"Kenapa kok senyum-senyum gitu?"
Taehyung jelas heran, ketika melihat teman baiknya, Jimin, berada di depan pintu apartemen dengan menahan senyum. Taehyung langsung mendengus kesal ketika yang ditanya malah menggeleng, menolak jawaban.
"Lo lagi jatuh cinta kan?"
"Gak." Jimin mengelak. "Cuma ketemu cogan aja."
"Oh ya? Di mana?"
"Tadi siang, gue kan lagi jalan. Eh orangnya keluar pintu studio tato gak lihat-lihat. Terus tabrakan."
Lagi-lagi Taehyung mendengus geli, cukup bisa membayangkan adegan yang diceritakan Jimin persis di drama-drama yang ia tonton. Kini, keduanya berjalan keluar dari gedung apartemen dengan memakan dua potong kue yang Taehyung bawa dari tempat kerjanya hari ini. Terhitung sudah satu tahun 5 bulan sejak mereka pertama bertemu sebab Taehyung pindah ke apartemen tepat di sebelah kamar apartemen Jimin. 1 tahun 5 bulan yang lalu, laki-laki bermarga Park itu sedang kelaparan sebab mengerjakan ujian akhir semester kuliahnya, sedang Taehyung mencari pekerjaan ke sana-sini untuk memulai hidup mandirinya.
Kini, keduanya berjalan di malam hari yang dingin menuju sebuah club malam.
"Serius ya? Sabtu malam ke club bareng?"
"Serius. Tapi gue gak pernah ke sana, Jim. Harus ngapain?"
"Minum aja. Gue takut lo diculik om-om kalau sampai ke dance floor."
Taehyung tersenyum kecil, tangannya dimasukkan ke saku jaket sebab musim dingin telah datang. Dia setengah kedinginan dan setengahnya lagi tidak sabar, hingga perjalanan mereka terasa sangat lama untuk sampai di depan gedung yang menjadi club malam itu.
Pukul 12, tepat tengah malam. Taehyung membiarkan Jimin memimpin jalan begitu mereka sampai di club yang dimaksud. Laki-laki itu tampak sudah tak asing dengan club, dan Taehyung tidak heran sebab Jimin pasti memiliki banyak teman di kampusnya, berbeda dengan Taehyung yang menghabiskan seharian di bakery.
Begitu melepas jaket dan membayar untuk kedatangannya, Taehyung dan Jimin berjalan memasuki club. Udara dingin segera menerpa kulit leher Taehyung, beruntung ia memakai sweater karena ia tak menyangka udara di dalam club akan sedingin itu. Berbeda dengannya, Jimin tampak mencari tempat duduk kosong, malam ini adalah malam minggu dan jam telah menunjukkan pukul 12, tak heran club penuh dengan manusia.
"Sini," Jimin agak berteriak sambil menarik ujung sweater Taehyung untuk duduk di kursi yang tersisa, yakni di meja bartender. Salah satu pekerja di sana memberi kertas berisi daftar minuman yang kemudian di baca Taehyung dengan begitu teliti, mengundang tawa kecil dari Jimin dan si bartender yang sudah dikenalnya.
"Lo pertama kali minum alkohol, kan?" Jimin mendekat dan berbicara di telinga Taehyung, seraya menunjuk deretan menu yang ringan kadar alkohol. "Pilih salah satu, ini kadar alkoholnya ringan, nggak bakal mabuk."
Taehyung hanya mengangguk. Musik keras membuatnya susah fokus, apalagi sensasi gatal pada kelingkingnya yang tiba-tiba datang, Taehyung tak pernah merasakan ini sebelumnya.
"Pesenin apa aja lah, terserah lo. Gue gak ngerti." Taehyung mengembalikan buku menu itu ke Jimin, sebelum mengalihkan pandangan ke jari kelingkingnya hanya untuk melotot.
Benang merah yang menghubungkannya ke takdir atau jodohnya itu menyala. Benar-benar menyala, berbeda dengan lantai club yang hitam, benangnya semakin terlihat seperti bersinar terang, membuat Taehyung seketika turun dari kursi seolah tersihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORIST- KOOKV
FanfictionTaehyung dan Jimin sok-sokan masuk ke dalam club. Dan di tempat kotor itu, mereka tak sengaja bergabung ke meja om-om tajir di mana Taehyung akhirnya bertemu dengan pasangan benang merahnya. November 2022, jjimean.