10| Viva la Vida

302 40 4
                                    

Playlist : Viva la Vida - Coldplay

Ars longa, vita brevis,
"Seni itu panjang, hidup itu pendek."

Bagaimanapun, aku melihatmu, aku menyentuhmu, aku memilikimu sebagai seni yang akan abadi bahkan ketika jasad sudah menyatu dengan bumi.

Viva la Vida, Atthaphan.

***

"SEMOGA dirimu selalu diberkati."

Waktu mungkin akan terus berlari, tetapi kenangan akan tetap tinggal bahkan seperti menempel pada tulang belulang. Sepotong doa sederhana yang diucapkan oleh Off masih melayang-layang layaknya hantu bergentayangan dalam kepala Gun. Ia teringat akan ucapan seorang teman yang mengatakan bahwa maaf hanya seperti sebuah obat yang tidak akan bisa menyembuhkan orang yang sakit parah, dan Gun setuju akan hal itu sebab seberapa banyakpun Off mengatakannya, hati Gun tetap tidak pernah tawar pada rasa sakit. Tetapi bagaimana jika doa dan harapan adalah sebuah terapi? Gun tidak yakin, tetapi ia menemukan hatinya lebih melunak ketika mengetahui bahwa diam-diam Off selalu menerbangkan harapan akan hal-hal baik untuknya.

Mengetahui bahwa ada bagian dari sudut hatinya yang melepaskan rasa lega setelah sebelumnya terikat oleh tali-tali trauma, Gun menjadi sedikit khawatir sebab bagaimana jika ternyata nantinya ia tidak bisa mengendalikan hati? Bahkan jikapun ia telah benar-benar memberikan pengampunan yang paling melegakan, Gun tidak ingin kembali jatuh cinta. Tidak, sebab mereka akan tetap berpisah pada akhirnya. Gun harus belajar dari sekarang, belajar untuk memaafkan tanpa mencintai dalam satu waktu.

Gun melempar pandang pada belasan manusia yang tengah makan atau sekadar memesan minum di kantin rumah sakit. Ia bisa melihat garis-garis lelah yang terbingkai pada wajah-wajah yang ia temui dan juga pundak-pundak yang tampak goyah. Mungkin sebagian dari mereka sedang menanggung sakit, dan sebagian lagi sedang menemani orang-orang terkasih menjalani perawatan. Terlepas apakah mereka sakit atau sekadar menemani, kedua golongan itu jelas akan terserang lelah. Lelah menduga kapan sembuh akan datang, lelah diserang rasa takut jika kemungkinan terburuk datang lebih dulu.

Gun menghela napas. Ia dan Off termasuk dalam kedua golongan itu, ia yang sedang menanggung sakit dan Off yang sedang menunggu kabar baik. Bagaimana jika di tengah jalan salah satu dari mereka menemui titik lelah? Entahlah.

"Sudah lama menunggu?"

Gun menoleh pada orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu kedatangannya. Pria itu masih mengenakan seragam scrub seraya membawa dua botol kopi instan dalam kemasan.

"Baru menyelesaikan operasi?" tanya Gun. Tangannya bergerak mengambil botol kopi yang disodorkan padanya.

New mengangguk. Ia mengambil tempat duduk tepat di depan Gun. "Iya, makanya aku sedikit terlambat menemuimu. Omong-omong, ada apa kemari?"

"Hanya ingin mengunjungimu. Pertemuan terakhir kita rasanya kurang menyenangkan."

New mendengus masam. "Ya, gara-gara suami sialanmu itu tiba-tiba menyeretmu pulang dari pesta perayaan pernikahan kalian sendiri," sindirnya.

"Dia tidak benar-benar menyeretku!" bantah Gun. "Dan jika dipikir-pikir dia telah mengambil keputusan yang tepat malam itu untuk memaksaku pulang, karena jika tidak entah apa yang akan aku katakan dan lakukan di pestaku sendiri."

"Wah, sekarang kau bahkan membelanya dari cercaanku?"

Gun diam, memandang New dengan serius. "Jangan membuatku kesal, Milky Bear."

Harap Tak BersisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang