BUTA cahaya membuatku membuka mataku. Tempatku berbaring nyaman dan hangat. Aroma pelembutnya terasa familier. Ini kamarku. Bagaimana aku bisa sampai di sini?
Nathan berbaring di sampingku mendengkur lembut. Dia masih memakai pakaian yang sama seperti tadi malam. Kamera baru yang terletak di nakas membuktikan bahwa kejadian dini hari itu benar-benar terjadi.
Aku tidak percaya kamu menciumnya, Max. Kamu adalah pengkhianat terbesar sepanjang sejarah.
Chloe, maafkan aku... Nathan memiliki pesona gelap dan... kerentanan. Aku tidak ingin melihatnya hancur seperti di garis waktu aku kehilanganmu juga.
Nathan tampak polos dan tidak mengancam ketika dia tidur. Dia terlelap damai dengan dadanya naik turun. Bulu matanya bergerak-gerak. Aku mendekati wajahnya lalu mengelus pipinya dengan jariku.
"Good morning, Prince Charming."
Dia tersenyum malu. Sebuah pemandangan yang langka.
"Bagaimana kita bisa kembali ke kamarku?"
"Pelan-pelan, Caulfield. Aku baru bangun," keluhnya.
Aku terkekeh. Baru sedetik dia kembali menjadi seorang Prescott lagi.
Nathan merenggangkan ototnya lalu mengucek matanya.
"Kamu tertidur saat kita duduk di depan mercusuar. Kupikir kita tidak bisa kembali ke sini jika pagi hari tiba, jadi aku langsung membawamu kembali sebelum yang lain bangun," jelasnya.
"Oh ya, aku lupa... Kamu memiliki kunciku," kataku. "Tapi kenapa semalam kamu tidak langsung masuk saja dan malah menunggu di lorong?"
Dia tersentak lalu diam sejenak sambil menunduk. "Aku takut kamu masih marah padaku."
"Aku tidak marah," kataku sambil merengkuh wajahnya agar menatapku lagi. "Aku hanya sedih."
"Aku minta maaf," bisiknya.
"Kamu perlu mengendalikan amarahmu."
Dia memutar matanya. "Berhenti memberitahu apa yang harus kulakukan. Aku benci itu!"
"Apakah kamu melakukan itu pada Samantha Myers?" tanyaku.
Dia langsung menolehku lagi. Terdapat kebingungan di matanya. "Bagaimana kamu-"
"Hei, kamu pernah menyebut namanya. Apa yang terjadi padanya?"
Nathan menghela napas berat. "Dia pergi meninggalkanku. Sama seperti yang lainnya dalam hidupku."
"Apakah... apakah dia juga menjadi korbanmu di Kamar Gelap?"
Dia hampir tersedak mendengarnya. Kilatan kemarahan kembali di matanya. Keningnya berkerut samar. "Tidak. Samantha pergi bahkan sebelum Jeffershit itu sampai di Blackwell."
"Jadi apa yang terjadi padanya? Aku hanya ingin tahu," kataku.
Dia tertawa menyepelekanku. "Rasa penasaran bisa membunuhmu."
"Terserah. Ayolah."
"Samantha..." Dia mendongak ke langit-langit kamarku. "Dia berusaha membantuku, tetapi suatu hari dia... memelukku. Aku panik, lalu aku menghempaskan tubuhnya dengan lenganku. Aku tidak... aku tidak bermaksud melakukannya. Aku hanya... aku panik."
"Lanjutkan," kataku mendengarkan dengan serius.
"Ternyata aku mematahkan dua tulang rusuknya. Ayahku... menemui keluarganya ketika dia dirawat di rumah sakit, tetapi ibunya justru mengancam akan melaporkanku. Pada akhirnya, mereka pindah dari Arcadia."
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storm (Life is Strange)
Fiksi RemajaMax Caulfield harus mengatasi traumanya sendiri setelah mengorbankan sahabatnya, Chloe-dan memutuskan untuk membantu Nathan Prescott-tanpa mengetahui bahwa bencana yang lebih besar akan segera mengancam kehidupannya dan kotanya. 🔞⚠️ DARAH, TEMA SE...