12. Worried

1.4K 147 13
                                    

(Warn: cerita di bawah hanya fiktif belaka serta adanya tindakan dan kata-kata yang seharusnya tidak ditiru. Harap bijak dalam membaca)

๑•̀д•́๑

Katie tak pernah sekalipun merasa sekhawatir ini, apalagi sekarang ia melihat Juan yang sedang lebam-lebam.

Gadis pirang itu memang tak memungkiri bahwa ia begitu kesal dengan Juan selama ini, tapi begitu melihat luka yang ada diwajah lelaki berdimple manis itu, perasaan kesal yang dulu ada sampai sekarang begitu saja lenyap terbawa angin.

"Kenapa bisa gini sih?!!" Tanya Katie sambil memegang sedikit luka-luka yang ada diwajah Juan.

Juan tersenyum dan menyingkirkan tangan gadis pirang itu pelan "Gapapa, ini udah diobatin kok. Mending pesen makanan aja!"

Katie pun mengiyakan walau gadis itu sebenarnya masih penasaran dengan apa yang terjadi, memang keduanya kini tengah dinner di sebuah resto hotpot haidilao. Tentunya atas usulan Juan yang sangat kebetulan sekali.

Mereka memesan sup tiga kombinasi, jamur enoki, bahu babi, sup tomyum, dan samchan babi masing-masing 1 porsi US shortplate.

Setelah memesan, Katie kembali meneliti wajah Juan "Siapa yang obatin? Lo kan gak jago pake betadine?"

Juan yang tengah bermain ponsel pun langsung menatap wajah Katie "Pembantu gue, lo gausah khawatir gitu lha Kat bentar lagi juga baik."

Katie menghela napas, kali ini pandangannya jatuh pada orang yang ada diseberang, terlihat seperti bahu orang yang ia kenal. Namun langsung teralihkan saat orang tersebut sudah pergi keluar resto.

"Gue emang khawatir, kalo lo nyuruh gue bersikap biasa oke. Tapi, gue gak bisa buat gak khawatirin lo." Pandangan Katie benar-benar mengisyaratkan bahwa gadis itu tak bohong.

Juan pun mengangguk, tak mungkin lelaki itu menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Gue abis kena tonjok orang, dia ngira gue tukang copet." Setidaknya hanya itu alasan konyol yang terpikirkan Juan.

Katie bahkan hampir tertawa, jika saja ia tak ingat tempat "Kenapa bisa? Lo cakep, rapi gini, emang ada yang ngira lo copet?"

"Kejadiannya malem, gak begitu keliatan." Ujar Juan, sekali lagi ia mencoba meyakinkan kekasihnya tersebut.

Katie pun mengangguk "Oke, makanya lain kali gausah lewat jalan yang gada lampunya sampe muka lo gak keliatan."

"Thank's udah care sama gue, ayo makan."

๑•̀д•́๑

Mina baru saja selesai membeli beberapa obat untuk dijadikan bahan dalam praktikumnya.

Saat keluar dari apotek, gadis itu melihat seorang pengemis cilik. Hatinya seakan tercubit karena melihat tak seorangpun yang mau memberi uang barang 500 perak sekalipun.

Saat kakinya hendak mendekat, netra gadis itu memicing melihat seorang lelaki berdiri di hadapan anak kecil tersebut.

Friend (97 Line) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang