14

2K 188 13
                                    



"Kamu itu dari mana aja sih, Jeongguk?"

Tanya perempuan itu, sedikit kesal. Beberapa hari ini tak melihat batang hidung Jeongguk sama sekali, bahkan ia tidak menemukan Jeongguk di rumahnya maupun di rumah teman-temannya.

Maka ketika ia masuk ke ruang kantor Jeongguk yang memasang raut bingung dan sama sekali tak berusaha menanyakan kabarnya, Aerin kesal.

"Dari tempat siapa? Kenalanmu itu? Kim Taehyung?"

"Apaan sih, Aerin. Ngapain tiba-tiba ke sini?" Melihat perempuan itu hadir di ruangannya, Jeongguk teringat akan rencana memberitahu ibu dan keluarga Aerin bahwa ia ingin membatalkan pertunangan. Ponsel pribadinya yang dianggurkan ia ambil, mendapat banyak pesan dan panggilan tak terjawab di sana.

"Jeongguk, respon santai kamu makin keliatan jelas kalau kamu mute semua panggilan sama chat aku, iya kan?" Aerin maju mendekati meja Jeongguk yang fokus pada ponselnya, lalu menggoyangkan lengan Jeongguk. "Coba liat aku ngechat apa."

Aneh. Alih-alih bersikap manja atau meminta sesuatu, kali ini Aerin tampak tak peduli dengan semua itu. Perasaan Jeongguk sedikit tak enak melihat raut serius Aerin sebelum akhirnya membuka pesan-pesan Aerin di ponsel yang memang ia senyapkan. Biasanya, Aerin memang menghubunginya untuk hal yang tidak penting.

Namun kali ini Jeongguk merasa bahwa ada sesuatu yang serius. Jarinya memencet ruang obrolan dengan Aerin sebelum ia mematung membaca barisan huruf di layarnya.

3 missed calls.

Aerin: Jeongguk?

Aerin: Angkat telfon aku

Aerin: Jeongguk, ibu kamu masuk rumah sakit



Segera setelah menerima informasi itu, Jeongguk berangkat bersama Aerin menuju rumah sakit. Dadanya dipenuhi rasa khawatir dan bersalah. Khawatir sesuatu terjadi ke ibunya, bersalah meninggalkan wanita itu hari ini serta mengabaikan pesan Aerin begitu saja. Tentu, Jeongguk belajar dari hal ini. Sekalipun ia tak menyukai Aerin, ia masih harus berterima kasih karena Aerin justru mengetahui lebih dulu kabar ibunya.

Dari balik kaca pintu ruang rawat inap VIP, Jeongguk melihat Aerin duduk mengobrol bersama ibunya yang bersandar di ranjang rumah sakit. Ia menghela nafas lalu mengayunkan tangan untuk membuka pintu, mengambil atensi dua wanita di dalam ruangan. Akhirnya, ia bisa berbicara dengan ibunya setelah meminta informasi dari dokter yang memeriksa ibunya.

Mrs. Jeon mengulas senyum ketika Jeongguk duduk di salah satu kursi yang ada di samping ranjanngnya. "Kamu khawatir ya? Ibu tadi minta anter supir kok, gak ngerasa sakit yang parah banget."

"Iya, tapi itu penyakit ibu kambuh lagi setelah sekian lama. Ibu abis ngapain?"

Mrs. Jeon mengusap kepala anaknya, mencoba hapus kekhawatiran Jeongguk dengan responnya yang tampak santai dan terlihat sehat. "Nggak tau, mungkin ada salah makan kali ya."

"Bukannya Tante udah jaga makanan juga? Tante nggak mau sewa ahli gizi buat tentuin menu makan Tante setiap hari?"

"Ah, itu sih nggak perlu. Nanti Jeongguk bosen kalau menu makannya harus sehat mulu, iya kan?" Wanita bermarga Jeon itu melirik ke Jeongguk yang masih memasang muka tak bahagia.

"Urusan Jeongguk biar aku aja yang mikirin, Tan. Aku bisa masakin dia terus kok, sekalian belajar juga biar nanti kalau udah serumah bisa-"

"Aerin, stop." Jeongguk memindahkan pandangannya ke Aerin dengan alis menukik juga gelengan kepala pelan, memberi peringatan kepada sang perempuan agar tak melanjutkan kalimat yang hanya akan menjadi bayang-bayang semunya.

AMORIST- KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang