DIA bangkit dan melempar bajuku ke arahku.
"Cepat. Lemariku."
"Kamu pasti bercanda." Aku bangkit dengan malas. Jantungku masih berdebar-debar.
Dia mendekat lagi untuk mencabut alat itu dari dadaku. Aku tersentak kaget dan meringis kesakitan.
"Maaf."
"Nathan? Kamu di sini?" Suara berat itu semakin mendekat. Dia sudah ada di depan pintu.
Aku memakai pakaianku lalu mengempiskan tubuhku masuk ke dalam lemarinya. Nathan menutup pintunya, tetapi itu tidak tertutup sepenuhnya, sehingga aku masih bisa mengintip. Dia berjalan dan membuka pintu.
Wajah Nathan langsung berubah saat pria itu masuk ke ruangan. Nathan menghindari kontak mata dengannya dan malah menatap lantai.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Beraninya kamu kembali."
Ketegangan dalam suaranya sama besarnya dengan penampilannya. Cara bayangannya menutupi cahaya membuatnya seolah-olah dia mengklaim wilayahnya. Nathan terlihat kecil di hadapannya.
Dia mengenakan salah satu kemeja panjang berwarna putih bersih dengan celana coklat dan vantovel. Ayahku tidak pernah memakai salah satu dari itu, kecuali kami akan pergi ke pemakaman.
"Aku hanya mengambil barang-barangku."
"Kamu benar-benar mengecewakan, Nathan. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan padamu."
Nathan kali ini mengangkat wajahnya. Rahangnya gemetar. "Aku tidak ingin pergi ke Inggris!"
"Aku juga tidak ingin kamu pergi!" bentak ayahnya. "Kamu seharusnya berada di sini. Bersiap untuk takdirmu. Untuk menjadi seperti aku. Untuk menjadi seorang Prescott." Dia maju lebih mendekat pada Nathan dan itu membuat Nathan menunduk lagi. "Tapi kamu malah mengacaukan segalanya."
"Aku tidak ingin menjadi sepertimu," desis Nathan pelan.
"Tidak masalah apa yang kamu inginkan. Aku mempersiapkanmu untuk Pan Estate. Hanya karena kamu menembak seorang gadis dan tornado yang dijanjikan tidak datang segalanya menjadi berantakan!"
Tunggu—apa maksudnya dengan tornado yang dijanjikan?
"Sudah kubilang. Aku tidak bermaksud menembaknya."
Tangannya mencengkram bahu Nathan. "Ini adalah takdirmu, Nathan. Kamu harus menanggungnya dan keluar ketika waktunya sudah siap."
"Tidak! Aku tidak mau!" Nathan membentak keras sambil melepaskan tangan ayahnya.
Sebelum Nathan pergi meraih tas ranselnya, ayahnya menarik lengannya dengan kasar sehingga Nathan tersentak.
Dia mencekik Nathan.
"Kamu tidak mendengarkanku, dasar bodoh! Kamu akan pergi ke Inggris dan kembali saat kamu sudah siap. Ada satu lagi yang akan datang. Setelah kota ini bersih, Pan Estate harus berdiri!"
Nathan tidak menjawab. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia memunggungiku. Namun, tangannya bergetar dan dia sulit bernapas. Kakinya terangkat beberapa senti dari lantai.
Aku membuka pintu lemari untuk keluar dari persembunyianku.
"Hey, lepaskan dia!"
Sama sekali tidak ingin menjadi pahlawan, aku hanya bergerak berdasarkan instingku. Jantungku berdebar-debar gila.
Tatapan membunuhnya beralih padaku. Rahangnya menggeretak ketika dia melepaskan Nathan. Sean Prescott adalah dongeng paling menakutkan. Dia seperti Emperor Sheev Palpatine. Karismanya yang mematikan menghantui semua orang yang berada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storm (Life is Strange)
Fiksi RemajaMax Caulfield harus mengatasi traumanya sendiri setelah mengorbankan sahabatnya, Chloe-dan memutuskan untuk membantu Nathan Prescott-tanpa mengetahui bahwa bencana yang lebih besar akan segera mengancam kehidupannya dan kotanya. 🔞⚠️ DARAH, TEMA SE...