Kita tidak tahu kalau itu sia-sia jika kita tidak melakukannya.
_________________________________
"Rak rak pegangin gue, pegangin gue."Raka menyeringai langsung berdiri memegangi tangan Davit.
"Lepasin! Aku nggak mau pulang sama kamu." Davit menepis tangan Raka lalu melangkah manja memalingkan wajahnya.
Sementara Raka membuat mimik kecewa dengan memegang dadanya seperti menahan sesak.
"Kenapa, kamu lebih milih dia daripada aku? Kenapa?"
"Karena kamu ja-hat." Ujar Raka bernada seperti orang yang sangat tersakiti. Tangannya menutup mulutnya seakan ada isakan, bahkan suaranya berubah menjadi cempreng layaknya seorang perempuan.
"Sarap!" Maki Guntur berlalu meninggalkan sahabatnya itu dan berjalan ke kelas di ikuti Fahsya.
"Kenapa Lo?" Tanya Guntur melirik sinis ke arah Fahsya karena mendapati dia sedang tersenyum.
"Enggak ada. Cuma geli aja ada angin nabrak ketiak gue."
"Berobat Lo." Maki Guntur kesal mendengar jawaban tidak masuk akal dari sahabatnya itu, sementara Fahsya semakin menyuingkan bibirnya melihat wajah datar Guntur.
Guntur tahu Fahsya sedang menertawakannya. Davit dan Raka terus-terusan membulinya karena melihat Mentari menolak ajakannya kemarin. Mereka berdua bahkan terus mendramakan dialognya.
Iya, mereka bertiga ada di jalan tempat dimana Ilham di pukuli Alvaro kemarin.
Sial !
"Gimana, Tur? Sakit nggak rasanya ditolak? Perih atau pedih?" Davit belum puas menyusul Guntur dan merangkulnya.
"Suram nggak, Tur dunia Lo jadinya? Ada gelap-gelapnya gitu nggak?" Timbrung Raka ikut merangkul pundak kiri Guntur.
"Kali ini gue mendukung sikap Mentari."
Davit dan Raka kompak menoleh ke arah Fahsya dengan tatapan terkejut sekaligus senang.
"Kalo Mentari sama gue Lo bakal dukung juga nggak, Sya?" Tanya Davit tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.
"Mentari yang keburu ogah sama Lo." Tukas Fahsya.
"Asem! Bener-bener Lo." Davit langsung putus asa.
"Sayang." Panggil Erica berlari dari belakang dan langsung nyempil diantara Raka dan Guntur.
"Kok pada diem? Lanjut aja ngobrolnya nggak apa-apa." Ujar Erica menyadari semuanya menjadi diam setelah kedatangannya.
Guntur melirik Davit dengan kernyitan di dahi. Wajah cowok itu berubah dalam hitungan detik.Tatapannya berubah menjadi dingin.
"Kenapa nggak masuk kelas?" Tanya Guntur mengalihkan.
Erica menggeleng. "Nanti aja, aku lagi kesel." Adu Erica mengerucutkan bibirnya dan melipat tangannya di dada.
Sementara Guntur diam, menunggu kekasihnya itu melanjutkan ceritanya.
"Mentari ngambil posisi aku di the princess of school yang diadain SMA Ekawira minggu depan. Padahal aku udah ngincer mulai dari kelas XI. Ngeselin kan?"
"Emang nggak pake seleksi?" Tanya Guntur.
"Enggak ada. Paling Mentari tuh yang ngerayu Miss Yuni. Kalau nggak, mungkin Miss Yuni bakal udah milih aku. Secara aku lebih cantik dari dia." Ucap Erica bernada merendahkan Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur di kala Mentari
Novela Juvenil(Jangan lupa follow dulu baru baca) "Jika pagi butuh malam untuk bertemu, aku hanya butuh tersenyum lalu menangis untuk membencimu." -Mentari Himawan. Mengenal Guntur membuat Mentari merasa jingga, saat cerahnya bertemu gelap. Kisah bahagia yang di...