CH 3

3.4K 115 4
                                    

Jam menunjukkan waktu istirahat pertama, Alvaro dan Kia langsung menuju kantin untuk sekedar membeli cemilan ataupun makanan untuk mengisi perut mereka.

"Kia, aku mau makan aja deh. Soalnya ga bawa bekel"kata Alvaro yang sudah duduk di salah satu kursi yang berada di pojok bersama dengan Kia.

"Emm, aku juga deh, aku mau bakso!!"balas Kia semangat.

"Kalo aku mau Mie ayam hihi, soalnya aku jarang makan mie"ujar Alvaro semangat.

Akhirnya setelah 2 Minggu ia tak makan mie, kali ini Alvaro akan makan mie ayam. Dia akan pesan yang porsi jumbo.

"Emm kalo aku setiap hari makan mie"balas Kia dengan senyum getir.

"gapapa kok. Oh iya kamu bawa uang berapa??"tanya Alvaro.

"aku cuma bawa pas buat beli bakso. 7 ribu. Tapi gapapa soalnya aku bawa minum"balas Kia.

Dalam hati Alvaro, ia merasa kasihan dengan Kia. Pasalnya, kia masuk karena beasiswa dan itu pun jika Kia berada di peringkat 1 dan memenangkan olimpiade, jika Kia tak mempertahankan prestasinya maka beasiswanya akan di cabut.

"Kebetulan banget, ini uangku lebih tau buat beli mie ayam yang jumbo. Gimana kalo sisa uang ini buat kamu beli bakso?"tanya Alvaro.

"Ini tinggal 50 ribu loh, nanti uang yang 7 ribu itu kamu kumpulin buat beli alat tulis"lanjutnya.

"T-tapi ak-"ucapnya terhenti kala Alvaro langsung menaruh uang itu di tangan Kia.

"Shutt, kamu diem. Yang penting kita kenyang hihi"katanya polos.

"Makasih ya"kata Kia sambil tersenyum dibalas dengan anggukan dan cengiran polos oleh Alvaro.

Akhirnya mereka memesan makanan dan makan bersama.

Jika kalian bertanya, kenapa Arfan dan Alendra tidak menjumpai adiknya? Maka jawabannya adalah, karena setiap angkatan mempunyai kantin masing masing, begitu juga menunyang mereka jual.

Dan kelas 11 maupun 12 tidak boleh menginjakan kaki mereka di kantin kelas 10, begitupun sebaliknya.

Kringgg*

Bunyi bel pertanda jam istirahat berakhir telah berbunyi, seluruh orang yang berada di kantin berbondong bondong meninggalkan tempat tersebut dan menuju kelas mereka masing masing.

***

Jam terakhir adalah jam pelajaran bahasa Indonesia dan tentunya pelajaran yabg membosankan bagi para murid.

"Baik, saya ingatkan bahwa kalian harus membuat teks LHO dari hasil pengamatan kalian terhadap objek yang akan kalian amati, untuk Teks LHO nya bisa di print ya"ucap Bu Rossa, wali kelas sekaligus guru bahasa Indonesia.

" oh ya untuk tugas kelomponya bisa dikumpulkan besok hari ya"lanjut Bu Rossa.

"Baik Buu"balas semua murid.

Kring kring*

Akhirnya bunyi bel pulang telah berbunyi, membuat seluruh murid bersorak girang sambil mengemasi barang-barang mereka.

***

"Bang Afan bang Ale, nanti habis pulang dan ganti baju, Varo mau kerkom ya di rumahnya Kia"izin Alvaro sambil memasang jurus puppy eyes.

"Ga"balas keduanya.

"Tapi kata bang Didi, Aan dan bang Aham boleh kok, asal jam 5 harus udah pulang"

"Jangan kerkom sama cewek"kata Alendra sambil memakai helmnya.

"Ih kenapa pada ngira Kia itu cewek?. Kia itu cowok Abang"kesal Alvaro.

"Owalah cowok ta?. Ya udah boleh, asal jangan pulang sendiri ya?"kata Arfan sambil mengecup pucuk kepala sang adik.

"Iya. boleh kan Abang Ale?"ucap Alvaro memandang Alendra dan dibalas anggukan singkat olehnya.

"Yeyy, ntar aku panggilin Kia dulu ya, soalnya dia masih piket"

Baru ingin berlari, Kia sudah menghampirinya dengan nafas ngos ngos an.

"Huh, aku kira kamu bakal ninggalin aku"kata Kia masih mengatur nafasnya.

"Enggak lah"balasnya.

"Emm Abang Ale mau ga boncengin Kia?"tanya Alvaro.

"Udah, biar Kia yang Abang bonceng"kata Arfan.

"Ihh ga mau bang Afan. Bang ale kalo bawa motor kaya orang kesurupan"kesal Alvaro.

"Hmm yaudah mau ya Le?"tanya Arfan kepada kakaknya.

Emang ga sopan ini anak ygy, manggil bukannya Abang malah nama.

Arfan bilekk:cuma beda 1 tahun doang kok.

Dan Alendra pun hanya menganggukkan kepalanya singkat.

"Emang gapapa kak?"tanya Kia takut takut.

"Udah gapapa dek, Alen itu orangnya rada dikit bisu jadi kalo Lo ngomong kaga di jawab berati lagi kumat"kata Arfan langsung melajukan motornya setelah Alvaro memakai helm dan naik ke atas motor.

"Ehh ka-"

"Naik"kata Alendra singkat memotong ucapan Kia, lalu menghidupkan mesin motornya.

Kia pun langsung naik ke motor zx25r milik Alendra.

Brummm*

Kia reflek memeluk perut Alendra karena orang itu membawa motor seperti orang kesetanan, dan dapat dilihat dia menggunakan kecepatan 120km/jam.

"Kak pelan pelan, aku takut"Kia semakin erat berpegangan pada perut Alendra dan Alendra pun tak merespon perkataan Kia.

Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit, mereka berempat pun sampai ke kediaman keluarga Mahendra.

Kia di bantu turun oleh Alvaro, dan dapat dia lihat wajah Kia yang pucat pasi, tangannya dingin dan tatapannya kosong. Persis ketika Alvaro baru ikut Alendra dulu.

"Nih minum"Arfan meyerahkan botol air mineralnya ke arah Alvaro untuk di berikan ke Kia.

Kia segera meminum minuman yang tutonya sudah di buka itu lalu meneguknya hingga tandas.

Setelah beberapa saat akhirnya Kia mulai normal kembali dan langsung berdecak kagum melihat mansion keluarga Mahendra yang teramat megah bak istana.

"Wahh rumahnya besar banget"gumam Kia sambil menggandeng tangan Alvaro.

"Norak"kata Alendra dan segera berlalu meninggalkan mereka bertiga yang masih berada di luar.

Kia yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas sabar.
Satu hal yang sudah Kia dan Alvaro tau bahwa Alendra, selain cuek juga agak arogan.

Dan akhirnya mereka bertiga masuk menyusul Alendra yang langsung menjatuhkan diri di sofa empuk ruang keluarga.

"Dasar ya kamu ya, sana ganti baju dulu"usir Alina kepada Alendra.

***

akhirnya Kia dan Alvaro sudah sampai di kediaman Kia.

Dan Alvaro pun masuk ke rumah sederhana tapi nyaman milik Kia.

Setelah itu Kia pergi ke arah dapur dan kembali dengan segelas teh hangat untuk Alvaro.

"Em mama kamu kemana Kia?"tanya Alvaro setelah melihat lihat isi rumah dan tak dapat menemui penghuni selain Kia di rumah ini.

"Mama sama papa udah tenang di sisi Tuhan"balas Kia membuat Alvaro terenyuh.












TBC....

950 WORDS GUYSS

ALVARO AND HIS 5 BROTHERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang