SETELAH keluar dari rumah sakit, aku dan Victoria mengunjungi Prescott Estate. Meski orang tuaku khawatir, akhirnya mereka mengijinkanku untuk tetap tinggal di Blackwell hingga aku lulus. Mereka telah pulang ke Seattle tiga hari setelah aku sembuh.
Keadaan di dalam mobil bersama Victoria tidak kalah canggungnya seperti yang pertama kali kami lakukan. Entah mengapa Victoria menjadi lebih pendiam sekarang.
"Kamu baik-baik saja, Victoria?"
"Eh?" Dia tersentak dari lamunannya. "Aku tidak apa-apa, Max. Aku hanya... uh, kamu yakin mau melakukan ini?"
Aku mulai curiga dari mimik wajahnya seperti dia menyembunyikan sesuatu. "Memangnya kenapa?"
"Kita lihat saja nanti," katanya.
Kami sampai di depan rumah Nathan. Victoria memarkirkan mobilnya di halaman di samping mobil SUV putih.
"Itu mobil ayahnya?" tanyaku.
"Uh, aku tidak yakin. Dia jarang ada di sini."
Kami masuk ke dalam rumah yang disambut oleh pembantunya yang sudah mengenal Victoria. Dia mempersilahkan kami untuk masuk ke kamar Nathan di lantai dua.
"Berapa lama dia akan berada di sini?"
"Aku dengar minggu ini dia akan berangkat," jawabnya.
"Ke mana dia akan pergi?"
Victoria menggeleng frustasi. "Aku masih belum tahu, tapi aku akan mencari tahu."
Kami sampai di depan kamar Nathan. Aku menggenggam gagang pintunya dan hendak membukanya dengan santai seolah itu kamarku. Aku sudah sangat merindukannya dan ingin sekali bertemu dengannya, tetapi Victoria menahan tanganku.
"Uh, tunggu."
"Ada apa?" Aku mengernyit bingung.
"Aku ingin kamu berhati-hati. Dia agak sedikit... tidak stabil."
Bayangan tentang Nathan yang mengamuk, melempar barang dan memaki-maki muncul di benakku.
"Dia tidak akan melukaiku, aku yakin."
Victoria mengangguk dan kami pun masuk.
Kamarnya hanya memiliki penerangan sinar matahari yang menerobos tirai jendela kamar. Nathan duduk di meja belajarnya, melamun.
"Nate?" panggil Victoria.
Nathan mengangkat wajahnya. Dia mendorong kursinya lalu berbalik menghadap kami yang masih berdiri di depan pintu.
Ada seringai di wajahnya ketika mata kami pertama bertemu, seringai anak orang kaya sombong yang kurindukan, tetapi kemudian senyuman itu lenyap dan aku sadar dia hanya tersenyum untuk Victoria. Langkahnya gusar mendekati kami dengan alis menaut bingung.
"Jalang siapa ini, Vic?"
Ada keterasingan dalam suaranya. Seperti dia bermil-mil jauhnya dari seseorang yang kukenal. Tidak. Ini bukan Nathan yang kukenal. Ini dia, cowok yang sama yang membentak dan mencekik leherku di parkiran.
"Apakah ini lelucon?" Aku melempar pandangan pada Victoria.
Victoria tersenyum aneh dan mencoba menenangkan Nathan yang semakin mendekatiku dengan tidak ramah. Tatapannya yang intens dan kepalan tangannya mengaktifkan kembali mode alarm dalam kepalaku.
"Eh, Nate... Ini Max... Seseorang yang pernah kuceritakan padamu," kata Victoria.
Nathan berdiri di depanku dengan mata esnya yang membara penuh kebencian menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storm (Life is Strange)
Novela JuvenilMax Caulfield harus mengatasi traumanya sendiri setelah mengorbankan sahabatnya, Chloe-dan memutuskan untuk membantu Nathan Prescott-tanpa mengetahui bahwa bencana yang lebih besar akan segera mengancam kehidupannya dan kotanya. 🔞⚠️ DARAH, TEMA SE...