18| Membuka Kotak Pandora

361 39 16
                                    

DERU napas Off yang teratur menggelitik leher Gun hingga membuatnya bergidik. Ia bukannya tak tahu apa maksud ucapan Off barusan, tapi Gun masih belum bersedia untuk itu. Mereka baru saja meluruskan kesalahpahaman dan lukanya pun belum sembuh benar. Off sampai saat ini juga tidak pernah benar-benar memberitahu Gun dengan jelas tentang perasaan pria itu padanya. Off hanya selalu mengatakan 'aku peduli padamu' dan itu belum cukup baginya.

Gun berjengit ketika merasakan Off mulai memberikan kecupan-kecupan ringan di sekitar leher dan bahunya. Ia harus menghentikan ini sebelum mereka berdua terhanyut dalam suasana.

"Off, hentikan." Gun mendorong bahu Off yang terasa berat untuk menjauh dari lehernya. "Aku tidak ingin melakukannya."

Off seolah baru tersadar kemudian bangkit dan duduk di tepi ranjang. "Maaf, aku kelepasan."

Gun ikut bangkit begitu melihat Off terduduk di samping ranjang dengan punggung yang layu. Pria itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan seolah tengah mengendalikan diri. Gun turun dari kasur untuk membuka lemari dan mengambil sesuatu dari dalam sana.

Off menurunkan kedua tangannya dari wajah dan menoleh ke samping ketika merasakan sesuatu menyelimuti tubuhnya. "Atthaphan-"

Gun ikut duduk di samping Off dan memberikan senyum simpul. "Hadiah ulang tahunmu," tunjuknya pada sebuah selimut rajut berwarna merah darah. "Kau membelikanku bahan untuk merajut ketika kita sedang jalan-jalan di Amsterdam di awal pernikahan. Awalnya aku bingung ingin membuat apa dengan gumpalan benang rajut itu, kemudian teringat bahwa terkadang kau bekerja hingga larut malam di ruangan yang dingin, jadi aku membuatkan selimut ini. Maaf aku baru memberikannya padamu sekarang karena kemarin-kemarin aku selalu lupa karena suasananya tidak menyenangkan."

Off merasa tersentuh. Ia menepuk kepala Gun dengan sayang. "Terima kasih. Aku sangat menyukainya."

"Maaf hanya bisa memberimu ini. Aku tidak tahu lagi harus memberikan apa karena aku tahu kau bisa membeli barang-barang mewah dengan uangmu sendiri." Gun ikut memandangi selimut rajut yang telah lama ia selesaikan melingkupi tubuh Off, namun kemudian ia teringat akan sesuatu yang kurang menyenangkan. Gun menggelengkan kepalanya untuk mengusir ingatan itu. Tidak akan ia biarkan ingatan-ingatan masa lalu menghancurkan kehidupan yang sekarang ia jalani.

"Ada apa?" Off menoleh ke arah Gun dengan raut cemas. "Kepalamu sakit?"'

"Uh?" Gun menatap Off kemudian menggeleng pelan. "Tidak. Aku tidak apa-apa."

Off mengelus punggung Gun dengan pelan. "Kau bisa memberitahuku apapun yang membuatmu merasa tidak nyaman. Jika kau sakit katakan padaku, kita bisa ke rumah sakit sekarang."

Gun menggeleng cepat. "Tidak. Aku tidak apa-apa, Off. Hanya... ugh. Lupakan saja."

"Katakan padaku!" desak Off memaksa.

Gun menjilat bibirnya yang terasa kering. Ia sekali lagi melirik ke arah selimut rajut buatannya kemudian menghela napas panjang. "Aku hanya teringat saat SMA aku juga pernah memberikanmu hadiah yang sama. Namun pada saat itu selimutnya berakhir menjadi keset di depan kelasmu. Aku senang kali ini kau benar-benar menerimanya."

Off terdiam. Ia hampir melupakan kejadian itu. Ternyata memang benar bahwa seseorang yang melakukan perundungan cenderung melupakan apa yang telah mereka lakukan, sementara sang korban akan terus melanjutkan kehidupan dengan membawa kenangan kejadian itu, bahkan sebagian menjadikannya sebagai pupuk yang menumbuhkan dendam. Off tidak membela diri, ia juga bersalah. Tapi ia berani bersumpah bahwa bukan ia yang membuat hadiah Gun saat itu menjadi keset kelas dan menjadi bahan olok-olokan.

Off menarik Gun untuk duduk di atas pangkuannya. "Hukum aku," ucap Off lugas. Ia meraih kedua tangan kecil Gun untuk mengalung di lehernya.

"Untuk apa?"

Harap Tak BersisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang