutnya membuat kerutan di dahi Gun semakin dalam.
"Kau ini tidak bisa ya satu hari saja jangan membuatku kesal?!" Gun meraih mangkuk berisi marshmallow tersebut lalu memakannya hingga mulutnya penuh.
Off menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Gun yang sama sekali tidak berubah. Pria itu masih sama kecilnya seperti pertama kali Off melihatnya beberapa belas tahun lalu, masih sangat berisik, namun yang terpenting Gun masih tetap menjadi orang yang jujur dan polos. "Setelah makan benda manis itu, tidurlah. Begitu kita sampai di Belanda, kita mungkin tidak akan memiliki waktu luang untuk bersantai."
Gun merengut. Inilah yang membuatnya kesal dari kemarin-kemarin. Off itu benar-benar membuatnya merasa seperti budak, bukan calon suami. Bukan berarti Gun berharap pria itu akan bersikap manis atau melakukan hal-hal romantis seperti pasangan normal pada umumnya, tapi paling tidak Off memperlakukannya dengan layak sebagai teman yang membantunya.
Off tidak menanyakan pendapat Gun mengenai konsep pernikahan mereka, tidak menanyakan apa saja yang Gun harapkan di pesta pernikahan, tidak bertanya mengenai selera Gun mengenai baju pernikahan yang akan mereka kenakan, bahkan Gun tidak tahu menahu bahwa mereka akan melangsungkan pernikahan di Belanda. Ia masih ingat betul betapa marahnya Pim saat mengetahui bahwa pesta pernikahannya akan diadakan di luar negeri. Gadis itu tidak bisa meninggalkan kuliahnya begitu saja karena Gun tidak memberitahunya jauh-jauh hari. Tapi bagaimana Gun bisa melakukannya? Ia saja baru tahu mengenai hal itu H-3 pernikahan!
"Ada apa?" tanya Off ketika menyadari Gun tidak memberikan respon apa-apa. Pria mungil yang dalam beberapa jam lagi akan menjadi suaminya itu hanya menatap ke luar jendela dan menghela nafas panjang berkali-kali.
"Oh, kau bisa bertanya? Ku pikir kau hanya bisa memerintah," sarkas Gun. Ia masih menolak untuk menatap ke arah Off.
Off ikut menghembuskan nafas panjang. Jujur, ia sangat lelah. Luke sialan itu ternyata tidak sepenuhnya memegang kata-katanya. Ia tidak banyak membantu dalam mempersiapkan pernikahan dadakan ini dan berakhir dengan Off yang harus kelimpungan menyiapkan segalanya. Ia harus menghubungi semua kenalan yang ia punya untuk mengurus dokumen dan administrasi pernikahan, katering, vanue, hotel, undangan, baju, bahkan ia juga harus mengurus Gun yang belum memiliki paspor. Off harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit agar semuanya bisa rampung dalam dua minggu dan ia juga harus mengorbankan waktu tidurnya karena harus menyelesaikan urusan pekerjaan. Ia tidak punya tenaga tambahan untuk menghadapi sisi kekanakan Gun saat ini.
"Gun, katakan padaku apa yang kau inginkan. Aku tidak punya tenaga untuk meladeni sifatmu yang satu ini," ujar Off pada akhirnya.
"Sifatku yang bagaimana maksudmu, hah?!"
"Sifat kekanakan seperti ini."
Gun mendengus. Ia akhirnya berbalik menatap Off. "Aku kekanakan? Dari sisi mananya aku kekanakan, Off Jumpol?"
"Jika kau cukup dewasa, kau pasti punya kemampuan berkomunikasi dengan baik. Katakan padaku apa yang mengganggumu. Aku tidak akan membiarkanmu dalam suasana hati yang buruk di hari pernikahan nanti."
![](https://img.wattpad.com/cover/350905975-288-k831736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harap Tak Bersisi
Fanfiction⚠️OffGun Fanfiction ⚠️ ❗bxb content "Bahwa cinta sudah seharusnya melambungkan harap tak berkesudahan." . Apa yang ada dipikiranmu ketika membuka pintu di pagi hari dan mendapati orang yang dulu sangat kamu benci tiba-tiba muncul dan menawarkan sebu...