[Eps.2] Firasat.

136 79 62
                                    

Setelah perjamuan selesai kami sebanyak 8 orang yang telah naik peringkat diberikan sebuah misi, namun apa aku harus menyebutnya sebagai misi? Mungkin akan kusebut sebagai latihan tambahan karena kami dipecah kebeberapa desa untuk mendapatkan lati...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perjamuan selesai kami sebanyak 8 orang yang telah naik peringkat diberikan sebuah misi, namun apa aku harus menyebutnya sebagai misi? Mungkin akan kusebut sebagai latihan tambahan karena kami dipecah kebeberapa desa untuk mendapatkan latihan tambahan bukan seperti misi yang biasanya kami dapat.

Namun, salah satu dari kami tiba-tiba pergi tanpa basa-basi lalu disusul oleh rekannya.

"Eh? mengapa dia pergi begitu saja?" ucap salah satu pendekar.

"Biarlah, memang begitulah sifatnya. Tidak usah terlalu dipikirkan!" jawab pendekar lain.

Karena tidak memiliki urusan lain lagi aku memutuskan untuk pergi kesuatu tempat, dimana tempat itu adalah kunci keberhasilanku dalam mengerjakan semua tugas sebagai seorang pendekar. Aku sering mendatangi tempat itu dan seringkali aku datang untuk menanyakan kabarnya meski tak ada satu pun jawaban yang kuterima darinya, terkadang juga aku menceritakan keseharianku, kesedihanku dan masalah-masalah yang sulit untukku selesaikan.

"Ibu, bagaimana kabarmu? aku baik-baik saja disini, hari ini aku mendapatkan pangkat baru dan maaf bila aku baru mengunjungimu" ucapku pada sebongkah bebatuan yang telah menjadi rumah bagi ibuku.

Banyak cerita yang ingin kuberitahu kepada ibuku, dari sejak terakhir kali aku mengunjungi makamnya.

"... Ibu hari ini, ah mungkin dari hari ini sampai hari-hari berikutnya, aku... tidak bisa menemuimu karena aku ditugaskan diluar desa Malvist , untuk berada didesa lain kami... " tambahku.

Disaat aku akan berpamitan tiba-tiba aku merasakan kedatangan seseorang, dengan reflek aku melempar pedangku kearah pohon yang kurasa menjadi tempat persembunyiannya.

"Arghh" rintihan yang kudengar dari belakang pohon.

Aku pun langsung segera menghampiri pohon yang ku lempari pedang dan aku sedikit terkejut saat melihat wajah yang bersembunyi dibelakang pohon.

"Kau? Kenapa kau bisa kemari?" tanyaku pada rekanku, karena kali pertama aku diikuti ke makam ibuku.

"Itu..." jawab Endrick yang berusaha
menjelaskan tentang kedatangannya.

Tetapi saat Endrick tengah menjelaskan, tiba-tiba ada anak panah yang hampir saja mengenai Endrick. Pada ujung anak panah terdapat sepuncuk surat yang isinya seperti mengancam keselamatan para pendekar yang hendak pergi menjalankan misi-misinya.

Aku cukup kebingungan, tentang darimana dan siapa yang menembak anak panah ini kearah kami. Sekilas Endrick yang menyadari tentang kecemasan yang kutunjukkan sekarang, lalu Endrick pun berusaha mencoba menghilangkan kecemasanku pun mengajakku untuk berjalan-jalan sebentar sebelum
melaksanakan misi terakhir dibulan ini.

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Akhir-akhir ini, aku merasa bahwa tahun ini memang menjadi tahun yang harus diwaspadai dari munculnya bulan merah dan surat ini, serta kejadian yang kulihat sebelumnya. Semoga saja aku bisa bersiap-siap untuk kejadian yang tidak kami inginkan.

Eternal Thirst || New Stage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang