Doyoung sekarang sedang berdiam diri di dalam kamar sembari menatap pantulan dirinya sendiri di kaca yang tidak jauh dari kasurnya sendiri. Doyoung tertawa miris melihat dirinya sendiri, dia tatap kedua tangannya yang bergetar hebat dan menangis dalam diam. Dia berjalan kearah cermin lalu menonjok cermin itu sampai pecah berkeping-keping melukai jarinya sendiri. Doyoung terduduk di lantai menatap pecahan kaca bercampur dengan darahnya sendiri, wangi caramel pun tercium memenuhi kamar tertutup Doyoung.
Doyoung membiarkan tubuh lemahnya itu terduduk tanpa memperdulikan tangannya yang sudah terluka akibat ulahnya sendiri.
"Aku seorang pembunuh.." gumam Doyoung sebelum membawa tubuh lemahnya itu untuk beristirahat tanpa mengobati lukanya.Sama seperti Ten yang sekarang sedang di dalam kamar menatap sebuah bingkai foto yang berisi dua orang di dalam foto itu sambil tersenyum lebar bahkan saling merangkul satu sama lain. Ten tersenyum melihat foto itu dan mengusap bingkai foto dengan perlahan seperti merasakan kalau orang yang selama ini dia pikirkan ada di sampingnya. Dia letakan kembali bingkai foto tersebut keatas meja sebelum meninggalkan kamar dan melanjutkan rencana yang sempat tertunda.
"Rencana kita apa sekarang?" tanya Winwin saat melihat Ten datang dari kamarnya dan ikut bergabung membahas rencana yang akan mereka lakukan nanti.
"Keadaan Hendery bagaimana?" tanya Ten kepada Lucas yang sekarang sibuk dengan iPad untuk mengawasi kesehatan Hendery. Lucas menampilkan iPad itu kepada Ten dengan senyuman yang lebar.
"Kemungkinan dia akan sadar malam ini atau besok kak karena kondisi tubuhnya sudah stabil serta darah Xiaojun sudah bereaksi di tubuhnya" Ten mengangguk paham dengan penjelasan Lucas dan tersenyum kecil.
"Artinya tidak lama lagi kita akan membawa Yangyang pulang.."
Yangyang membuka kamar Taeyong dengan pelan dan mengintip seseorang yang berada di dalam kamar tersebut. Dengan perlahan Yangyang masuk takut mengganggu orang yang sekarang sedang sibuk dengan sebuah lukisan.
"Ada apa hm?" tubuh Yangyang sedikit tersentak saat suara Taeyong menyapa telinganya. Yangyang langsung menghampiri Taeyong yang tampak fokus menggambar sesuatu di atas kertas kanvas, sebuah gambar biola serta topeng hitam.
Yangyang menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas lukisan yang di buat oleh Taeyong, dia sangat tidak asing dengan topeng hitam serta biola yang di buat oleh Taeyong di atas kertas kanvas tersebut.
"Kau.. Melukis topeng dan biola ku?" tanya Yangyang tatapan tidak percaya, Taeyong menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Yangyang. Yangyang bingung sekarang bahkan masih menatap lukisan itu dengan tatapan tidak percaya, dia yakin dia tidak pernah memperlihatkan topeng ataupun biola yang dia miliki ke Taeyong.
"Meine liebe Rose.."
Tubuh Yangyang mematung saat kata-kata itu dia dengar dari mulut Taeyong, aroma bunga mawar pun memenuhi kamar Taeyong membuat Yangyang tidak bisa berkutik dari tempat berdirinya seperti dirinya terikat oleh sesuatu. Bisa dia rasakan kalau Taeyong memeluk pinggangnya dari belakang dan menenggelamkan wajahnya di leher Yangyang.
"Mein Alpha?" tangan Taeyong yang semulanya hanya memeluk pinggang Yangyang pun beralih ke arah leher sampai pipi Yangyang dan mengusapnya dengan lembut memberikan sensasi geli di kulit dingin milik Yangyang. Yangyang hanya bisa meremat kuat tangan Taeyong dengan wajah yang memerah padam serta nafasnya yang memberat.
"Sayangku.." bisik Taeyong di telinga Yangyang yang sekarang memerah, dengan susah payah Yangyang membalik tubuhnya untuk berdiri berhadapan dengan Taeyong. Segera Taeyong menggendong tubuh ringan Yangyang membuat sang empu menjerit terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari Taeyong dan langsung memeluk leher Taeyong.
Wajah Yangyang tambah memerah saat Taeyong mendorong tubuhnya menyentuh dinding dan mendekati wajahnya ke wajah Yangyang, bisa dia rasakan hembusan nafas hangat dari Taeyong yang menggelitiki wajah memerahnya itu. Feromon Taeyong yang beraroma bunga mawar itu memabukkan Yangyang sekarang seperti dia ingin tiap hari menyium aroma menenangkan itu.
"Bilang kepadaku.. Bahwa kau juga memimpikanku juga kan?" tubuh Yangyang meremang mendengar suara Taeyong yang sedikit berbeda, sedikit mendominasi membuat Yangyang tunduk patuh kepada Taeyong. Yangyang hanya menganggukkan kepalanya jujur karena selama ini yang dia mimpikan adalah Taeyong.
Melihat itu berhasil membuat Taeyong tersenyum kecil lalu menurunkan Yangyang dari gendongannya, tapi dengan gerakan cepat Taeyong langsung menahan kedua tangan Yangyang di atas kepalanya. Dia endus leher Yangyang membuat sang empu menggeliat kecil di dalam tahanannya itu, rasanya Yangyang ingin menjatuhkan dirinya sekarang karena tidak kuat dengan perlakuan Taeyong terhadap dirinya.
"Aku tidak peduli kau dari bangsa mana.. Yang aku inginkan hanyalah hidup bahagia bersamamu dan berjanji untuk selalu bersama apapun yang terjadi kedepannya karena aku mencintaimu Liu. Bolehkah?"
"Aku adalah milikmu, Alpha. Semua yang ada di diriku sekarang adalah milik dirimu, aku akan selalu ada di dalam hatimu bahkan di dalam ingatanmu kapanpun itu. Aku juga mencintaimu Lee Taeyong" bisa mereka rasakan seperti ada banyak sekumpulan kupu-kupu di perut mereka, pandangan Taeyong tidak beralih dari Yangyang yang sekarang tampak sangat cantik di matanya.
Taeyong beri kecupan ringan di leher jenjang Yangyang dan menggigit leher itu dengan kuat membuat Yangyang langsung meremat tangan Taeyong yang menahan tangannya di atas kepalanya, bisa dia rasakan Taeyong menjilati darahnya yang sekarang mengalir membasahi bajunya. Tangan satunya langsung membuka semua kancing baju Yangyang, Yangyang hanya pasrah sekarang.
Setelah puas Taeyong langsung menjauhkan wajahnya dari leher Yangyang yang sekarang ada bekas gigitannya, dan juga dia lepaskan tangan Yangyang dari genggamannya sembari dia kecup lembut tangan Yangyang. Taeyong arahkan tangan Yangyang untuk mengalungkan tangannya di leher Taeyong, dia yakin kaki Yangyang tidak kuat menahan tubuhnya sendiri.
"Alpha.." gumam Yangyang, mata sayu itu berubah menjadi memerah dan menatap leher Taeyong. Setelah mendapatkan izin Yangyang langsung mengigiti leher Taeyong dan menghisap darah Taeyong sampai menodai bibirnya karena darah Taeyong yang keluar sangat banyak. Taeyong menggeram saat merasakan sensasi hangat di lehernya, setelah puas Yangyang melepaskan gigitannya dari leher Taeyong.
Melihat itu Taeyong tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menyerang bibir tipis Yangyang yang masih ada darah miliknya sendiri. Rasa manis darah yang dia dapatkan dari bibir Yangyang semakin membuat Taeyong kecanduan dengan bibir Yangyang, sesekali Yangyang membalas ciuman Taeyong walaupun berujung Taeyong mendominasi ciuman mereka.
Taeyong bawa tubuh Yangyang ke kasur lalu memangku Yangyang yang tampak menikmati permainan lidah mereka, tidak peduli kalau leher mereka sudah basah karena air saliva yang bercampur satu sama lain. Yangyang menepuk bahu Taeyong saat merasakan kalau dirinya butuh bernafas, dengan perasaan yang tidak rela Taeyong melepaskan tautan bibir mereka dan mengusap bibir Yangyang yang sedikit membengkak karena ulahnya.
Tidak memberikan jeda untuk bernafas Taeyong langsung menyerang leher bahkan dada Yangyang merupakan tempat sensitif bagi Yangyang, badan Yangyang menggelinjang kecil merasakan kecupan sayang yang Taeyong berikan di dadanya.
"A-ahh kakak! Tungguhh gelii~" Yangyang hanya bisa meremat kuat rambut Taeyong untuk melampiaskan rasa nikmatnya.
"Ayo kita habiskan malam ini bersama, sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahrheit [YongYang]
FantasiaKebenaran tersembunyi dibalik mimpi yang mencurigakan. Siapa sangka, hanya untuk mencari kebenaran 'mereka' harus berada diambang ketidaksadaran sampai kebenaran itu datang dengan takdir dan waktu. ⚠️bxb YongYang feat MarkHyuck & KunTen [Story with...