37. Take one mind's of

1.3K 170 33
                                    

(Warn: cerita di bawah hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru. Harap bijak dalam membaca)

๑•̀д•́๑

"Lan!! Kamu liat Marko nggak?" Tanya Chaca dengan wajah kesal sekaligus bercampur marah.

Erlan mengangguk dan menunjuk ke dalam kelas, disana sudah ada Marko yang terdiam seperti orang kesurupan. Tapi, intinya Chaca tidak peduli. Sebab lelaki sok kegantengan itu telah membuat sahabatnya Mina jadi bersedih, karena semalam Mina sendiri yang menceritakan itu.

Baru saja hendak menghampiri Marko, langkah Chaca terhenti sebab lengannya yang ditahan oleh Erlan, kekasihnya.

"Kamu mau apa Cha?" Tanya Erlan pelan, meskipun sebenarnya ia tau maksud dari kekasihnya ini pasti ingin menghajar Marko. Tapi, ia tak setega itu membiarkan sahabatnya di pukul atau dimaki-maki oleh kekasihnya.

Chaca mengangkat satu alisnya, "Lepasin Lan, urusan aku sama Marko bukan sama kamu."

"Iya aku tau, tapi coba kamu liat Marko. Dia juga sama sedihnya kayak Mina, aku yakin Marko juga bener-bener nyesel ngelakuin itu." Ucap Erlan sambil memandang Chaca, berharap gadis itu melunak.

Chaca kemudian melihat Marko seperti perkataan Erlan barusan, benar saja raut wajah lelaki itu nampak muram tak pecicilan seperti biasanya.

"Huftt,,, yaudah lepasin tangan aku." Kata Chaca pelan.

Erlan pun melepaskan tangannya. Tapi, gadis itu malah tetap menghampiri Marko. Maka dengan cepat pula Erlan mengejarnya, "Cha, bukannya kamu mau ke kelas?"

"Aduh Erlan, aku mau ngobrol dulu sama Marko!! Kamu tenang aja, aku gak akan marah-marah kok." Ujar Chaca menenangkan.

Erlan sebenarnya ragu, tapi ia juga tak tau harus bagaimana lagi untuk membuat kekasihnya pergi. Detik itu juga Erlan mengangguk dan membiarkan kekasihnya menghampiri Marko.

๑•̀д•́๑

"Zoey, di depan ada cowok lo tuh!!" Ujar Yura sembari cengengesan.

Zoey mengangkat satu alisnya bingung, rasanya ia belum pernah menjalin hubungan apapun, "Siapa cowok gue? Emang gue punya cowok?"

Yura yang mendengar itu langsung menepuk jidatnya sendiri, "Lo seriusan belum jadian ama Daniel-Daniel itu?"

"Belum, kita cuma temen kok." Ungkap Zoey dengan wajah polos.

Yura sendiri agak syok mendengar jawaban seperti itu dari temannya yang satu ini, bagaimana bisa dibilang teman jika tiap hari ke kampus selalu diantar-jemput dengan adegan pelukan. Belum lagi, perlakuan Daniel terlalu berlebihan sebagai seorang teman.

Lihat saja sekarang, lelaki itu sudah berdiri di depan kelas Zoey hanya untuk mengirimkan sekotak sandwich tuna dan juga kaleng jus.

"Lo itu harusnya tau Zoey, cowok kayak Daniel selalu gombalin lo, belum lagi sering nganter-jemput itu namanya dia suka!! Masa tuh cowok belum nembak lo sih?!!" Kesal Yura sambil meniup poninya.

Friend (97 Line) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang