Ditunggu voment nya bagi yang belum!
Cantika
Kehidupanku memang saat ini terasa membahagiakan tapi kemudian aku tersadar jika kasus ayahku belum selesai dan dia baru akan menjalani sidang esok hari. Beruntung ada jaksa yang memberitahuku untuk datang ke ruang sidang karena aku sendiri adalah korban. Semoga saja persidangan besok lancar dan tidak ada kendala apapun.
Sebenarnya aku tidak siap bertemu dengan ayah dan sedikit ada rasa takut saat bertemu kembali dengannya. Tapi karena ada Mas Devan aku pun merasa tenang karena Mas Devan pasti melindungiku. Saat ini aku hanya punya dirinya sebagai tempat bergantung.
Keadaan ayah ternyata sangat memprihatinkan dan ia jauh terlihat lebih kurus daripada yang ku lihat terakhir kali. Ada sedikit rasa kasihan dalam hatiku tapi hukum tetap harus ditegakan apalagi sejujurnya aku sedikit merasa trauma berada di dekat ayah. Beruntung aku juga memiliki Mas Devan disisiku sehingga bisa mulai menjalani hari-hari dengan bahagia.
"Saudara Rozak semua bukti sudah mengarah semua pada anda, apakah ada yang ingin anda sampaikan pada puteri anda?" Tanya hakim sambil memandangku yang duduk di deretan audiens.
"Saya sangat menyesal mempunyai anak karena saya harus kehilangan istri yang sangat saya cintai. Saya harap anak sialan itu cepat mati saja yang mulia!" Ucap ayah sambil mengumpat.
Para penonton mulai ribut dengan jawaban yang dilontarkan ayah. Hatiku yang mendengarnya sangat sakit bahkan rasanya aku tidak mampu lagi berpijak di bumi. Bagaimana mungkin ayah setega itu menyumpahiku supaya mati? Padahal selama ini aku sangat menyayanginya....
"Kalau begitu kami dewan hakim memutuskan anda akan mendapatkan hukuman penjara selama 20 tahun!"
Setelah palu diketuk selama 3 kali semua orang mulai bubar. Tapi aku tidak menyerah dan mulai mendatangi ayah, aku ingin mendengarkan semua penjelasannya kenapa ayah ingin aku mati? Sungguh aku tidak percaya ayah menjadi begini...
"Ayah.. ayah gak sungguh-sungguh bilang kayak tadi kan? Ayah masih sayang sama aku kan?" Tanyaku dengan bersimbah air mata dan memandang wajah ayah sendu.
"Anak sialan!! Matilah!!"
Setelah itu ternyata ayah malah mencekik leherku dan suasana makin memanas. Mas Devan pun berupaya menghentikan kegilaan ayah tapi cekikan ini membuatku sakit dan tak mampu bernafas. Tanpa sadar semuanya menjadi gelap dan aku pun pingsan.
Saat sadar aku ternyata sudah berada di rumah sakit dan bernafas dengan rakus. Beruntung terdapat selang oksigen yang membantu pernafasanku dan Mas Devan segera memanggil dokter untuk memeriksa kondisiku saat ini.
.............................
"Cantika jangan bikin aku cemas dong! Aku benar-benar ketakutan saat Rozak mencekik kamu. Bisa-bisanya pria tua itu mau ngebunuh kamu!" Ucap Mas Devan sambil terus menciumi tanganku.
"Aku minta maaf.. tadi aku cuma gak percaya aja kalau ayah bisa ngomong kayak gitu di depan hakim..." balasku lemah sambil berusaha tersenyum pada Mas Devan.
"Dia itu monster sayang... bukan ayahmu, aku mohon jangan lagi menganggap dia ayahmu.."
Aku tidak membalas ucapan Mas Devan dan malah menangis. Bagaimana mungkin aku se-naif ini berharap ayah bisa berubah? Padahal itu jelas-jelas sebuah ketidakmungkinan yang sayangnya masih sulit aku terima. Padahal dulu ayah tak begini.. yang ku ingat ayah adalah sosok malaikat di saat ibu masih hidup.
Saat kondisiku sudah baikkan akhirnya kami memutuskan pulang namun suasana hatiku masih belum juga membaik. Padahal Mas Devan sudah berkali-kali menghibur tapi tetap tidak bisa juga membuat perasaanku membaik.
Karena terus mengkhawatirkanku akhirnya Mas Devan tidur disebelahku. Dia memelukku dengan erat yang membuat perasaanku kian menghangat. Setidaknya ada satu orang yang mencintaiku meski sesisi dunia telah berbuat jahat padaku.
...............................
Karena kondisi sudah baik-baik saja maka dua hari kemudian aku memutuskan bekerja. Tapi awalnya Mas Devan tidak mengizinkan namun saat aku bersikeras mengatakan baik-baik saja dia langsung mengizinkan. Bukankah lebih baik aku menyibukkan diri daripada terus bersedih di apartemen? Meskipun sisa-sisa kesedihan ini masih terasa.
Meski Mba Renata juga mengkhawatirkanku tapi saat ini aku merasa dalam kondisi baik. Untungnya saja toko roti ini memiliki pegawai baru sehingga saat aku absen kemarin tidak terlalu merepotkan Mba Renata.
Saat sibuk melayani pembeli, tiba-tiba Mba Sheza datang dengan wajah penuh emosi. Aku sebenarnya bingung harus bagaimana namun akhirnya aku terpaksa bersedia bicara dengannya...
"Kamu sudah menjual diri kan sama Devan sehingga dia tiba-tiba berpaling sama kamu?" Tanyanya tiba-tiba memfitnahku.
"Saya gak pernah berbuat seperti itu Mba Sheza.." ucapku lemah.
"Dasar jalang! Demi merebut Devan dari saya kamu menghalalkan segala cara termasuk menjual diri kamu! Cih jangan harap saya akan diam saja dan saya pastikan hidupmu gak akan tenang!"
"Mba Sheza kalau gak percaya sama ucapan saya ya sudah.. saya kembali bekerja dulu ya!" Balasku lelah.
Namun saat hendak kembali bekerja Mba Sheza malah menarik rambutku hingga sebagian helainya terlepas. Rasanya sakit sekali tapi saat ini tenagaku sedang lemah sehingga aku tidak bisa melawan.
"Wanita kurang ajar sepertimu pantas mati!" Ucapnya emosional.
"Mba Sheza lepasin saya mba... saya mohon...."
"Apa-apaan ini kenapa kamu berbuat keributan di toko saya? Lepaskan pegawai saya!!" Tiba-tiba Mba Renata datang memisahkan kami dan dengan nekat menarik rambut panjang Mba Sheza.
"Sialan lepaskan saya!" Ucap Mba Sheza sambil berteriak sehingga semua orang melihat kami.
Saat tarikannya di rambutku terlepas akhirnya aku menjauh dengan langkah gontai. Ku lihat Mba Sheza dengan Mba Renata masih ribut dan belum juga ada yang memisahkan mereka.
"Yang sialan itu kamu! Sudah buat keributan di tempat saya!!!" Balas Mba Renata emosi.
Keributan mereka akhirnya bisa dipisahkan oleh seorang bapak-bapak yang merupakan pelanggan toko roti kami. Aku sangat berterima kasih karena berkat beliau Mba Sheza juga pergi dari toko ini.
"Saya masih belum selesai! Lihat saja jalang sialan macam kamu akan merasakan akibatnya!!" Ucapnya sangat kasar sebelum pergi dengan mobilnya.
Karena kondisiku yang syok sesudah pertengkaran tadi akhirnya aku pulang duluan. Aku merasa cobaan dalam hidup tidak pernah habis dan tidak mengerti apa hal yang sudah ku lakukan sehingga mendapatkan banyak cobaan seperti ini? Tanpa terasa air mataku kembali mengalir dan akhirnya aku menangis tersedu-sedu di kamarku sendiri.
Tidak terasa pukul 8 malam Mas Devan akhirnya sampai di apartemen. Aku langsung memeluknya dan tersenyum ceria. Lebih baik Mas Devan tidak tahu apa yang terjadi saat siang tadi karena aku tidak mau membuatnya merasa cemas. Beruntung sebelum Mas Devan pulang aku menyempatkan diri untuk memasak nasi goreng. Karena kondisiku lumayan lemah jadinya aku hanya memasak makanan yang mudah saja.
"Sayang kamu kelihatan pucat banget.. kamu gak apa-apa kan?" Mas Devan bertanya dengan nada khawatir.
"Aku baik-baik aja Mas.. kayaknya aku memang butuh istirahat.." aku membalasnya dengan menggenggam tangan Mas Devan supaya dia tidak merasa cemas.
"Kalau gitu besok kamu jangan kerja dulu ya.. Mas gak mau kamu kenapa-kenapa.."
Setelah selesai makan aku dan Mas Devan memutuskan tidur sambil berpelukan. Namun perkataan Mba Sheza siang tadi sedikit membuatku cemas dia akan melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi usapan Mas Devan di rambutku membuat rasa kantuk menjadi besar hingga aku tertidur di dalam pelukannya....
Bersambung.........
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE ME OUT
RomanceDevano merupakan sosok detektif polisi teladan bertemu dengan Cantika si gadis rapuh. Tolong hargai karya originalku dengan memberi dukungan berupa vote dan komen