Chapter 34 : The way how stupid i am

132 11 33
                                    

Resiko mencintaimu apakah harus seberantakan ini?

___________________________________

Tangan Mentari menggenggam cemas ponselnya. Perasaan takut semakin memeluk dirinya kala cahaya senja perlahan redup berganti gelap.

"Ini abang batagornya introvert apa gimana sih." Monolognya pelan. Sekali lagi ia kembali menatap penjual batagor itu yang tidak mengeluarkan sepatah katapun semenjak tadi.

"Kayaknya emang cuma tuh mangkok yang jadi alat komunikasi dia buat panggil pembeli, selebihnya cuma pake gerakan tubuh, ngangguk, geleng, sama senyum doang. Tuhan nyiptain mulut bener-bener nggak di gunain dengan benar." Cibir Mentari.

Senyumnya tiba-tiba terbit, saat otaknya dengan pintar menyimpulkan sesuatu. Mata gadis itu masih terus menelisik hingga hatinya juga mantap menyetujui otak.

"Lo pikir, Lo bisa nipu gue." Geming Mentari tersenyum miring. "Dasar bego. Harusnya dia lebih mendalami karakter kalo mau nyamar. Mana ada tukang batagor pake Dior. Dasar geledek." Kekeh kecil Mentari menirukan panggilan Diva.

Mentari tidak ingin percaya. Tapi, untuk apa cowok itu menyamar jadi tukang batagor? Sungguh tidak mungkin dia kerja sampingan untuk tambahan uang jajan kan? Bahkan dia bisa membeli apapun yang dia tunjuk.

Mentari semakin menahan kekehannya kala melihat kulit bersih cowok itu juga topi dan jam tangan Dior yang digunakan.

"Abang kenapa pake masker? Rugi dong punya wajah ganteng tapi ditutupin." Goda Mentari.

Penjual itu menoleh dengan mata menyipit karena tersenyum, tanpa membalas perkataan Mentari.

"Beneran pen nampol gue." Ringis Mentari jijik.

Mentari bergidik jijik melihat Guntur bertingkah sok malu-malu setelah cowok itu sempat menyombongkan tampangnya dengan nada pongahnya tadi siang.

"Abang serius amat goreng batagornya. Nanti minyak gorengnya lompat loh karena salting ditatap terus." Ujar Mentari lagi, terus memancing Guntur.

"Gue sumpahin tuh minyak goreng panas beneran loncat ke mukanya." Serapah Mentari mulai kesal karena Guntur terus menyamar.

Buugghh!!

Bruukkk!!

Mentari terlonjak ketika tubuh penjual itu tiba-tiba terjerembab tepat di depannya. Ia melihat kehadiran Ilham yang entah sejak kapan cowok itu datang.

"Ham Lo apa-apaan sih, hah?" Sentak Mentari.

"Tar, dia masukin sesuatu di makanan Lo." Jelas Ilham.

"Nggak mungkin." Sanggah Mentari cepat. "Dia nggak mungkin mau nyakitin gue."

Mentari semakin kesal melihat Guntur masih bungkam setelah tuduhan Ilham.

"Kenapa Lo yakin banget dia nggak akan ngelakuin itu?" Tanya Ilham penasaran.

"Karena gue kenal sama dia dan dia nggak mungkin bikin gue kenapa-kenapa, Ilham."

Ilham menggeleng, ia mengambil sebuah botol yang terlempar di dekat gerobak.

"Terus botol ini apa?" Tunjuk Ilham.

"Anjing! Lo mau kabur kemana." Ilham memiting leher penjual itu yang hendak ingin melarikan diri.

"Guntur stop bertingkah bodoh! Akhiri permainan konyol Lo." Cecar Mentari. "Bilang sama Ilham kalo Lo cuma lagi ngerjain gue."

Guntur di kala Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang