15

1.6K 168 8
                                    



"Taraaa! Selamat datang di tempat gue dibesarkan."

Pemandangan Taehyung dengan jaket tebal dan topi hangat yang merentangkan tangan di depan gerbang sebuah panti asuhan serta senyum lebar membuat Jimin bingung, haruskah ia ikut tertawa bahagia atau merasakan sakitnya tamparan dari Taehyung. Laki-laki itu bahkan tampak bahagia dan sama sekali tak mengeluh meskipun ia tinggal di sebuah panti asuhan tanpa mengenal siapa yang melahirkannya ke dunia maupun pria yang harus ia panggil ayah.

Sebagai seorang anak sulung dari keluarga berkecukupan yang sering membuat orangtuanya pening, Jimin merasa sangat kalah dari Taehyung dalam hal bersyukur.

Perjalanan dari Seoul ke Daegu bukan perjalanan singkat, sehingga dua jam sebelumnya mereka sempat beristirahat dan mengisi perut dengan santapan hangat sebelum pergi menuju panti asuhan tempat Taehyung tinggal. Meskipun kemarin Jeongguk menawarkan keduanya untuk berangkat bersama, namun Taehyung dan Jimin tak dapat mengelak bahwa mereka merasa tak enak.

Tentu, Jimin sudah mengetahui hubungan yang dimiliki Taehyung dan Jeongguk, namun ia masih belum bisa memandang bosnya itu sebagai milik Taehyung. Mereka berdua adalah pemuda yang penuh akan rasa segan ke seorang Jeon Jeongguk. Namun, keduanya menyetujui untuk mampir ke tempat dimana ibu Jeongguk sekarang tinggal sepulangnya dari panti asuhan.

"Gue dulu suka banget manjat pohon itu. Sekarang udah gak ada tangganya, dulu gue suka naik ke atas kalau lagi pengen sendirian."

Sembari berjalan, Jimin menoleh ke setiap tempat yang ditunjuk Taehyung sebagai pemandunya saat ini. Panti asuhan itu bisa dibilang besar dan sangat layak. Tak heran ketika pertama bertemu Taehyung, Jimin seperti melihat seseorang yang tumbuh diajari rasa sopan dan berattitude. Ia turut senang bahwa Taehyung tinggal di panti asuhan yang cukup baik. Terlebih, keluarga Jeon menjadi donator utama selama bertahun-tahun di sana.

"Ayo masuk," Taehyung mengajak sahabatnya memasuki bangunan utama setelah melewati halaman yang luas. Di sana, mereka disambut beberapa orang berlalu-lalang, tampak seperti orang-orang yang mengurus dan bekerja di panti asuhan.

"Kim Taehyung?" Sebuah panggilan dari seorang perempuan yang umurnya tak jauh dari mereka berhasil mengambil perhatian Taehyung dan Jimin.

"Noona!" Taehyung menyapa dengan senang, menghampiri perempuan berambut hitam sebahu itu untuk diberi pelukan singkat sebelum mereka duduk di ruang tamu dan duduk bersama.

"Dari dulu ibunya noona ini yang jadi kepala panti asuhan, dan sekarang dia ikut jadi pengurus panti." Taehyung memperkenalkan Jimin dan perempuan itu, yang tampak memasang wajah ceria dibalut aura kedewasaannya.

"Ah, pasti kamu ke sini gara-gara aku ngabarin terus soal barang-barangmu, ya? Maaf Taehyung, tapi bibi yang bersih-bersih selalu ngomel karena barang-barang penghuni panti sebelumnya numpuk gak tau harus diapain, kalau dibuang takut dicariin." Sang perempuan berjalan ke salah satu bagian ruangan yang penuh dengan kardus-kardus besar, dua di antaranya tertulis nama KIM TAEHYUNG.

Taehyung mengekor di belakang dan berjongkok di depan kardusnya lalu membuka salah satu kardus untuk dipilah dan barang yang tak ia perlukan namun masih layak bisa ia berikan kepada panti asuhan.

"Aku gak tau kalau barangku sebanyak ini." Komentarnya, mengambil beberapa barangnya.

Ada keheningan sejenak dari perempuan pengurus panti yang ikut melihat kardus Taehyung sebelum ia kembali berbicara. "Um, Taehyung bisa pilih barang yang mau dibawa, kalau ada yang mau ditinggal boleh kok taruh di sini aja. Sayang banget sore ini aku ada acara pertemuan dengan yayasan, nggak apa-apa kan kalau aku tinggal?"

AMORIST- KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang