Waktu tidak akan kembali untuk merubah kebodohannya
_________________________________
Gadis berseragam SMA itu terlihat menuruni angkutan umum dengan sangat santai. Derasnya hujan seolah tidak akan bisa membuatnya basah. Disaat semua orang tergesa-gesa berlari masuk ke dalam rumah sakit. Mentari tetap berjalan dengan langkah kecil sambil meminum se cup es teh. Hatinya yang hancur seakan mematikan seluruh rasa ditubuhnya. Termasuk dingin.
"Bocil bandel anaknya siapa sih ini."
Langkah Mentari terhenti, ia mendengar suara yang memberinya alasan untuk datang ke sini.
"Cari siapa dek?" Ucap Ilham sedikit membungkuk menatap Mentari seperti berbicara dengan anak kecil.
Gadis itu tetap datar sambil menyeruput es teh ditangannya dan hanya menggedikan bahunya acuh.
"Dih nggak jelas." Heran Ilham.
"Eh kemana, Tar?" Tanya Ilham saat Mentari berjalan meninggalkannya.
"Pulanglah!"
"Kok pulang?"
"Orang sekarat pun nggak akan betah di rumah sakit."
Ilham menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menyamakan langkah di samping Mentari.
"Guntur keras banget yah mukul Lo, Ham? Geser deh kayaknya otak Lo." Ucap Mentari.
"Nggak apa-apa geser, yang penting masih bisa ingat sama Lo." Celetuk Ilham.
Mentari memutar bola matanya malas.
"Eh, bentar Tar ponsel gue ketinggalan." Sadar Ilham saat meraba saku celana jeansnya. Alhasil Mentari ikut berhenti menunggu Ilham yang kembali masuk ke dalam koridor rumah sakit.
"Mentari?" Sapa seseorang yang hampir membuatnya tersedak minumannya.
Mentari membalikkan tubuhnya. Ia terkejut melihat kehadiran Jenar dan suaminya.
"Tante, Om." Mentari langsung menyalimi Jenar dan Arga.
"Kamu ngapain disini? Siapa yang sakit?"
Mentari diam, ia bingung harus menjawab apa. Guntur sepertinya tidak memberitahu Jenar dan Arga tentang Ilham.
"Mungkin lagi check up aja, Ma." Ujar Arga.
Mentari mengangguk canggung sambil tersenyum.
"Tante Jenar lagi check up juga?"
"Iya sayang, ini mau pulang."
Braakk!!
"Tante!!"
Sedetik saja jika tangan Arga telat menompa tubuh Jenar, mungkin istrinya itu sudah terjatuh di lantai. Entah darimana sebuah troli makanan berjalan begitu saja menabrak tubuh Jenar.
"Saya minta maaf Bapak Ibu." Seorang suster datang dengan wajah panik.
Mentari sedikit merasa aneh. Lantai rumah sakit ini tidak ada yang menurun. Jika benar troli itu terlepas dari tangan suster, mengapa kecepatannya sangat kencang? Seperti ada yang sengaja mendorongnya.
"Ini bukan kesalahan tapi ini kecerobohan." Tekan Arga dengan nada dingin.
"Saya marah bukan hanya karena istri saya hampir kenapa-kenapa. Anda harus aware terhadap pekerjaan anda. Mungkin kecil, tapi rumah sakit bukan tempatnya untuk kelalaian seperti ini. Banyak nyawa yang bergantung di tempat ini." Tegas Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur di kala Mentari
Teen Fiction(Jangan lupa follow dulu baru baca) "Jika pagi butuh malam untuk bertemu, aku hanya butuh tersenyum lalu menangis untuk membencimu." -Mentari Himawan. Mengenal Guntur membuat Mentari merasa jingga, saat cerahnya bertemu gelap. Kisah bahagia yang di...