15. Amarah

206 25 2
                                    

Ten hanya diam mematung di tempat dirinya berdiri sembari melihat aliran sungai yang tampak tenang dan jernih, dia membiarkan angin menerpa wajah manisnya serta membuat tataan rambutnya itu menjadi berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ten hanya diam mematung di tempat dirinya berdiri sembari melihat aliran sungai yang tampak tenang dan jernih, dia membiarkan angin menerpa wajah manisnya serta membuat tataan rambutnya itu menjadi berantakan. Dia ambil sebuah keranjang kecil berisi kelopak bunga mawar dan menabur bunga tersebut ke sungai, membiarkan kelopak bunga mawar tadi larut mengikuti aliran sungai. Setelah selesai Ten menyatukan kedua tangannya, memejamkan mata untuk berdoa dalam hati.

Tidak membutuhkan waktu yang lama Ten selesai dengan urusannya, senyuman terukir di wajah Ten.

"Aku pamit" Ten membungkuk sopan sebentar sebelum pergi meninggalkan sungai tadi. Dia berjalan menuju mobil dengan hati yang campur aduk dan matanya yang berkaca-kaca.

Saat di dalam mobil tangisan Ten pecah seketika, dia pukul setir mobil untuk melampiaskan apa yang dia rasakan sekarang. Sedih, marah, kecewa, bingung, dendam menjadi satu di tubuh Ten, dia tidak peduli kalau teriakkan serta tangisannya itu terdengar oleh orang-orang di luar mobil. Sesekali Ten memukul-mukul dada untuk menghilangkan rasa sesak yang menyerang dadanya itu.

"Maafkan kakak.. Maafkan kakak tidak bisa menjagamu..  Kakak akan membalaskan semuanya" Ten meremat kuat setir mobilnya. Ten berusaha menenangkan diri, dia berkata kepada dirinya sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja.

Ten langsung menyalakan mobilnya dan pergi dari tempat tadi untuk pulang, dia membiarkan air mata tetap membasahi pipi dan membawa mobil dengan kecepatan tinggi di tengah padatnya kota. Sesampainya di rumah Kun langsung membukakan pintu untuk Ten, bisa dia lihat pasangan hidupnya menangis dengan keranjang kecil di tangan kirinya. Kun langsung membawa tubuh lemah Ten kedalam pelukan membiarkan Ten kembali menangis di pelukannya.

"K-kun aku bukan kakak yang baik.. Aku tidak menempati janjiku sendiri Kun, aku kakak yang paling buruk di dunia ini" bisa Kun rasakan Ten gemetaran hebat serta rematan kuat di baju belakangnya.

Kun hanya bisa mengusap punggung bergetar Ten serta memberikan Ten kata-kata penenang supaya Ten tidak lagi menyalahkan dirinya sendiri.

"Ini semua bukan salahmu, Ten. Jangan selalu menyalahkan dirimu sendiri yah, lebih baik kita ketemu Winwin, Xiaojun, dan Lucas di ruang tamu" Ten mengangguk menjawab perkataan Kun dan membiarkan Kun menuntunnya ke ruang tengah yang sekarang ada Winwin, Lucas, dan Xiaojun.

Setelah Ten duduk di sofa suasana di sekitar langsung hening, tidak ada yang membuka pembicaraan. Mereka berempat hanya melihat Ten yang sekarang melamun entah memikirkan apa, sangat sakit kalau menjadi Ten pikir mereka. Ten sadar dari lamunannya saat Kun menepuk bahu dan tersenyum lembut kearah Ten.

"Kau serius Xiaojun?"

Ten membuka pembicaraan. Xiaojun yang di beri pertanyaan itu terdiam bingung ingin menjawab apa tapi kepalanya mengangguk menjawab pertanyaan Ten sembari melihat pintu kamar Hendery. Ten ambil kedua tangan Xiaojun dan mengusap tangan dingin itu dengan lembut membuat Xiaojun tersenyum.

Wahrheit [YongYang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang