Dari opsi patah dan menjauh, aku masih memilih mencintaimu. Aku yakin semua pertemuan pasti memiliki cerita. Walaupun aku tahu, resikonya adalah aku yang akan hancur.
_______________________________
Malam ini hujan turun rintik. Cakrawala berbisik tentang gelap dan kesedihan. Tentang perasaan kecewa yang tak mampu di suarakan kepada pemberinya.Mentari belum patah, dia mengerti di titik sudut pandang arah lainnya. Disana bulan pun masih tersenyum disaat langit memperlihatkan amarahnya, menghujam bumi dengan kilatan petir. Amarah yang tidak seharusnya Mentari egoiskan bersama perasaan sepihaknya. Guntur hanya melindungi raga yang ia cintai. Itu wajar.
"Mentari yuhuu, ratooh datang bebihh!" Seru Caca yang datang dengan menenteng sebuah tote bag kuning bergambar permen ditengahnya.
"Toa banget tuh mulut." Cibir Diva.
"Lo disini juga, Va?" Tanya Caca melihat Diva yang baru saja keluar dari kamar mandi Mentari dengan handuk putih di kepalanya.
Diva mengangguk. "Tadi gue habis latihan taekwondo, gerimis. Jadi gue melipir kesini deh, dan yah gue mau nginep disini malam ini." Ucapnya lalu duduk bersila di atas kasur Mentari.
"Gue mau nginep juga ah. Boleh kan,Tar?
Mentari tersenyum. "Dua juta per malam okey?" Ucapnya langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Memejamkan matanya sebentar untuk mengistirahatkan badannya.
"Yeee, apapun dijadiin bisnis Lo." Caca mencebikkan mulutnya.
"Tar, gimana punggung Lo?" Tanya Diva.
Mentari hanya bergumam. Dia belum mengecek punggungnya sama sekali. Dia bahkan masih mengenakan seragam putih abu-abu nya.
"Lain kali jangan mau lagi diajak sama si geledek itu. Gedeg gue sama dia." Diva kembali bersuara.
"Geledek?" Beo Mentari langsung duduk dengan tegak menatap Diva dengan kerutan di dahi.
"Guntur." Jelas Diva malas.
"Gue yang salah, Va. Jadi wajar Guntur marah."
"Iya tapi dia berlebihan banget tau nggak. Lo juga udah minta maaf. Tuh tangan pacarnya juga cuma ke gores dikit aja kan? belum patah?" Kesal Diva memutar bola matanya.
"Nggak boleh gitu, Va."
"Heran deh gue, dari banyaknya cewek cantik di Ekadanta. Kenapa Guntur nyantolnya ke Erica sih. Cewek manja dan picik itu." Mentari terus Menatap sahabatnya yang masih mendumal.
"Tadi sore juga, Guntur tiba-tiba absen dari latihan. Gue denger dari Fahsya sih katanya mau nemenin Erica ke mall. Bucin banget sih dia. Najiss!" Mentari diam, menyimak apa saja yang diceritakan Diva. Entahlah pendengarannya selalu tertarik jika menyangkut tentang Guntur. Meskipun topiknya membuatnya sesak.
"Iya, Va gue juga liat Guntur kemarin di gramedia sama Erica. Untuk pertama kalinya dia ingkar sama janjinya. Gue takut dia jadi jauh, Va." Batin Mentari.
"Gue yakin besok dia pasti dihukum tuh, atau nggak, paling di cabut jadi perwakilan sekolah buat pertandingan."
"Udah ihh ribut Lo, Va." Ujar Caca menyudahi.
"Gimana gue nggak ribut. Mentari juga luka karena kesiram kuah bakso, bukan cuma Erica doang. Tapi dia malah langsung mencak-mencak di depan anak-anak." Ucap Diva ngegas.
"Terkadang, sikap hanya topeng untuk bisa tetap menjaga seseorang." Gumam Caca tanpa ia sadari.
"Gimana, Ca?" Tanya Mentari yang sedikit mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur di kala Mentari
Novela Juvenil(Jangan lupa follow dulu baru baca) "Jika pagi butuh malam untuk bertemu, aku hanya butuh tersenyum lalu menangis untuk membencimu." -Mentari Himawan. Mengenal Guntur membuat Mentari merasa jingga, saat cerahnya bertemu gelap. Kisah bahagia yang di...