22 - Miss you

183 13 0
                                    

Mohon memberikan vote dan komentarnya!!




Cantika

Aku terus sesumbar ingin bercerai dengan Mas Devan tapi sampai detik ini berkas perceraian masih belum ku berikan ke pengadilan agama. Entah mengapa hatiku merasa berat jika harus berpisah dengan Mas Devan padahal aku tahu dia sudah berselingkuh dengan wanita lain. Mungkin aku memang wanita yang bodoh karena bisa-bisanya sulit menggugat cerai padahal luka yang diberikan Mas Devan padaku sangat besar. Aku harus bersikap tegas dan tidak boleh terus bersikap lemah seperti ini.

Tapi tatapan matanya yang sarat akan permohonan membuatku sedikit luluh. Aku hampir ingin memeluknya erat namun berakhir hanya diam tidak melakukan apapun sampai akhirnya Mas Devan pergi dari rumah ini begitu saja. Aku sangat merindukannya tapi aku tidak berbuat apapun dan hanya meratapi diri seperti ini.

Tapi kesedihanku tidak sampai disini saja karena beberapa hari kemudian Mas Ridho memberitahuku jika Mas Devan akan bertunangan dengan Mba Sheza. Berita ini lagi-lagi membuat hatiku sakit. Mas Devan memohon kepadaku kemarin tapi dia tetap akan bertunangan dengan Mba Sheza. Sebenarnya kenapa Mas Devan begitu sering mempermainkan perasaanku? Apa aku ini terlihat seperti mainan baginya?

Berita ini membuatku sangat terpukul hingga aku mengunci diri di kamar dan tidak keluar sampai berhari-hari. Mas Ridho dan Aleta sangat mencemaskanku tapi aku benar-benar butuh waktu sendiri untuk bisa mengelola hati yang sudah hancur ini.

Tapi aku tak bisa hanya meratapi nasib dan bersedih, apalagi saat ini sedang dalam kondisi hamil. Pasti bayi ini juga merasakan kesedihanku dan jangan sampai masalah ini mengganggu kehamilanku.

Akhirnya aku memutuskan keluar kamar setelah hari ke 3 dan Mas Ridho terlihat lega. Aku harus kuat dalam menghadapi masalah ini dan memutuskan hadir di acara pertunangan Mas Devan besok. Aku harus terlihat baik-baik saja dan menjalani hidup dengan baik demi bayiku. Bahkan aku sudah tak peduli pada Mas Devan dan terserah saja jika dia mau menikah dengan orang lain.

"Selamat mas Devan.." ucapku padanya saat menghadiri pertunangan dan mencoba tegar

"Cantika..." balas Mas Devan dan wajahnya sendu.

"Wah ternyata kamu hadir juga ya di acar pertunangan kami.. tapi terimakasih atas kehadirannya" ucap Mba Sheza terlihat puas.

"Sama-sama Mba Sheza semoga kalian bahagia..."

Mas Devan memandangku dengan raut wajah yang sedih dan matanya berkaca-kaca. Dia bersikap seperti ini pun takan mengubah situasi apapun. Dia tak lebih seperti pria pengecut yang menelantarkan istri dan anaknya. Dengan tegar aku tetap tersenyum hingga Mas Ridho mengajakku untuk pulang dari acara ini.

Tapi saat berjalan menuju mobil Mas Ridho, tanganku ditarik oleh Mas Devan hingga kami memasuki sebuah kamar entah punya siapa. Mas Devan langsung menciumku dengan kasar dan sarat akan kemarahan. Aku tidak berniat untuk membalasnya dan hanya diam tapi Mas Devan mulai menggigit bibirku hingga mulutku terbuka. Dia menciumku sangat intens hingga rasanya nafasku semakin memendek. Melihat hal itu Mas Devan melepaskan tautan bibir kami namun langsung menyerang leherku.

Aku hampir terlena dengan permainannya tapi kemudian aku tersadar jika ini salah. Aku tidak boleh tergoda olehnya apalagi keinginanku untuk bercerai sudah bulat.

"Mas Devan jangan lakukan ini..." ucapku sekuat tenaga melepaskan sentuhannya.

"I really miss you Cantika..." balasnya emosional dan kembali menyerang leherku hingga memberikan gigitan yang dalam.

"Kamu sudah bertunangan dengan wanita lain dan kita akan bercerai mas.." ucapku melepaskan diri dan akhirnya berhasil

"Aku terpaksa melakukan ini semua... jika aku menolak untuk bertunangan mereka akan melaporkanku ke polisi.. aku harus bagaimana Cantika, tell me.."

Aku tidak membalas ucapannya dan Mas Devan mulai menangis. Raut frustasi sangat terlihat di wajahnya dan membuatku tak tega. Sambil menghela nafas kasar aku membawa Mas Devan duduk di kasur namun dia membawaku untuk duduk di pangkuannya. Dia memelukku dan menenggelamkan wajahnya didadaku. Ku rasakan bajuku mulai basah dan aku hanya mengelus rambutnya. Tangisan Mas Devan terlihat pilu dan aku tak bisa melihatnya begini.

Padahal dia laki-laki tapi ternyata sungguh cengeng. Saat mencoba melepaskan pelukannya, Mas Devan semakin erat memelukku hingga akhirnya aku menyerah dan membiarkan dia memelukku sepuasnya sambil menangis.

Sekitar 10 menit kami hanya diam sambil berpelukan akhirnya Mas Devan melepaskan pelukannya dengan wajah merah sehabis menangis. Aku mulai mengusap wajahnya yang penuh air mata dan berniat untuk pergi.

"Mas Devan kita sepakat untuk bercerai kan?..."

"I can't.. aku gak mau jauh dari kamu.. ku mohon jangan pergi dariku..." Mas Devan merengek seperti anak kecil.

"Tapi keadaan tidak mendukung kita mas.. apalagi kedua orang tuamu.. kita harus iklas berpisah demi kebaikan semuanya.."

"Lalu bagaimana dengan bayi kita?"

"Dia akan mengerti suatu saat nanti jika orang tuanya memang harus berpisah.."

Mas Devan menghela nafas panjang dan wajahnya tampak berpikir keras. Perpisahan memang selalu memberikan luka yang besar namun kami harus bagaimana?

"Kalau begitu ayo kita kabur...."

"Maksud mas Devan?" Tanyaku tak habis pikir.

"Aku gak mau pisah sama kamu dan kita kabur keluar negeri supaya mereka gak ganggu kita lagi"

"Ini bukan solusi yang bijak mas.. kamu emang siap jadi buronan hm..?"

Mas Devan hanya terdiam tidak lagi membalas perkataanku. Sambil menghela nafas panjang akhirnya aku mulai menjauh darinya. Mungkin memang aku dan mas Devan tidak berjodoh dan kisah kami hanya sampai disini saja. Setelah itu aku pergi dan masuk mobil Mas Ridho meninggalkan Mas Devan yang tampak penuh kekecewaan.


...................





"Cantika aku gak bisa lihat kamu begini.. pergilah bersama Devan keluar negeri dan hiduplah berbahagia disana"

Sepulangnya dari pesta pertunangan Mas Devan, Mas Ridho langsung berbicara padaku dan menyuruhku kabur bersama Mas Devan. Tapi aku merasa kabur bukanlah solusi yang baik karena aku ingin hidup tenang bukannya terus dikejar-kejar oleh seseorang.

"Mas Ridho jika aku kabur cepat atau lambat mereka tetap akan menemukan kami" ucapku sangat keberatan.

"Itu jauh lebih baik daripada melihatmu dan bayimu menderita...."

"Aku baik baik aja mas.. gak perlu terlalu cemasin aku"

"Devan udah ngomong sama aku dan aku rasa kalian memang sebaiknya kabur aja, lagipula orang tua Devan yang sekarang kan cuma orang tua angkat"

"Terus Mas Devan jadi buronan gitu?"

"Devan rela melepaskan segalanya termasuk jabatannya di kepolisian demi kamu Cantika...."

"Kalau begitu aku akan menjalani hidup penuh rasa bersalah kalau mas Devan sampai harus berhenti jadi polisi"

"Tapi.."

"Mas Ridho kalau memang kami berdua berjodoh pasti masalah ini akan segera selesai kok" aku memotong ucapannya dengan tegas.

Setelah itu aku memutuskan untuk masuk kamarku karena lelah berdebat dengan Mas Ridho. Aku memilih jalan ini dan tidak mau jika harus kabur begitu saja. Lagipula jika Mas Devan memang mencintaiku harusnya dia mau berjuang bukan hanya pasrah dengan keadaan.

Sambil melamun aku mengusap perutku lembut dan berharap bayi ini sehat. Meski harus membesarkan bayi ini seorang diri tapi tak mengapa aku yakin bisa kuat. Beruntung meski masalah datang silih berganti bayi ini tak begitu membuatku sulit hanya sesekali merasa mual di pagi hari.

Aku harap ada jalan yang terbaik bagi kami. Tapi tentu saja tidak ada satupun orang yang tahu bagaimana masa depan akan terjadi....


Bersambung......

TAKE ME OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang