15. Snitches Get Stitches, Bitches

12 2 0
                                    

SETELAH mandi, aku memasukkan buku ke dalam tas dan berniat menyantap sarapan di Restoran Dua Paus. Jam menunjukkan pukul 8 pagi sehingga aku masih memiliki beberapa jam sebelum kelas pertama dimulai.

Menyenangkan jika aku masih bisa memundurkan waktu. Aku tidak akan pernah terlambat lagi—dan aku masih memiliki Chloe.

Chloe....

Aku menoleh pada kotak barang-barang Chloe yang duduk damai di sofa. Waffel belgia yang hangat bisa menunggu, tetapi kenangan tidak akan bisa.

Kuraih kotaknya dan duduk di lantai. Jariku berada di atas tutupnya, tidak bergetar, meski jantungku berderu seperti drum.

Barang pertama yang paling atas adalah penutup kepala Chloe. Ini yang dipakainya terakhir kali di hari itu. Aku mengambilnya... dan menelusuri setiap jahitannya, mengingat apakah warnanya memang selalu sekusam ini. Aku memeluknya, meletakkannya dekat dengan hatiku.

Kemudian sebuah kalung tali cokelat tipis dengan tiga peluru di bagian tengahnya—milik Chloe. Meskipun secara teknis di garis waktu ini aku baru pertama kali melihatnya, ini sudah sangat akrab denganku. Kalung itu terbuat dari metal sehingga tampak seperti peluru asli.

Di bawahnya ada kamera William dan beberapa foto Chloe. Aku mengambilnya dan menjajarkannya di atas lantai. Itu menjadi dua baris dengan masing-masing lima foto disusun ke kanan. Kecuali foto polaroid yang robek dan sebuah foto lagi yang masih di dalam kotak. Tunggu dulu—

Tidak mungkin....

Jantungku mencelos. Sebuah foto polaroid yang sobek bukanlah milik Chloe. Itu milikku. Aku mengambil dan menyatukannya. Itu adalah foto selfie-ku yang harusnya aku ikutkan pada kontes Everyday Heroes. Aku merobeknya di kamar mandi, di hari itu.... Tepat sebelum Chloe mati.

Dan foto yang satunya lagi....

Aku tidak mempercayai mataku sendiri.

Mengkilat, bersih, dan biru. Foto polaroid kupu-kupu di kamar mandi yang kuambil hari itu juga. Foto yang membawaku kembali ke masa ini dari kekacauan badai yang harusnya memusnahkan Arcadia. Aku memilih untuk mengorbankan Chloe dengan foto ini.

Benar, aku tidak pernah merobeknya. Hari itu, aku hanya menjatuhkannya di lantai.

Dengan hati-hati aku mengambilnya dari kotak, seolah itu bisa meledak atau apa. Nyatanya itu tidak meledak atau terjadi apa pun. Malah hatiku yang hampir meledak dan aku mungkin sebentar lagi menangis

Tintanya masih sama. Sayap biru kupu-kupu itu masih membuatku merinding. Seperti ada sesuatu yang ajaib darinya.

"Jangan pernah memberitahuku apa yang harus kulakukan! Aku MUAK pada orang-orang yang—"

Whoa! Apa itu?

Fotonya terjatuh di lantai. Suara Nathan terdengar jelas dalam foto seraya foto itu bergerak secara hologram.

Aku tahu apa yang terjadi, tapi mungkinkah?

Kupikir itu sudah hilang dariku... kupikir... aku tidak mampu mengubahnya lagi?

Tidak. Aku tidak ingin mengubahnya lagi. Namun, ada sesuatu yang membuatku tetap mengambil foto itu dan memfokuskan diriku padanya. Aku hanya ingin mendengar suara Chloe lagi.

"Apa yang kamu lakukan? Ayolah, letakkan benda itu!"

"Tidak akan ada yang merindukan pantat punk-mu, kan?"

"Jauhkan pistol itu dariku, psikopat!"

Tidak.

Tidak.

After The Storm (Life is Strange)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang