Rahasia ini milik gue begitu juga sakitnya.
"Lo?!"
Mentari membelalakan matanya.
"Lo bukannya masih dirawat di rumah sakit?!"
Guntur sedikit meringis merasakan punggungnya menghantam kulkas karena Mentari spontan mendorongnya. Ia akui tenaga perempuan terkadang juga sangat kuat disaat keadaan darurat.
"Percuma, karena obat gue ada disini." Gumam Guntur sambil membenarkan duduknya bersandar di pintu kulkas.
"Ha?" Beo Mentari sepertinya ia salah mendengar.
"Gue nggak akan biarin setiap ketakutan itu ngusik Lo." Ulangi Guntur.
Mentari mengernyit heran sambil menelisik dalam wajah Guntur. Sepertinya ada yang salah dengan kepala cowok itu.
"Lo ngelindur ya? Gue bukan Erica." Timpal Mentari. "Obatnya terlalu keras deh ini kayaknya. Tapi, Lo tenang aja nanti gue bantu hubungi dokter yang nanganin Lo, biar efek sampingnya nggak separah ini. Kok bisa sih ada obat bikin salah bedain orang." Dumel Mentari lalu beranjak berdiri.
Duarr!!
"Mama!"
Lagi dan lagi suara petir menyambar.
Guntur mematung sesaat, Mentari tiba-tiba menubruk tubuhnya dan memeluknya sangat erat. Dia tidak bisa menahan lengkungan di bibirnya. Guntur lantas membalas mendekap tubuh mungil itu.
"Ini kapan sih listriknya nyala." Lirih Mentari terdengar sedikit isakan.
"Sssshhhh. Gue udah disini." Tenang Guntur semakin mengeratkan pelukannya.
Mendengar suara Guntur, Mentari spontan melepas pelukan itu. Ia sedikit menjauh, tetapi tidak terlalu jauh. Ia menekuk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya dengan mata terpejam.
"Maaf." Lirih Mentari.
Guntur tersenyum. "Untuk apa, hmm?"
Mentari menggeleng tanpa menegakkan kepalanya. Sungguh ia tidak sengaja berniat ingin memeluk Guntur seperti itu. Erica pasti akan kesal jika melihatnya.
"Mentari ini ternyata emang masih anak kecil." Kekeh Guntur menggeser tubuhnya mendekat ke arah Mentari dan ikut menekuk lututnya menunduk mencoba melihat wajah gadis itu.
"Apa dewasa itu nggak boleh ngerasain takut?" Tanya Mentari.
"Gue nggak bilang kayak gitu, Tar."
"Kalo gitu kenapa Lo selalu menganak kecilin gue?" Protes Mentari masih dengan menelungkupkan kepalanya.
"Karena Mentari ini belum bisa jaga dirinya sendiri maupun orang lain. Mentari ini masih suka ceroboh, bandel, kepala batu, sama cengeng." Ejek Guntur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur di kala Mentari
Ficção Adolescente(Jangan lupa follow dulu baru baca) "Jika pagi butuh malam untuk bertemu, aku hanya butuh tersenyum lalu menangis untuk membencimu." -Mentari Himawan. Mengenal Guntur membuat Mentari merasa jingga, saat cerahnya bertemu gelap. Kisah bahagia yang di...