05. Love language

2.6K 204 10
                                    

(Warn: Cerita di bawah hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru. Harap bijak dalam membaca)

๑•̀д•́๑

Saat ini Juan tengah berolahraga, lelaki itu sedang melakukan sesi angkat barbel di rumahnya.

Saat tengah mengangkat barbel untuk yang ke sekian kalinya, lelaki itu memilih berhenti dan mengusap peluh yang keluar dengan handuk yang sudah disiapkan.

Kakinya melangkah menuju kursi dan duduk disana, tidak lupa meminum jus yang sudah dibuatkan. Memang nikmatnya hidup seperti Juan, sudah tampan, mapan pula.

Kini tangan lelaki itu beralih pada ponselnya yang tergeletak diatas meja, mencari kontak seseorang disana. Bibirnya langsung melengkung indah saat nama yang ia cari sudah ketemu.

"Lagi apa?"

"Jogging." Jawab gadis diseberang sana, padahal Juan sudah tau tiap kali lelaki itu menelponnya.

Juan pun menatap ke arah depan sambil tersenyum "Siap-siap, nanti gue jemput."

Saat mengatakan hal tersebut, terdengar sebuah kekehan ringan dan jawaban yang begitu menusuk.

"Yakin? Lo kan selalu sibuk ngurusin yang lain."

Tak sadar senyum yang tadinya terbit kini telah hilang "Maaf, kali ini gue bisa kok. Tunggu yah!!"

"Gue tunggu."

Terdengar nada putus dari sambungan tersebut, Katie yang barusan berbicara padanya itu langsung memutuskan sambungan telpon.

Dengan cepat, Juan pun bangkit untuk mandi dan bersiap-siap menjemput kekasihnya. Iya, meskipun gaya bicara mereka tidak terdengar seperti orang pacaran kebanyakan. Tapi, sebenarnya mereka memang menjalin hubungan yang sudah hampir berjalan selama 4 bulan.

๑•̀д•́๑

"Kamu dengerin aku gak sih?!!"

Julian menoleh sekilas kemudian mengangguk "Denger kok, aku tuh sama dia cuma temenan."

Luna berdecak malas "Bohong, kalau cuma temenan kenapa kamu selalu nyamperin dia?"

"Ya, karena dia temen aku." Ungkap Julian tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan didepan sana.

"Pokoknya aku gamau ngeliat kamu bareng dia lagi!!"

Julian pun mengangguk, meskipun dalam hati ia tak pernah berjanji akan menjauhi gadis pirang dengan segala pesonanya itu.

Luna bagi Julian memang gadis cantik dan baik hati, tapi Katie lebih dari sekedar kata cantik dan baik. Ia memiliki pesonanya sendiri dan mampu membuat Julian tidak bisa berpaling sedikitpun.

Gadis dengan rambut pirangnya itu mampu menghipnotis Julian untuk selalu melihat kearahnya dan tidak butuh waktu lama Julian berhasil jatuh dalam pesona yang dibuat gadis itu.

Katie memanglah memiliki perilaku yang kurang baik dengan Julian, tapi sejujurnya ia tau bahwa itu hanyalah bentuk dari perlindungan diri saja. Mengingat reputasi Julian yang dipandang sebagai player, tentu membuat gadis seperti Katie tidak mudah jatuh dalam pesona yang dibuat Julian.

Friend (97 Line) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang