23. Penculikan

195 20 1
                                    

Mata Yangyang berubah menjadi merah darah serta aura gelap dari Yangyang langsung terasa di ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Yangyang berubah menjadi merah darah serta aura gelap dari Yangyang langsung terasa di ruangan itu. Yangyang menyuruh mereka bertiga untuk menjauh dari pintu serta jendela, dia ambil belati yang selalu dia bawa. Yangyang langsung membuka pintu kamar dan membiarkan kelelawar itu mengelilinginya sebelum Yangyang menggerakkan tangannya mengode kepada burung gagak dan elang untuk menyerang kelelawar yang sekarang sudah mengepungnya.

Doyoung langsung melepaskan anak panahnya untuk membantu Yangyang sedangkan Yuta dan Taeyong merubah wujud mereka menjadi serigala yang sangat besar serta membabi-buta menyerang kelelawar yang entah kenapa tidak habis-habisnya datang menyerang. Yuta menggunakan kekuatan telekinesis miliknya untuk menyerang kawanan kelelawar itu, Yuta lempar benda apapun itu yang di lihat oleh matanya langsung untuk melindungi Yangyang dari jauh. Mereka tidak sadar kalau Yangyang berdiri jauh dari mereka menyerang kelelawar itu, Yangyang langsung terdiam saat merasakannya seseorang berdiri di belakangnya, dia seperti di tahan oleh sesuatu sampai membuat Yangyang tidak bisa menggerakkan kaki ataupun tangan sendiri serta sebuah bisikan terdengar.

"Ayo kita pulang" itulah bisikan yang Yangyang dengar sebelum seseorang mendekap mulut serta hidungnya dengan sebuah kain dan Yangyang langsung kehilangan kesadarannya. Yuta dan Taeyong menyadari itu, melihat Yangyang yang sedang di sekap oleh Lucas lalu menghilang begitu saja di iringi dengan kelelawar yang kembali berdatangan.

Yuta dan Taeyong langsung berlari kearah tempat Yangyang berdiri tapi mereka malah melihat Winwin yang sedang berdiri di hadapan mereka. Winwin hanya diam menatap kedua Alpha tersebut dengan tatapan datar, Yuta dan Taeyong merubah wujudnya kembali menjadi manusia dengan Taeyong menahan semua emosinya.

"KEMBALIKAN YANGYANG!" Winwin tidak merespon dan masih menatap kedua Alpha tersebut dengan tatapan datar tapi senyuman licik terukir di bibir Winwin, dengan gerakan secepat kilat Winwin mengambil belati Yangyang yang ada di lantai lalu melemparkan belati tersebut kearah Taeyong yang sekarang tubuhnya tertahan oleh sebuah bayangan dari Winwin.

Taeyong sekuat tenaga untuk bergerak tapi nihil dia tidak bisa menggerakkan apapun bahkan berbicara saja tidak bisa, bisa dia lihat belati tersebut terlempar kearahnya dengan cepat. Taeyong memejamkan matanya dengan erat saat merasa belati itu sudah mendekati tubuhnya tapi Taeyong tidak merasakan apapun, dia buka perlahan matanya dan melihat ada Yuta yang berdiri di hadapannya lalu terjatuh seketika ke lantai, Yuta membiarkan tubuhnya menjadi tameng untuk Taeyong.

Winwin langsung menghilang begitu saja membiarkan Taeyong yang tampak panik dengan keadaan Yuta
"Hey aku baik-baik saja!" ucap Yuta sambil mencabut belati yang tertancap di dada kanannya. Darah tidak berhenti keluar dari dada kanan Yuta dan bergegas Taeyong menuntun Yuta untuk masuk ke kamar Mark.

"Shhh untung saja tidak kena dada kiriku" Jaehyun langsung membukakan pintu kamar Mark dan langsung mengobati Yuta dengan cepat, tidak lama Doyoung masuk kedalam kamar Mark untuk melihat kondisi Taeyong dan Yuta.

Terlihat juga kaca jendela kamar Mark retak bahkan jika di sentuh mungkin kaca itu langsung hancur menjadi berkeping-keping, Yuta mengigit bibirnya sendiri dengan kuat melampiaskan rasa yang sangat perih menjalar di lukanya membuat bibirnya sendiri terluka. Yuta menatap tajam Jaehyun setelah Alpha tersebut mengobati lukanya tapi dia juga takjub dengan lukanya yang langsung kering seketika.

"Kau ingin membunuhku dengan cara seperti ini?! Perih sekali" omel Yuta yang hanya di dengarkan oleh Jaehyun. Obat yang dia berikan kepada Yuta adalah obat yang baru saja beberapa hari yang lalu dia racik, obat itu bisa membuat sebuah luka langsung kering seketika walaupun harus merasakan perih yang amat sakit menjalar di tubuh.

"Kemana Yangyang?" tanya Doyoung saat menyadari Yangyang tidak ada bersama mereka. Doyoung langsung menutup bahkan mengunci kamar Mark.

"Yangyang di culik oleh Lucas dan Winwin" ujar Taeyong yang berusaha menenangkan emosinya yang mungkin kapan saja meledak, saat Yangyang di sekap tadi Taeyong bisa merasakan dadanya sedikit sesak belum lagi dia dan Yuta tidak sempat menyelamatkan Yangyang.

"Kita harus menyelamatkannya" sekali lagi Taeyong di tahan tapi kali ini oleh Doyoung membuat Taeyong menghela nafasnya berat, perasaan dan hatinya sangat tidak tenang sekarang.

"Saranku jangan sekarang, selain karena kak Yuta sedang terluka kita juga tidak punya bantuan. Kataku juga hanya dengan mengandalkan werewolf kita tetap saja kalah saing dengan mereka. Mereka pasti merencanakan sesuatu yang lebih kejam lagi, aku sarankan besok atau lusa untuk menyerang. Kita juga harus memberitahu kak Taeil, kak Johnny, serta Jungwoo masalah ini tapi sayang aku susah menghubungi mereka bertiga" mereka yang di dalam ruangan itu terdiam hening membiarkan suara alat medis dan dentingan jam menjadi suara yang memecah keheningan di malam hari.

"Astaga apa yang mereka pikirkan sampai melukai seseorang begini.." gumam Yuta, Doyoung hanya diam sembari menahan air matanya yang ingin turun. Dia hanya berdoa untuk keselamatan Yangyang di luar sana.

"Kenapa kau menjadikan dirimu tameng untukku Yuta? Kau bisa saja mati" yang di tanya hanya tertawa kecil, dia pasang bajunya yang sebelumnya dia lepas lalu kembali duduk di pinggir kasur milik Haechan.

"Kau adalah Alpha terkuat di sini Taeyong dan tidak mungkin aku membiarkan ketua yang selama ini sudah membantu bahkan melindungi aku mati begitu saja apalagi kau tadi tidak bergerak ataupun mengeluarkan kekuatanmu. Lawan kita sekarang tidak main-main apalagi Winwin yang merupakan keturunan dua bangsa sekaligus bisa saja kekuatan di atas rata-rata kita, aku tidak mau melihatmu mati konyol karena tadi mending aku yang menjadi tameng mu. Kalau saja Mark melihat ini mungkin dia akan seperti ku, menjaga ketuanya karena dia tahu kalau menjadi ketua sangatlah tidak mudah apalagi harus melindungi kawanannya walaupun kawanannya lebih kuat darinya sendiri. Dan juga kau mempunyai mate Taeyong aku tidak mau melihat kalian berdua sama-sama sakit, cukup aku menangisi Mark dan Haechan setiap malam"

Di sisi lain Jungwoo tampak sibuk dengan handphone yang dia pegang dan sebuah laptop di atas meja. Jungwoo mengerang kesal saat sesuatu yang dia urus tidak bisa selesaikan bahkan Jungwoo menggebrak meja untuk melampiaskan kekesalannya.

"Astaga kenapa mereka susah sekali di hubungi?!" Jungwoo sudah frustasi untuk menghubungi teman-temannya yang lain. Sudah beberapa hari mereka tidak bertukar kabar bahkan mengakses media sosial saja tidak bisa kadang membuat laptop ataupun handphone mereka menjadi error seperti sedang di hack oleh seseorang.

Rasa gelisah dan takut menyerang Jungwoo sekarang, banyak sekali pertanyaan yang berputar-putar di pikirannya membuat kepalanya terasa ingin pecah. Taeil datang melihat Jungwoo tampak frustasi melihat handphone serta laptop.

"Bagaimana? Berhasil?" Jungwoo menggelengkan kepalanya membuat Taeil menghela nafas berat, berbagai macam cara sudah mereka gunakan untuk menghubungi yang lain tapi nihil mereka semua tidak bisa di hubungi. Johnny datang sembari membawa tiga tiket pesawat.

"Lusa kita akan pulang"

Wahrheit [YongYang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang