11

1.7K 202 18
                                    


Ketika akhirnya Jeongguk terbebas dari perjalanan bisnisnya, orang pertama yang ingin ia temui adalah Taehyung, bukan Aerin yang kini berdiri di rumahnya dengan buket bunga yang diberikan kepada ibu Jeongguk.

Sama seperti Jeongguk, Aerin juga ingin memasang wajah kesal saat mereka bertatapan, namun ia tahu Jeongguk tak akan pernah sabar. Terlebih, yang ingin ia bicarakan adalah orang yang memiliki kesempatan untuk mengambil masa depan idaman Aerin.

"Kok kamu gak pernah bilang ke aku punya kenalan namanya Taehyung?"

Jeongguk benci sekali jika Aerin sudah memasang wajah memelas dan ingin dikasihani. Ia benci bukan karena tak tega menunjukkan amarah, namun ia benci sebab ibunya bisa luluh ke perangkap Aerin. Maka, Jeongguk menarik tangan Aerin menjauh dari ruang tengah agar pembicaraan mereka tak terdengar, berpindah ke kamar rumah Jeongguk yang hampir tak pernah Aerin masuki.

"Aerin, mumpung pertunangan kita belum dilaksanakan, gue-"

"Nggak." Aerin memotong. "Jeongguk, aku bukan ngomongin soal pertunangan. Aku cuma nanya kamu gak pernah cerita soal Taehyung." Aerin mengembalikan topik pembicaraan guna menghindari kalimat buruk Jeongguk masuk ke pendengarannya.

Jeongguk buang napasnya secara kasar. "Iya gue gak pernah cerita. I've known about him for nine years, ketemu di Daegu."

Nine years?? Aerin merasa kalah mendengar rentang waktu itu sebab ia mengenal Jeongguk tak lebih dari lima tahun lalu.

Melihat Aerin yang tak kunjung berbicara, Jeongguk kembali bersuara. "Gimana, Aerin? Lo ke sini bukan mau nanya soal hubungan gue? Soal gue punya hubungan spesial sama Taehyung?"

"Kamu gak punya hubungan spesial sama Taehyung."

"Punya. Too special malah."

"Aku gak akan percaya sebelum Taehyung juga bilang hal yang sama di depanku." Kata sang puan, tak kehilangan akal. Logikanya, jika Jeongguk memang memilih Taehyung, seharusnya Jeongguk menolak perjodohan dengan Aerin.

"Fine. Gue bawa Taehyung dan bilang ke depan lo kalau kita ada hubungan." Jeongguk tatap tajam perempuan di depannya, sebelum berjalan membuka pintu kamar. "Udah, ya. Gue ada urusan yang lebih penting."

"Jeongguk," Suara Aerin terdengar lebih sedih dan takut seraya ia mendekat untuk menggenggam lengan Jeongguk. "Aku udah milih cincin, loh? Udah disetujui ibu kamu juga. Kamu gak mungkin batalin gitu aja, kan?"

"Batalin apa? Kita kan belum ada apa-apa, Aerin. Are we even dating? I don't mind kalau harus ngelurusin ke orangtua lo soal ini."

Aerin meremas lengan Jeongguk, sebelum melepasnya dan menjauh. "Boleh kalau Taehyung memang ngaku punya hubungan spesial ke kamu. Gak cuma ke aku, ke ibu kamu juga." Setelahnya, Aerin melangkah pergi. Mendengar pertanyaan di kepala mengenai siapa Taehyung dan bagaimana cara memusnahkannya, Aerin terdistraksi untuk sesaat ketika melihat ibu Jeongguk di lantai satu.

"Tante," Suaranya melembut, sembari melangkah mendekati wanita di depannya.

"Terima kasih ya buat bunganya? Kamu mau makan di sini?" Tanya wanita itu, berusaha tersenyum meski ia sendiri sedang merasa lelah dan tak baik.

Aerin menggeleng, menampilkan senyum di wajahnya yang sedih. "Nggak dulu, maaf ya Tante? Jeongguk kayaknya lagi nggak mau ketemu aku."

"Loh, kenapa?"

"Aku juga nggak tau, kayanya lagi pengen sendiri. Padahal aku tadi semangat ke sini soalnya dia udah pulang. Aku pergi dulu kalau gitu, ya?"

Tak lama setelah melihat kepergian Aerin, Nyonya Jeon melihat putra semata wayangnya menuruni tangga dengan tergesa dan raut wajah tak menyenangkan. Ingin ia tanyakan perihal perempuan tadi, tapi Nyonya Jeon terlampau hafal anaknya yang selalu tak berminat membicarakan Aerin.

AMORIST- KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang