SEPERTI hari-hari biasa, matahari menghantarkan gelombang panas yang berlebihan di kota Bangkok. Ah, tidak. Menurut Gun ini bukan gelombang panas, tapi tsunami. Kipas angin pusaka di rumah Kwang bahkan tampaknya sudah menyerah mengusir gerah karena angin yang tercipta juga mengeluarkan hawa panas.
Tak kuat dengan panas yang mendera, Gun memutuskan untuk membuka kulkas lalu jongkok di depannya. Hawa dingin dari kulkas setidaknya bisa membantunya mengusir rasa gerah. Suara ketukan di pintu rumah membuat perhatian Gun teralih. Jelas itu bukan Kwang ataupun Pim karena mereka berdua akan langsung masuk tanpa mengetuk. Tapi siapa yang bertamu pagi ini?
Kakinya melangkah lesu menuju pintu lalu membukanya. Hal pertama yang ia pikirkan saat melihat wujud manusia di depannya adalah; ia bermimpi.
"Hah?" Hanya kata bodoh itu yang keluar dari mulut Gun.
"Kau tidak mempersilahkan aku masuk?"
Gun tersadar lalu memasang wajah galak. "Kau salah alamat!" Ia bersiap menutup pintu namun Off segera menahannya.
"Biarkan aku masuk!" paksa Off.
"Tidak!" Gun berusaha mendorong pintu agar tertutup namun apa mau dikata, tenaga Off jelas lebih besar daripada dirinya.
"Ish! Apa maumu?!" bentak Gun kesal.
"Menikah."
"Hah?! Kau mabuk?"
Off duduk di ruang tamu tanpa tahu malu. Ia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher. "Apa yang kau lakukan? Duduk!" titah Off yang melihat Gun hanya berdiri menatapnya dengan tatapan aneh.
"Ini rumahku, jangan seenaknya!" Gun memekik marah, namun tetap mengikuti perkataan Off untuk duduk bersama pria itu. "Dari mana kau tau alamat rumahku?"
"Aku suruh orang untuk melacak keberadaanmu."
Gun memutar bola matanya. "Orang-orang kaya dengan kuasa mereka yang menyebalkan."
"Terima kasih pujiannya."
Gun mendelik mendengar ucapan Off. "Lalu apa maumu?"
"Sudah kubilang aku ingin menikah."
"Ya sudah, menikah sana. Tidak ada hubungannya denganku!"
"Tentu ada hubungannya denganmu karena aku ingin menikah denganmu."
Gun menatap Off dengan ngeri. "Apa hawa panas di luar sana membuat syaraf kepalamu konslet?"
"Aku serius, Atthaphan."
Gun berdecak. Menatap tak percaya pada anak orang kaya manja seperti Off. Yang benar saja! Mereka sudah tidak saling bertemu selama hampir 14 tahun. Gun bahkan sudah menghapus ingatannya tentang lelaki di depannya ini sepenuhnya, dan tiba-tiba ia datang dan ingin mengajaknya menikah? Orang waras mana yang akan melakukan hal gila itu?
"Kau pikir aku akan setuju, hah?!" Gun mendelik tajam.
"Bukannya kau mencintaiku? Anggap saja ini jawabanku atas pernyataan cintamu."
Gun benar-benar dibuat melongo saat ini. "Kau sudah terlambat empat belas tahun untuk itu, Off. Kau pikir aku akan menyimpan perasaan padamu bertahun-tahun?" Gun melempar tisu ke wajah tampan Off. "Mimpi saja sana!"
Off menghela nafasnya. Ia tahu bahwa Gun itu keras kepala. Kepala batunya itu harus dilunakkan dengan sesuatu yang masuk akal bagi pria kecil itu. Oleh karena itu Off mendekat ke arah Gun, mengambil tisu, lalu mengelap peluh yang membanjiri sisi wajah mulus Gun. "Kau masih sensitif dengan panas seperti dulu ternyata."
Gun terdiam begitu wajah Off menjadi sangat dekat dengannya. Lelaki itu banyak berubah. Ia menjadi semakin tinggi, kulitnya semakin pucat, tubuhnya semakin kekar, dan .... Apa lagi, ya? Semakin tampan, mungkin? Tapi yang jelas satu hal tidak pernah berubah darinya; Off masih sangat amat menyebalkan dan seenaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harap Tak Bersisi
Fanfic⚠️OffGun Fanfiction ⚠️ ❗bxb content "Bahwa cinta sudah seharusnya melambungkan harap tak berkesudahan." . Apa yang ada dipikiranmu ketika membuka pintu di pagi hari dan mendapati orang yang dulu sangat kamu benci tiba-tiba muncul dan menawarkan sebu...