Chapter 40 : Maaf

98 8 27
                                    

Dan ternyata bukan rasa itu tidak ada, melainkan sengaja disembunyikan dengan cara begitu picik.

Dan ternyata bukan rasa itu tidak ada, melainkan sengaja disembunyikan dengan cara begitu picik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, kamu mau aku beliin smoothies aja ngga?"

"Aku tahu pasti kamu bosen sama makanan rumah sakit kan? Nggak apa-apa kok lebih sehat juga, kan buah sama sayuran."

"Atau kamu pingin makan sesuatu yang lain? Nanti aku tanyain sama suster boleh apa enggak."

"Gimana? Kamu lagi pingin makan apa?"

Erica melirik Guntur. Tidak ada respon apapun atau suara yang keluar. Cowok itu duduk di sofa dengan mata terpejam. Kaki Erica melangkah mendekat lalu duduk di sebelahnya.

"Er" Tegur Guntur dingin tanpa membuka matanya, saat tangan Erica baru ingin menyentuh wajahnya.

"Kamu, kenapa sih sayang? Aku dari tadi nanya ini itu kamu diem aja." Kesal Erica.

"Kamu bahkan nggak ngomong sepatah katapun ke aku. Kenapa sih di saat kita cuma berdua doang sikap kamu selalu dingin?"

Guntur tetap tidak bergeming. Dia terlalu malas menggubris pertanyaan yang sudah jelas apa jawabannya.

"Aku bela-belain pulang sekolah langsung ke rumah sakit jagain kamu. Waktu aku seharian juga habis cuma buat ngerawat kamu. Kamu pikir aku suka tiap hari ngabisin waktu disini? Tiap hari bau obat, nahan ngantuk, diem doang. Terus bukannya di bikin nyaman malah di buat kesel terus sama sikap kamu. Kamu tuh nggak ngehargain pengorbanan aku tau nggak."

"Dia yang udah bikin kamu terluka, malah aku yang dibuat susah. Dia emang pembawa masalah!" Gerutu Erica.

"Gue nggak pernah nyuruh Lo ada disini." Tandas Guntur.

"Tapi aku ini pacar kamu." Tukas Erica cepat kembali menoleh Guntur. 

"Aku disini, Tur. Aku yang selalu ada buat kamu. Aku yang nemenin kamu."

"Kapan sih kamu bisa liat aku? Tiap hari rasanya pingin nyerah, nggak tau harus peduli dengan cara apa lagi biar kamu bisa hangat sama aku. Capek Tur, berjuang itu capek. Kamu pikir nggak capek apa?" Geram Erica.

"Capek itu Lo sendiri yang ciptain. Seandainya Lo sadar, kalo nggak semua apa yang Lo mau itu bisa Lo dapetin, Lo nggak bakalan tersiksa." Balas Guntur.

"Enggak," Sela Erica.

"Kata siapa aku nggak bisa dapetin apa yang aku mau? Aku udah berhasil dapetin apa yang aku mau, tapi ada satu orang yang selalu datang buat mencoba mengambil apa yang udah jadi milik aku. Dia seperti bayang-bayang hitam yang selalu muncul dan berusaha menunjukkan keberadaannya." Sengit Erica.

Guntur menghela nafasnya.

"Dia lupa, bayang-bayang tetaplah ilusi yang tidak bisa menyaingi bentuk yang sesungguhnya. Dia terlalu percaya diri kalo semua orang akan melihatnya."

Guntur di kala Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang