28. Penebusan

14 1 0
                                    

HANGAT dan nyaman.

Aku membuka mataku dan disambut oleh kotoran pada jendela mobil yang tidak asing. Jauh dari tempatku duduk, jalanan dipenuhi kayu-kayu berserakan, rumah yang roboh, hewan mati dan kapal yang terdampar.

Aku mengangkat tubuhku dan dia ada di sampingku memegang kemudi.

Rambut biru, tato dan senyumnya masih sama. Tak tersentuh. Berharga.

"Chloe! Kamu di sini!" Aku memeluknya.

Dia tersenyum tipis tanpa melepaskan tangannya dari kemudi.

"Bagaimana tidurmu, putri tidur?"

"Aku tidak tidur. Aku—"

Jeda sejenak. Butuh waktu beberapa detik untuk menghubungkan semua titik di kepalaku.

Oh, tidak. Apa yang kulakukan?

Apakah aku telah mengorbankan Arcadia Bay untuk Chloe?

"Tidak... Tidak..." rengekkku histeris.

"Hey, tidak apa-apa. Bukankah kita berjanji akan melalui ini bersama?"

Matanya menatapku penuh ketulusan. Apakah aku baru saja melompat melalui realitas lagi?

"Ke mana kita akan pergi?" tanyaku.

"Seattle."

"Chloe, aku—aku tidak bisa pergi ke Seattle. Aku tidak bisa membunuh banyak orang seperti ini. Aku menyayangimu, tetapi rasa bersalah akan menghantuiku selamanya. Aku tidak bisa memilih keputusan ini. Maafkan aku, Chloe." Air mataku mulai bercucuran.

Chloe diam sejenak. Pandangannya lurus ke jalan.

"Chloe, aku tahu kamu marah padaku—" Aku mencoba menyentuh lengannya, tapi dia menepisnya.

"Nathan?"

Tertangkap. Mungkin aku menyebut namanya ketika aku pingsan atau dia bisa melihatnya? Aku tidak tahu. Dia seperti cenayang.

"Aku tidak bermaksud mengkhianatimu..."

"Aku tahu, Max." Dia menjawab. Jeda sejenak sampai suara seperti ludahan muncul darinya. "Aku tidak percaya kamu memilihnya daripada aku."

"Chloe, kamu tahu bukan seperti itu kebenarannya," kataku. "Kami—kami terikat atas rasa sakit setelah aku kehilanganmu di kenyataan lain. A—aku tidak bisa melakukan itu sendirian. Kehilanganmu sungguh menyakitkan, Chloe. Sekarang aku meninggalkannya di kenyataan lain dengan tangan diborgol setelah David mendapatkannya. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi karena aku. Aku tidak tahu apakah itu nyata atau realitas ini yang lebih nyata. Mungkin aku telah membuat dua pilihan dalam realitas yang berbeda. Aku tidak tahu."

Dia mengatupkan mulutnya dan menolehku. Menyakitkan memandangnya yang memandangku seperti itu, seperti aku adalah penjahat untuknya atau semacamnya. Aku mungkin memang penjahat. Aku tidak bisa membiarkan Chloe mati, tapi aku juga tidak bisa membantai seluruh kota.

"Aku tahu, Max." Dia tersenyum lagi.

"Maafkan aku, Chloe. Sungguh, aku minta maaf." Aku menunduk.

Chloe menepikan mobilnya di depan tanda selamat tinggal Arcadia Bay. Dia mematikan mesin mobilnya, lalu meraih tanganku.

"Aku telah memaafkanmu. Seperti yang kukatakan saat kita ada di dekat mercusuar menyaksikan tornado itu. Ibuku dan seluruh warga Arcadia jauh lebih pantas mendapatkan pengampunan dariku, bukan? Mungkin, pengampunanku adalah di kamar mandi bersama Nathan. Itu adalah harga yang harus aku bayar," katanya.

"Chloe... Tidak... Kamu tidak boleh bicara begitu."

"Sungguh, Max." Dia mengangkat wajahku dan mengusap air mataku. "Jadi, sekarang kamu harus memilih lagi. Apakah kamu akan ikut denganku atau pergi ke realitas lainnya?"

After The Storm (Life is Strange)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang