Please vote biar author semangat 😍
Cantika
Kehilangan seorang ibu sangatlah memberatkan. Aku merasa sebagian dari diriku menghilang begitu saja saat ibu pergi meninggalkanku 3 tahun silam. Selain aku yang terpuruk ternyata ayah juga sama dan setelah kematian ibu terjadi ayah seringkali mabuk-mabukan dan berubah menjadi sosok yang pemarah. Bahkan aku seringkali menjadi pelampiasan amarahnya hanya karena hal sepele. Tidak berhenti sampai disitu, ayah juga mulai menyiksaku dan hampir setiap hari aku disiksa entah itu ditendang, ditampar bahkan dipukul dengan benda tumpul. Rasanya aku ingin mati saja menjalani hari-hari bagai di neraka dan badanku terasa remuk. Aku tak mengerti kenapa ayah yang begitu penyayang berubah menjadi kejam.
Pernah suatu hari aku lupa memasak untuk ayah alhasil dia marah-marah sambil menyiksaku dan aku berakhir dikunci di kamar mandi semalaman. Rasanya siksaan yang menerpaku tidak ada habisnya terlebih aku hanyalah gadis lemah yang tidak mampu melawan ayah. Semuanya terasa begitu menyakitkan bahkan aku tidak tahu harus minta tolong siapa.
Kegiatan sehari-hariku adalah bekerja di toko roti, namun karena setiap hampir mendapatkan siksaan dari ayah maka bosku seringkali mengobati dan menyuruhku untuk tidak melayani pembeli dulu. Tubuhku makin kurus karena aku seringkali melewatkan waktu makan karena tidak punya uang. Semua uang gajiku selalu dirampas oleh ayah. Alhasil aku seringkali pingsan dan bos menatap prihatin dengan nasibku ini.
"Can aku gak bisa diam begini terus sedangkan kondisi kamu makin mengkhawatirkan..." Renata bosku di toko roti menatapku begitu sedih setelah dia mengobati bibirku yang membiru karena sasaran amarah ayah.
"Mba aku gatau harus gimana lagi, aku cuma gadis lemah aku gak punya siapa-siapa lagi selain ayah" balasku lemah.
"Tapi kalau kamu disiksa terus begini aku takut kamu kenapa-kenapa!"
"Tapi kalau aku ga tinggal sama ayah aku tinggal sama siapa lagi..." sambil meringis menahan sakit aku berkata yang sejujurnya karena memang aku didunia ini hanya punya ayah saja tidak punya kerabat lain.
"Aku punya apartmen Can kamu bisa sementara waktu tinggal disitu..."
"Mba aku pikir-pikir dulu ya..." sambil tersenyum aku bersiap-siap untuk pulang karena ini sudah pukul 7 malam dan toko roti pun sudah tutup.
Dalam perjalanan pulang aku melihat sebuah gaun yang indah berwarna biru. Gaun tersebut sangat mewah namun kemudian aku berpikir boro-boro membeli gaun, setiap hari saja aku seringkali hidup kelaparan. Sambil menarik nafas kuat aku menatap langit yang dihiasi bintang-bintang dan berdoa agar penderitaan ini bisa cepat selesai.
Padahal dulu ayah bukan sosok yang tempramental. Dia merupakan sosok yang lembut dan hangat sampai aku pernah mengidolakannya. Namun setelah kematian ibu rupanya jiwa malaikat ayah pun ikutan hilang. Dalam perjalanan pulang aku menangis dan rasanya aku tidak kuat lagi dengan cobaan ini. Aku hanya berharap ayah berubah kembali dan menyayangiku lagi seperti saat ibu masih hidup.
Sesampainya rumah aku melihat sosok ayah duduk dihalaman rumah dan mabuk-mabukan lagi. Entah sampai kapan ayah terus bersikap begini dan tak punya semangat untuk hidup.
"Ayah mabuk lagi?" Aku bertanya sambil takut-takut ayah marah.
"Anak sial sudah ku katakan untuk memasak di rumah kau tahu kan aku sangat lapar!!!" sambil marah-marah ayah menyeretku dan penyiksaan pun kembali berulang.
Dia memukulku habis-habisan dan setelah puas dia pergi entah kemana. Aku yang lemah dan kesakitan hanya mampu terlentang dan menangis. Rasanya hari ini adalah hari terakhirku di dunia, aku sudah tidak kuat lagi hidup seperti ini. Akupun memejamkan mata dengan air mata yang berlinang.
.......................................
Saat terbangun aku tak tahu ini dimana, namun ku lihat sosok ibu tengah tersenyum cantik dan aku pun langsung memeluknya karena begitu sangat merindukannya. Sungguh aku tidak kuat menjalani hidup ini sendirian tanpa ibu.
"Cantika maafin ibu, harusnya ibu gak pergi ninggalin kamu. Maaf ibu harus pergi dan membuatmu menderita...." ibu menangis sambil mengelus rambutku, tanpa sadar akupun menitikan air mata dan menangis keras.
"Ibu harusnya gak tinggalin aku, ibu tau kan hidupku sangat berat, tolong bu bawa aku pergi sama ibu aku gak mau hidup sama ayah!!!" aku memegang lengan ibu erat dan memeluknya lagi karena aku gak mau kehilangan dirinya lagi.
Saat pelukan ini semakin erat tiba-tiba ku lihat cahaya putih dan akhirnya aku sadar jika aku sedang berada di rumah sakit. Entah bagaimana aku berada disini padahal setahuku tadi aku berada dalam kamar mandi yang dingin.
"Cantika kamu pingsan selama 3 hari, untung mba segera bawa kamu kesini!" Mba Renata yang melihatku siuman langsung memelukku dan menangis.
"Mba, aku gak mau mati mba aku gak mau kembali lagi ke rumah ayah!!" aku menjawab sambil menangis sesenggukan aku sudah sangat lelah dengan semua penyiksaan ini dan aku hanya ingin bebas.
"Mba paham cantika, sekarang kamu istirahat ya jangan khawatirin apapun, mba uda laporin ayah kamu ke polisi!!" mba Renata menenangkanku dan dia bilang kalau aku tak ada kabar sama sekali selama 1 hari sehingga dia curiga dan mengunjungi rumahku.
Dia melihatku terlentang tak sadarkan diri dengan luka-luka yang banyak. Jika aku tidak segera dibawa ke rumah sakit mungkin nyawaku sudah tidak bisa tertolong. Bahkan dokter mengatakan kalau aku harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lumayan lama entah karena pemeriksaan CT scan dan yang lainnya karena takutnya aku memiliki luka tersembunyi selama ini.......
Menjalani hari-hari di rumah sakit memang sedikit membosankan namun aku bersyukur karena ada mba Renata. Dia menungguku setiap hari setelah menutup toko rotinya. Bahkan suaminya sendiri seringkali menegur karena mba Renata malah banyak menginap di rumah sakit bukan di rumahnya sendiri.
Setelah mba Renata melaporkan ayah kini status ayah menjadi buron dan dia kabur entah kemana. Karena takut ayah akan mendatangiku ke rumah sakit, mba Renata akhirnya meminta polisi untuk bergantian menjagaku di rumah sakit sampai kondisiku sembuh.
"Dok apa luka-luka Cantika nantinya sembuh dan tidak membekas?" Saat dokter tengah memeriksa kondisiku mba Renata bertanya.
"Kami akan mengusahakan yang terbaik agar saudari Cantika sembuh dan semua bekas lukanya bisa hilang...." Dokter Prisilia yang selama ini merawatku menjawab pertanyaan mba Renata sambil tersenyum.
Mba Renata berkata jika luka-lukaku sangat banyak di mulai dari punggung, paha, sampai kepala sehingga aku harus tinggal di rumah sakit lebih lama karena takut jika ada luka yang parah di kepala. Aku merasa sangat bersyukur Tuhan telah menyelamatkanku dan bertemu dengan orang sebaik mba Renata. Akhirnya doaku ini terkabul dan aku bisa lepas dari siksaan ayah. Tapi sebenarnya aku belum bisa tenang karena ayah belum tertangkap oleh polisi.
Saat tengah melamun aku melihat mba Renata datang dengan seorang pria yang ternyata dia merupakan seorang polisi yang menangani kasusku. Dia mengatakan akan mengusut tuntas kasus ini dan menjebloskan ayah ke penjara.
"Selamat siang Cantika perkenalkan saya Devano Reyhan yang akan membantumu berjuang meraih keadilan...." sosok polisi itu menatapku dengan percaya diri dan aku sedikit merasa tenang dengan ucapannya.
Semoga saja dia bisa membantuku dan tanpa sadar aku membalas senyumnya yang ramah......
Bersambung......
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE ME OUT
RomanceDevano merupakan sosok detektif polisi teladan bertemu dengan Cantika si gadis rapuh. Tolong hargai karya originalku dengan memberi dukungan berupa vote dan komen