17

1.4K 167 30
                                    




Sore hari sebelumnya di saat Taehyung bertemu Aerin.


"Kenalin, gue Han Aerin."

Kim Taehyung sama sekali tidak menduga bahwa suatu hari ia akan bertemu sosok bernama Han Aerin yang pastinya tak asing baginya. Ia benar, mendengar namanya saja sudah membuat Taehyung merasa jauh. Dan melihatnya langsung membuat Taehyung tertampar bahwa Aerin, calon tunangan Jeongguk, adalah perempuan berparas sangat cantik yang pernah datang ke toko tempo hari.

Taehyung merasa kecil dengan hanya melihat perempuan itu, dan ia yakin akan merasa jauh lebih rendah saat berbicara dengannya.

"Kim Taehyung, iya kan? Nama lo Taehyung kan?'' Perempuan itu mendahului ketika Taehyung menjabat tangannya. Tentu saja perempuan itu pasti mengetahui soal Taehyung, bahkan sudah berusaha menunggunya pulang kerja di depan bakery.

"Jadi.. ada yang harus gue obrolin sama lo. Tadinya gue udah mikir beberapa tempat minum mahal di sekitaran sini, takut cowok yang namanya Taehyung nggak suka sama minuman murah," Aerin menjeda, melirik ke Taehyung dari atas ke bawah. "Tapi kayaknya dimana aja gak masalah, ya?"

"Mau ngobrolin soal apa?" Taehyung tak ingin buang waktu. Dirinya sudah mulai bergetar mendengar cara bicara Aerin, dan Taehyung bersumpah hari ini akan menjadi hari terburuknya.

"Ngobrolin soal gue sama Jeongguk, lah. Soal pertunangan kami nanti. Gimana? Mau ngobrol di sini?"



Taehyung hanya menurut ketika Aerin membawanya ke sebuah cafe tak jauh dari sana. Dua cangkir minuman hangat tersedia di meja dan sempat mendistraksi pikiran Taehyung sejenak, secangkir coklat panas itu cukup membuatnya merogoh saku.

"Sebenernya, gue agak sedih akhir-akhir ini gak bisa ketemu Jeongguk." Aerin mengulas senyum palsu, merapikan helai rambutnya yang bergelombang rapi. "Lo tau, kan, pekerjaan dan urusan ibunya. Well, gue gak bisa mengharapkan banyak waktu free Jeongguk sih. It would be too egoistic. Gue biarin dia urus karirnya dulu."

Taehyung tak membalas, memilih menunggunya kembali berbicara, dan hal itu membuat Aerin tahu bahwa dia sudah menang.

"Bokap gue juga pegang saham yang lumayan di perusahaan Jeongguk, jadi siapa yang gak pengen lihat dia sukses coba? Kalau saham naik, mereka bakal sejahtera. Dan lo bisa bayangin gimana lancarnya kerjaan mereka nanti, kalau misal salah satu pemegang saham Jeon's Oakly adalah ayah mertuanya sendiri?" Aering meloloskan kekehan kecil. Ada sekelebat hinaan juga rasa senang membayangkan hal-hal yang bisa terjadi di masa depan. Namun mengingat perkataan ibunya membuat perempuan itu memasang wajah dingin di depan Taehyung.

"Sayang gue sempet ngerasa kalah gara-gara Jeongguk berhasil ngelirik orang lain."

Taehyung mengaku, kalimat itu berhasil membuatnya kembali merasakan rasa bersalah yang sempat menghantuinya; yakni merebut Jeongguk dari Aerin.

"Lo ngerti apa yang bikin gue ngerasa bodoh, Taehyung." Mata Aerin mengerling penuh hibur. "Gue kira gue saingan sama anak konglomerat lainnya– AHAHAHA."

Beberapa pengunjung sempat meluangkan waktu untuk menoleh ke mereka karena tawa Aerin yang menguar begitu lantang seperti melihat komedi terlucu di hidupnya.

"Gue kira– gue kira orang yang Jeongguk taksir tuh orang berkelas yang sama sibuknya, yang jauh lebih pinter dari gue, yang punya banyak cabang bisnis di luar negeri, yang orangtuanya jauh lebih terhormat– oh, maaf Taehyung." Alis perempuan itu terangkat sembari memasang wajah melasnya. "Gak ada yang tau orangtua lo terhormat atau nggak, ya? Bahkan lo sendiri nggak tau siapa mereka, kan?"

AMORIST- KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang