11| Sabishii

304 43 17
                                    

会えなくて寂しい
Aenakute sabishii
"Aku kesepian karena tidak bisa melihatmu."

***

DUA BULAN sejak perayaan ulang tahun Gun yang dilakukan secara sederhana namun intim, Off menjadi sosok yang semakin gencar melakukan pendekatan kepada Gun, suaminya sendiri. Ia mengakui bahwa pada awalnya keputusan untuk menikahi Gun semata-mata hanya untuk lari dari perjodohan, tetapi ketika matanya bertemu kembali dengan mata yang selalu menatap kagum padanya belasan tahun lalu, ia menjadi mengingat kembali tumpukan penyesalan yang hampir lapuk di ruang tersembunyi dalam hatinya.

Menatap kembali wajah Gun tanpa kacamata kebencian setelah sekian tahun membuat Off menyadari bahwa ia pernah begitu jahat menyakiti sosok sebaik Gun, apalagi ketika ia menemukan Gun gemetar ketakutan dalam kegelapan membuat hati Off semakin kelu membayangkan bahwa sosok yang rapuh seperti suami kecilnya pernah jatuh cinta pada orang yang tidak bertanggung jawab atas lidahnya sendiri, yaitu sosoknya belasan tahun lalu.

Sejak saat itulah Off memutuskan untuk menggunakan sisa waktu pernikahan sebagai ajang penebusan. Ia ingin menjadi suami sebaik mungkin untuk Gun agar pria itu tidak lagi tercenung meratapi bekas-bekas luka yang mungkin beberapa di antaranya masih basah dan sangat terasa. Ia menginginkan yang terbaik untuk Gun di pertemuan mereka kali ini, setelah pertemuan mereka sebelumnya hanya meninggalkan kenangan yang begitu ingin dilupa.

"Selamat pagi," sapa Off pelan begitu Gun yang berbaring di sampingnya perlahan membuka mata.

"Ugh, selamat pagi," balas pria itu. Matanya berkedip secara perlahan beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retina. "Kenapa masih di sini? Tidak ke kantor?" tanyanya kemudian begitu menyadari bahwa Off masih berada di sisinya padahal matahari sudah sangat terik di luar sana.

Off menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi aku ada agenda lain hari ini."

"Agenda apa?"

"Ayo bersiap!"

Gun mengerutkan keningnya, berusaha untuk mengingat agenda yang mungkin ia lewatkan. "Bersiap untuk apa?"

Off tersenyum kecil. "Menemaniku ke Jepang."

Gun merasa ada bagian kecil dalam hatinya yang menjadi hangat ketika mendengar kata Jepang. Negeri matahari terbit itu adalah negara impiannya yang Gun tidak pernah bayangkan sebelumnya bahwa ia akan berkesempatan untuk menapak kaki di sana sebab keterbatasan ekonomi yang ia punya.

"Kapan kita akan berangkat?" Mata Gun berinar dengan penuh antusias.

Off sedikit tergelitik melihat binar yang berpendar di kedua netra Gun. "Kau senang?"

"Jepang adalah negara impianku," jawab Gun dengan senyum malu-malu.

Off mengangguk mengerti. "Kita berangkat malam ini."

"Apa Bibi akan ikut bersama kita?"

"Terserah padamu. Dia 'kan anakmu," jawab Off.

Gun terlihat berpikir sejenak. Sebenarnya ia sangat ingin membawa Bibi ikut bersama mereka dalam perjalanan kali ini seperti ketika mereka pergi ke Italia, namun ia kemudian ingat bahwa saat ini sudah memasuki akhir bulan Desember dan kemungkinan Jepang akan diramaikan oleh orang-orang yang ingin merayakan natal dan tahun baru, terlebih lagi suhu di sana cukup rendah. Meski samoyed berbulu tebal, Gun tetap tidak tega membawa anjingnya yang masih kecil untuk kedinginan dan berada dalam keramaian. Bahkan Bibi sempat terlihat stress ketika mereka berada di Italia.

"Tidak, kurasa lebih baik Bibi kita tinggal saja."

Off tersenyum jahil. "Kenapa? Apa karena kau ingin menghabiskan waktu berdua saja denganku di negara impianmu?"

Harap Tak BersisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang