28. Pulang

256 25 1
                                    

"John apa kau sudah memesan taksi?" tanya Taeil dengan nada yang terburu-buru membuat Johnny yang kini fokus menatap handphone langsung mengangguk menjawab pertanyaan Taeil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"John apa kau sudah memesan taksi?" tanya Taeil dengan nada yang terburu-buru membuat Johnny yang kini fokus menatap handphone langsung mengangguk menjawab pertanyaan Taeil.

"Sudah sayang, dan dia sudah menunggu kita di luar bandara. Ayo" Taeil, Johnny, dan Jungwoo bergegas membawa koper mereka masing-masing untuk keluar dari bandara dan melihat taksi yang sudah di pesankan oleh Johnny. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membawa koper tersebut kedalam mobil dan mereka mulai berangkat menjauh dari bandara.

Mereka bertiga sudah sampai dari luar kota dan sudah menyelesaikan lomba mereka. Karena Taeil sudah sangat khawatir dan takut Johnny langsung memutuskan setelah menyelesaikan lomba mereka langsung pulang apalagi mengetahui kalau teman-teman mereka tidak bisa di hubungi semua. Taeil menatap luar jendela dengan jantung berdebar dengan cepat, mukanya pucat, serta tangannya yang dingin. Johnny berusaha menenangkan Taeil dengan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Setelah sampai di depan pagar rumah Taeil langsung turun dari mobil dan segera dia berlari menuju depan rumah sedangkan Jungwoo dan Johnny menurunkan koper-koper mereka. Taeil dengan sekuat tenaga membuka pintu karena pintu tersebut seperti terkunci dari dalam, sudah dia ketuk berkali-kali tapi tidak ada yang menjawab membuat Taeil semakin panik. Ini sudah menuju siang kenapa mereka tidak ada merespon ketukan di pintu depan.

"Minggir" Taeil berjalan kearah Jungwoo membiarkan Johnny yang bersiap-siap mendobrak pintu depan. Pintu itu langsung terbuka saat Johnny mendobrak membuat Taeil dan Jungwoo bergegas masuk kedalam rumah.

Yang pertama mereka lihat adalah ruang tamu yang sangat berantakan serta isinya sangat kacau seperti habis terkena badai yang besar, banyak bulu burung gagak di lantai serta kaca yang berserakan di lantai. Rumah itu tampak gelap walau di luar sedang siang hari, dengan perasaan yang takut Taeil langsung masuk ke kamar Haechan dan melihat ada Haechan dengan alat medis memenuhi tubuhnya, Jaehyun yang tertidur di atas kasur sebelah Haechan, Taeyong yang baru keluar dari kamar mandi dengan badannya terbalut dengan perban, serta Doyoung yang terkejut dengan kedatangan Taeil.

Tubuh Taeil melemah membuat dia berlutut di depan pintu kamar, bergegas Doyoung membantu Taeil berdiri dan duduk di kursi untuk menenangkan Taeil yang mulai menangis melihat keadaan Haechan. Johnny dan Jungwoo juga terkejut melihat apa yang ada di kamar Haechan.

"Ada apa dengan kalian semua?!" ujar Johnny yang langsung berjalan kearah Haechan yang masih enggan membuka matanya. Taeyong pun menceritakan semuanya apa yang terjadi dengan mereka serta apa yang terjadi dengan WayV, mendengar semua cerita dari Taeyong mereka bertiga hanya ternganga tidak percaya dengan apa yang terjadi di saat mereka sedang di luar kota terlebih saat tahu Haechan koma dan Winwin merupakan keturunan dua bangsa yang berbeda.

"Kita harus menyelesaikan ini semua, kau Doyoung ikut denganku ke kamarku" Doyoung nurut dan ikut Taeil ke kamarnya.

Di rumah para Vampire tampak sangat sepi hanya ada suara burung gagak dan elang menjadi penghilang kesunyian di rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah para Vampire tampak sangat sepi hanya ada suara burung gagak dan elang menjadi penghilang kesunyian di rumah itu. Yangyang membuka perlahan matanya dan melihat sekeliling, dia ada di kamarnya sendiri tapi anehnya dia tidak bisa menggerakkan badannya sama sekali.

"Kau sudah bangun?" Ten masuk kedalam kamar Yangyang dengan sekantong darah segar di tangannya, Yangyang hanya diam karena dia bingung merespon apa. Badannya masih tidak bisa di gerakan seperti di tahan oleh sesuatu membuat Ten terkekeh kecil.

"Astaga, apa kau ingin bergerak?" Ten menjentikkan jarinya dan seketika Yangyang bisa bergerak, Yangyang raba lehernya yang sudah tidak ada luka apapun itu apalagi luka sayatan dari Taeyong. Yangyang mundur pelan saat Ten duduk di pinggir kasur lalu mengusap pipinya dengan lembut, jujur dia sangat ketakutan sekarang. Kejadian kemarin membuat Yangyang ketakutan.

"Manis, jangan takut denganku" ucap Ten dengan nada yang lembut serta tatapan lembut tapi Yangyang memejamkan matanya saat Ten mencengkram kuat pipi tirusnya. Ten awalnya ingin bersikap lemah lembut langsung merubah sikapnya menjadi dingin bahkan terkesan kasar untuk Yangyang yang tidak pernah dia bentak.

"Dengarkan aku Liu Yangyang, kau adalah seorang vampire murni dari kerajaan Martanesia dan kau sangat di hormati oleh siapapun termasuk diriku. Seharusnya kau tahu kalau mempunyai mate dari bangsa lain sangat lah tabu di bangsa kita" ucap Ten sambil meremat kuat pipi Yangyang membuat Yangyang meringis kecil. Yangyang membuka matanya dan dengan berani menatap mata Ten dengan tatapan tidak mau kalah, bahkan Yangyang menepis tangan Ten.

"Ini semua sudah di atur oleh takdir dan kita tidak bisa melawan takdir apapun itu kak, kalau bisa kita mengubah takdir maka dari awal sudah aku ubah semua takdirku termasuk mateku sendiri. Aku tahu aku sangat di hormati karena aku dari kerajaan Martanesia yaitu kerajaan dari semua vampire di negeri ini tapi bukan berarti aku bisa seenaknya mengubah semua takdir itu, aku tahu mempunyai mate dari bangsa yang berbeda masih sangat tabu tapi aku akan menghancurkan semua itu. Apa kau sadar kak? Kalau semua keegoisan dan semua dendammu itu bisa merugikan banyak pihak? Bukan hanya mereka saja yang bakal rugi tapi harga dirimu sendiri juga akan hancur hanya karena keegoisan dan dendam kakak yang selama ini kakak pendam. Tidak semua masalah bisa di selesaikan dengan serangan atau perang, masih banyak cara untuk menyelesaikannya"

Mendengar itu Ten hanya terdiam tapi tangannya dengan cepat mencekik leher Yangyang membuat Yangyang dengan tenaga sisa berusaha melepaskan cekikan dari Ten di lehernya. Tapi Yangyang sekarang tidak takut dan membiarkan Ten untuk mencekik lehernya.

"Apa? Cepat bunuh aku dengan tanganmu kak! Aku tidak takut denganmu sekarang, mau aku mati atau tidak itu tidak akan mengubah semua takdir yang sudah di atur selama hidup kita. Cepat bunuh aku sekarang!" Ten melepaskan cekikan di leher Yangyang, dia dorong Yangyang sampai membuat tubuh Yangyang yang lemah terlentang di kasur miliknya sendiri. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Ten berjalan keluar kamar tapi vampire itu berhenti saat di ambang pintu.

"Aku tidak akan mengizinkanmu keluar kamar" Yangyang membulatkan matanya terkejut, dengan bersusah payah Yangyang turun dari kasur untuk menyusul Ten tapi sayang Ten langsung menutup kamar Yangyang dari luar membuat Yangyang menggedor-gedor pintu dengan kencang.

"KAK TEN! KELUARKAN AKU ATAU AKU BUNUH DIRI DI SINI!"

"Xiaojun, jangan sampai dia kabur lagi seperti kemarin" Xiaojun yang berdiri di depan kamar Yangyang hanya mengangguk kepalanya, vampire itu sangat patuh dan nurut.

Wahrheit [YongYang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang