Chapter 25 : Seperti nama Guntur

79 10 8
                                    

Semesta sering mematahkan ku dan membuatku sedih, tapi kali ini kamu yang membuatku menangis dan mati rasa.

________________________________

Hari berlalu begitu cepat. Mentari berkali-kali menarik nafasnya gelisah. Tangannya menaut cemas dengan mata yang menatap ke arah luar mobil. Entahlah, ia merasa sangat takut. Mentari khawatir nantinya ia akan melakukan kesalahan, untuk membawa nama sekolahnya.

Drrrrt Drrrttt

Ponselnya tiba-tiba bergetar di pangkuannya. Mentari melihat ada nama Diva disana.

"Tar Lo dimana?"

Mentari spontan menjauhkan ponselnya dari telinganya saat suara Diva terdengar begitu keras.

"Tar, Lo denger gue kan?"

"Gue masih di jalan Diva." Jawab Mentari sambil menekan tombol pengecil volume di ponselnya.

"Tar, acara udah hampir mulai. Lo belum di make up. Harusnya Lo jalan lebih awal."

Mentari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Gue juga bingung, Va. Ini mobil sekolah jemputnya agak telat ke rumah gue."

"Mobil sekolah?"

"Iya, mobil sekolah."

Terdengar samar Diva menanyakan ke Caca dan Nara.

"Tar, Lo yakin itu mobil kiriman sekolah?"

"Iya, tadi gue dapet chat mobil sekolah yang akan nganter gue ke SMA Ekawira."

"Lo tahu siapa orang yang ngechat Lo?"

Mentari menggeleng. Saat sadar Diva tidak bisa melihatnya dia kembali menjawab. "Enggak, Va."

"Aduh Mentari! Harusnya Lo nggak asal iya dan masuk gitu aja."

Perasaan Mentari berubah tidak enak. Ia melirik ke arah pengemudi. Ia seolah tersadar, bahwasanya sopir itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulai ia masuk ke dalam mobil ini. Kejanggalannya semakin didukung kala melihat penampilan sopir itu yang menggunakan masker dan topi serba hitam.

Bodoh!

"Tar, Lo tahu Lo nyampe dimana sekarang?"

Mampus.

Sedari tadi dia hanya melamun menatap luar, tanpa sadar kalau jalan yang ia lewati bukanlah ke arah SMA Ekawira, melainkan ia tidak mengenal jalan ini sama sekali.

"Lo siapa? Lo mau bawa gue kemana!" Seru Mentari pias.

"Lo mau nyulik gue? Gue bilang berhenti!"

"Woy Lo budeg?!"

"Berhenti!"

Diva yang mendengar suara panik Mentari, bertambah kacau.

"Tar Lo dengerin gue. Gini aja, Lo sherlock sama gue. Gue akan jemput Lo."

Citttt!

Kepala Mentari membentur kursi depan begitu saja. Jantungnya seketika berpacu sangat kencang bersamaan dengan darah yang naik hingga ubun-ubun. Entah kenapa sopir mobil ini seperti sengaja menarik remnya sangat kuat, padahal Mentari tadi sempat melihat ke arah depan tidak ada siapapun yang menghalangi, atau bahkan lubang jalan.

"Lo mau mati?!" Hardik Mentari.

Mentari meringis mengusap dahinya. Tidak. Ini sudah tidak benar. Sopir ini memang ada niat jahat kepadanya.

Guntur di kala Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang