19

436 20 0
                                    

"Kei!" Alvaro memanggil Keiko sembari melambaikan tangan, mengisyaratkan Keiko untuk mendekat.

"Ada apa?" jawab Keiko setelah mendekati Alvaro.

"Kok kamu bersihin makeup sambil jalan? Kenapa nggak di ruang ganti aja?"

"Penuh sama cowok kelas 12, pada ngeliatin terus. Mendingan gue bersihin sambil jalan aja."

"Oh, begitu. Abang Daddy, kenalin ini Keiko, bestinya adek," ucap Alvaro sambil terkekeh.

"Ini yang kamu bilang cowok tapi kayak cewek?" tanya Ahlam, mengingat pembicaraan mereka sebelumnya. Alvaro mengangguk antusias.

"Lumayan juga," Ahlam memperhatikan Keiko dari atas sampai bawah.

Tanpa disadari, sepasang mata tajam Keiko menatap Ahlam dengan intens.

"Gimana, Dad? Cantik, kan?" Alvaro menanyakan pendapat Ardi dengan penuh harap.

"Iya, baby," jawab Ardi asal-asalan, sebenarnya tidak terlalu tertarik karena takut dianggap tidak pantas. Jadi, ia hanya menanggapi seadanya.

"Eh, aduh!" Keiko meringis ketika Gavin tiba-tiba menarik lengannya dengan kasar menuju luar kelas. Keiko merasa sakit dan bingung dengan tindakan Gavin yang tiba-tiba itu.

"Waduh, prahara rumah tangga, gaesss," Rian tiba-tiba muncul di belakang Alvaro, mengomentari situasi dengan nada bercanda.

"Ish, ngagetin aja deh kamu!" Alvaro merespons dengan kaget, tidak menyangka Rian akan muncul tiba-tiba.

"Sorry, gue tertarik sama pembicaraan kalian," Rian menjelaskan dengan nada ringan.

"Oh, ini temen adek, namanya Rian. Dia punya sepupu yang mirip banget sama dia, namanya Rion," ucap Alvaro memperkenalkan Rian dengan ceria.

"Halo, Om, Bang," sapa Rian sedikit kikuk sambil melirik Ahlam dan Ardi.

"Namanya Rian," Andra mengangguk mengerti. "Iya, ini bestinya adek juga," tambahnya untuk menjelaskan lebih lanjut.

"Eh, kira-kira kabarnya Keiko gimana ya?" Rion tiba-tiba datang sambil membawa kopi pesanan mereka, menyadari situasi yang terjadi.

"Aku nggak tahu, semoga Keiko baik-baik aja," jawab Alvaro, tampak cemas.

"Kalau misal si Keiko kenapa-napa, mending kita tendang aja itu si Gavin," Rion menambahkan dengan nada sedikit serius.

"Ini pesanan kalian," Rion meletakkan satu-satu kopi milik mereka semua.

"Kamu nggak mau pesan?" Aldi bertanya sambil menyeruput kopi pesanannya, memandang Alvaro dengan penasaran.

"Nggak, nanti adek mau beli pop es aja di depan sekolah," jawab Alvaro sambil membayangkan betapa nikmatnya minum pop es blender.

"Jangan kebanyakan, baby, nanti kamu sakit," Ardi mengusap kepala anak kesayangannya dengan lembut.

"Enggak kok, lagi pula adek baru kecanduan itu kemarin, enak banget rasa coklat," Alvaro menjelaskan dengan mata berbinar-binar.

"Se enak apa sih?" Tanya Alendra dengan penasaran.

"Se enak nasi goreng buatan Bang Ahlam!" jawab Alvaro antusias, sambil tersenyum bahagia membayangkan topping coklat di atas pop es.

"Awas ya kalau kamu sakit nanti daddy biarin, gak daddy urusin!" kata Ardi menjahili putranya dengan nada menggoda.

"Gapapa yang penting adek bisa minum pop es yang banyak!" Jawab Alvaro tanpa sesuai ekspektasi Ardi, membuat ayahnya sedikit terkejut.

"Ih, kamu gak nurut. Nanti abang suruh daddy cari bunda baru," Ahlam berusaha menjahili adiknya lebih jauh.

"Gapapa dong, nanti kalau adek punya bunda baru, bisa dipupuk pas tidur," Alvaro menanggapi dengan polos, membuat semua orang di sekitarnya tertawa.

ALVARO AND HIS 5 BROTHERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang