22| Menuang di Gelas Kosong

290 42 11
                                    

DETIK demi detik terdengar berisik dari jarum jam yang terus berputar menelan sisa malam. Sekali lagi mata Gun melirik arah jam dinding yang terpajang dengan mewah di ruang tamu, seolah mengisyaratkan kepada siapapun yang melihatnya bahwa sang pemilik mampu membeli waktu. Dentang jarumnya terdengar lantang, seperti lantunan sepi yang menemani Gun menanti sebuah kedatangan.

Sudah jam satu pagi dan Off sama sekali belum kembali. Gun jadi bertanya-tanya dalam hati; apakah selama ia mengungsi di rumah New suaminya itu juga tidak pernah pulang ke rumah mereka? Di mana dia? Dan apa yang dilakukannya selama mereka tidak bertemu muka?

Kesunyian di rumah mewah itu seketika pecah oleh dering ponsel yang melolong nyaring. Samar-samar kerutan tercetak di dahi Gun ketika melihat nama New tertera di permukaan layar pipih ponsel pintarnya. Perkara penting apa yang menyebabkan New memanggilnya di pagi buta?

"Hal-"

"Cepat buka pintu dan angkut suamimu sebelum aku melemparnya ke kolam ikan kalian." Suara New dari seberang telepon lantas menyambar tanpa memberi kesempatan bagi Gun untuk sekadar menyelesaikan sebuah sapaan. 

Meski kepalanya berdengung bingung, Gun lantas beranjak dari ruang tamu untuk membuka pintu sebelum New merobohkan rumahnya. Mata Gun lantas melebar bersama dengan pintu yang ia biarkan menganga; memperlihatkan sebuah situasi dan kondisi yang tidak biasa. "Kalian tawuran?!" 

Di depannya berdiri tiga orang pria dewasa dengan penampilan yang tidak bisa dikatakan baik, terlebih suaminya. Salah satu sisi pipi Off terlihat memerah hampir membiru seperti lebam setelah menghantam sesuatu, dasinya tak lagi erat melingkari leher, keseimbangannya tampak tergangggu hingga butuh ditopang oleh dua pria lainnya, dan mulutnya terus meracau persis seperti anak kecil yang tengah mengigau di tengah malam. Lalu di samping kirinya ada Tay yang pipinya juga entah kenapa ikut memerah, hanya itu, selebihnya kondisi Tay terlihat baik-baik saja kecuali garis lelah di wajah yang tak bisa disembunyikan olehnya. Namun, bagian yang paling mengejutkan justru datang dari samping kanan Off. Ada New bersamanya, dengan ekspresi yang... ugh, tentu saja tak senang.

"Apa yang terjadi?"

"Bisa kau telan dulu pertanyaanmu? Menyingkirlah, biarkan kami membawa beban dunia ini ke kasur terlebih dahulu. Dia berat, pasti kebanyakan menabung dosa!"

Gun lantas menyingkir, memberi jalan bagi Tay dan New untuk memapah suaminya masuk ke dalam rumah sebelum mulut sahabatnya itu kembali menyalak-nyalak seperti anak anjing. Setelahnya Gun kembali menutup pintu dan membuntuti langkah tiga orang di depannya dengan tatapan bingung dan segerombolan pertanyaan yang berlari-lari di kepala. Melihat Off diantar pulang saja sudah aneh, apalagi ditambah dengan kehadiran New! Sejak kapan mereka kenal dan pergi keluar bersama? Kombinasi antara Tay dan New jelas sesuatu yang baru.

"Di mana kamar kalian?" tanya New lantang hingga Gun yakin frekuensi suaranya menembus ke seluruh bilik-bilik rumah.

"Aduh, telingaku pengang!" gerutu Tay. Lipatan dahi di antara kedua alisnya tampak jelas, pertanda ia benar-benar sedang kesal. "Kamarnya di atas."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Apa pertanyaan itu benar-benar penting sekarang?"

Gun meringis; merasa tak enak pada Tay dan New yang harus direpotkan bahkan setelah keduanya berbaik hati mengantar Off pulang. "Um, kalian bisa duduk dulu di ruang tamu. Biar aku yang membawa Off ke kamar kami," ucap Gun yang lantas membuat Tay dan New kompak menoleh ke belakang.

"Kau? Membawa Off?" Tay bertanya dengan nada tak yakin.

"Yang ada kalian berdua akan menggelinding dari anak tangga," tambah New.

Harap Tak BersisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang