16. Dr. Warren Graham

13 2 0
                                    

NATHAN, sebaiknya kamu jangan mengunjungi kamarku dulu untuk beberapa hari ini. Aku diskors karena Kepala Sekolah mengetahui kamu tidur di kamarku.

Aku menekan tombol kirim lalu meletakkan HP-ku di meja. Kopi Restoran Dua Paus sama enaknya meski bukan Joyce yang mengantarkannya. Dia masih belum berangkat kerja.

Mungkin aku bisa tidur di rumah Joyce untuk beberapa waktu. Mungkin aku bisa mengabaikan Nathan selamanya.

Apakah keputusan yang kuambil ini benar?

Oh, Tuhan... kalau saja aku bisa kembali ke waktu itu....

Pintu restoran terbuka. Seorang cowok dengan rambut cokelat kusut yang sedikit berantakan berjalan langsung ke booth tempatku duduk. Dia mengenakan kaus biru berlengan panjang yang biasa dipakainya saat kami maraton nonton film.

"Saat aku tidak melihatmu di kelas sejarah, kupikir Nathan sudah menculikmu atau apa," kata Warren. Senyuman tercetak di wajahnya.

"Aku diskors. Tidak ada alasan untuk buru-buru kembali ke kampus," kataku.

"Ya. Kate sudah bicara denganku tentang itu. Dia menyesal." Warren duduk di kursi di hadapanku.

Aku mendengus kesal. "Sepertinya tidak kelihatan seperti itu saat dia melaporkannya."

"Hey, ayolah. Dia hanya tidak ingin kamu bergaul dengan Nathan." Dia menyenggol jariku dengan jarinya.

"Ternyata rasanya menyakitkan dikhianati."

Dia tersenyum. "Benar, kan? Itu alasannya Taylor marah di akhir film Apes."

Tawaku terlepas juga. "Kamu benar-benar kutu buku."

Warren bangkit dari tempat duduknya dan berpindah di sampingku. Lengan-lengannya yang kuat memelukku erat. Aku bernapas lega di dalam dadanya.

"Aku minta maaf jika aku pernah melukaimu juga, Warren."

"Hey, kita sudah membahas tentang itu, kan?" bisiknya di puncak kepalaku. "Kamu tidak melukaiku apa pun. Aku senang jika kamu senang dengannya."

Aku mendongak menatap wajahnya. "Apakah kamu juga akan marah padaku jika aku berkencan dengan Nathan?"

Dia diam sejenak dan mengerutkan bibirnya. "Yah, itu cukup menyakitkan sebenarnya, tapi aku tidak akan bisa marah padamu."

"Kamu yang terbaik, Warren."

Senyumnya memiliki efek yang menenangkan. "Apakah itu artinya kita tidak bisa drive-in lagi?"

"Tentu saja masih bisa. Tidak akan ada yang berubah," kataku.

HP-ku bergetar di meja. Aku melepaskan pelukan Warren dan membaca pesannya.

Sialan. Siapa yang berani melaporkanmu? Aku akan mengurus ini.

Aku membalasnya.

Tidak penting siapa. Kamu juga tidak perlu mengurus apa pun, Nathan. Hanya saja jaga dirimu saat kita tidak bisa bertemu. Aku akan menginap di rumah Joyce sampai masa skors-ku berakhir.

Hanya dalam hitungan detik dia membalas.

Kita perlu bicara. Katakan di mana kamu sekarang. Aku akan menjemputmu.

Aku menghela napas berat.

Aku tidak bisa. Aku butuh waktu, Nathan. Maaf.

Hatiku patah setelah menekan tombol kirim. Dia tidak membalasnya lagi. Mungkin aku telah mengecewakannya juga.

"Warren, apakah aku telah melakukan kesalahan?" Aku bertanya. "Jika... jika kamu harus memilih untuk mengorbankanku atau Arcadia Bay... mana yang kamu pilih?"

After The Storm (Life is Strange)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang