13| Achilles yang Lebih Buruk

327 48 11
                                    

Karena mempertimbangkan kemungkinan pembacaku adalah non-english speaker, jadi untuk bab ini dan selanjutnya aku akan mengurangi dialog dalam Bahasa Inggris dan jikapun ada aku bakal bikin terjemahannya di akhir bab. Kalau kalian punya saran, permintaan, pertanyaan, atau kritik, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar, yaa ;)

Happy reading, Babii.

With love, Afsun.

***

GUN MEMBUKA PINTU kamarnya ketika mendengar suara Bibi yang menyalak dengan kencang. Kepalanya melongok ke luar untuk melihat apakah Off masih ada di rumah atau tidak dan sepertinya pria itu sudah pergi untuk bekerja. Gun kemudian membuka pintu lebih lebar untuk mempersilahkan Bibi masuk. Setelah pertengkaran mereka yang sudah lewat dari seminggu yang lalu, Gun memang membatasi dirinya untuk beraktivitas di luar kamar, apalagi ketika Off berada di rumah, karena itulah ia jarang bertemu Bibi dan anjing peliharaannya kini lebih sering diasuh oleh Off.

Selama lebih dari seminggu itu, Gun dan Off memang sangat jarang sekali bertemu apalagi berbicara pada satu sama lain. Selain Gun yang memang berusaha untuk meminimalisir interaksi, Off juga terlihat lebih sibuk dari biasanya. Pria itu bahkan beberapa kali terlihat melewatkan sarapan yang disediakan oleh asisten rumah tangga dan pulang lebih larut dari biasanya dengan tumpukan kertas yang terkadang berserakan di meja makan.

Gun tahu bahwa Off memang sengaja menggunakan meja makan sebagai tempatnya untuk menyelesaikan laporan karena tempat itu adalah tempat yang terdekat dari kamar Gun. Terkadang ketika Gun terbangun di tengah malam untuk mengambil air minum, Off dengan sigap mengambilkan air untuknya dan mencoba untuk berbicara meski hanya ia tanggapi seadanya.

Gun juga tahu bahwa Off meminta asisten rumah tangga untuk mengantar makanan ke kamarnya karena pria itu paham bahwa ia enggan keluar kamar bahkan hanya untuk sekadar mengambil makanan. Pria itu memberinya ruang untuk dirinya sendiri, namun di lain sisi tetap mencoba memperbaiki komunikasi yang rusak di antara mereka.

"Nong Gun."

Gun berhenti menyisir bulu Bibi dan segera berdiri untuk membuka pintu begitu mendengar suara Mookda, asisten rumah tangga yang Off percaya.

"Ada apa?"

"Ada paket lagi untukmu," jawabnya seraya menyerahkan sebuah paketan yang sebenarnya Gun sudah tahu siapa pengirimnya dan apa isi di dalamnya.

Gun menerima paketan itu dengan setengah hati. "Terima kasih, Phi."

Dengan cepat Gun membuka paketan itu dan mendapati sebuah novel baru yang berjudul The Song of Achilles. Selama seminggu ini Off memang setiap hari secara rutin membelikannya novel dengan alasan takut Gun kesepian. Biasanya pria itu juga akan menyelipkan kartu ucapan berupa kata-kata manis yang membuat Gun merasa tergelitik ketika membacanya.

'Hubungan mereka diperdebatkan, bahkan perasaan Achilles kepada Patroclus begitupun sebaliknya masih dipertanyakan. Aku tidak ingin berakhir demikian. Tidak peduli seberapa lama aku menunggu untuk waktu yang kau butuhkan, aku tidak akan berpaling bahkan jika langit akan runtuh esok harinya. Kau dan aku akan menjadi sejernih mata air, karena kau adalah objek yang paling jelas yang bisa netraku terima dan Achilles akan merasa iri pada kita berdua'

Gun mendengus dan hampir menyemburkan tawanya begitu melihat kartu ucapan yang Off kirim kali ini. Rasanya menggelikan ketika membayangkan pria itu mengatakan hal tersebut secara langsung padanya. Menjadi sejernih mata air? Membuat Achilles iri? Haha. Off tampaknya sudah beralih menjadi seorang pelawak yang gagal. Perasaan pria itu saja masih jauh lebih abu-abu dan dipertanyakan dibanding Achilles, setidaknya semua orang tahu dan sepakat bahwa Achilles menjadikan Patroclus sebagai belahan jiwanya. Terlebih, Gun tidak yakin Achilles akan dengan secara sadar menyakiti perasaan pria yang dikasihinya.

Harap Tak BersisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang