21 - Baby i am sorry

159 12 0
                                    

Mohon memberikan dukungannya berupa vote!!




Devano

Setelah Cantika pergi aku mulai mengurung diri di rumah kami. Namun semua kenangan tentang dirinya membuatku terus bersedih, belum lagi kedua orang tuaku terus memaksa untuk segera menikahi Sheza. Bahkan katanya orang tua Sheza akan melaporkanku ke polisi atas kasus pemerkosaan. Aku sama sekali tak mengerti kenapa mereka semua terus memaksaku padahal aku hanya ingin bahagia hidup bersama dengan Cantika. Aku tidak mencintai Sheza lalu bagaimana aku bisa menjalani rumah tangga bersamanya nanti?

Tadinya aku bertekad mencari Cantika dan menjelaskan semuanya kalau semua ini tak benar dan hanya fitnah semata. Tapi aku tak kunjung menemukannya dan kedua orang tuaku terus menuntut untuk segera menikahi Sheza karena nama baikku bisa tercemar. Dengan sangat terpaksa aku mengiyakan permintaan mereka dan tanggal pernikahanku bersama Sheza dipercepat hanya berjangka satu bulan saja.

Aku tidak tahu kenapa akhirnya malah seperti ini dan terpaksa menuruti kemauan mereka semua. Bahkan Sheza kembali menempel padaku padahal aku sangat risih dengan semua kelakukannya. Sebenarnya aku semakin yakin kalau ini hanyalah sebuah jebakan agar pernikahanku dengan Cantika berantakan. Tapi aku tak punya bukti yang cukup dan semakin frustasi.

"Devan kok kamu dari tadi diem terus.. kamu gak suka aku ikut jenguk temen kamu yang lagi sakit ya?"

Saat ini aku tengah menyetir dan sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rekan kerjaku di kepolisian sakit dan aku berniat ingin menjenguknya. Tapi Sheza terus memohon supaya dapat ikut denganku dan berakhir aku mengalah serta menyetujuinya untuk ikut bersama.

"Sheza aku lagi nyetir bisa gak kamu jangan ganggu dulu?" Ucapku dingin.

"Oke Devan.."

Tumben sekali Sheza tidak mengajakku berdebat dan langsung terdiam saat aku memintanya untuk tak mengganggu. Entahlah semua sikap dan sifat Sheza yang selalu semaunya membuatku lelah bukan kepalang. Aku bahkan ragu apakah bisa tahan dengan sikap Sheza atau tidak saat aku menikah dengannya nanti. Sudahlah lebih baik aku tak memikirkan itu dahulu dan ada baiknya fokus menyetir saja supaya bisa segera sampai rumah sakit.

Setelah memarkirkan mobil di basement rumah sakit aku pun mulai berjalan cepat supaya segera sampai di ruang inap temanku yang sakit. Namun dalam perjalanan aku malah bertemu Cantika bersama Ridho dan wajahnya sangat pucat.

Aku mendengar Cantika sedang hamil tapi aku tidak bisa berbuat apapun. Mungkin aku memang pengecut dan tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin aku harus menikahi Sheza disaat Cantika sedang berjuang mengandung anakku. Tapi sungguh aku tidak tahu harus bagaimana dalam menyikapi masalah ini dan berakhir hanya diam seperti orang bodoh.

Selama menjenguk temanku di rumah sakit aku berubah menjadi lebih pendiam. Bahkan semua ucapan Sheza aku abaikan begitu saja karena terus memikirkan kondisi Cantika. Kenapa masalahnya jadi rumit begini.. apa yang harus ku lakukan?...

"Sheza aku butuh waktu sendiri... bisakah kamu turun dari mobilku?"

Saat dalam perjalanan pulang, aku meminta Sheza untuk keluar dari mobil karena aku benar-benar sedang tak ingin diganggu oleh siapapun. Aku bahkan membenci diriku sendiri yang tak mampu mengatasi masalah rumah tangga bersama Cantika.

"Devan bagaimana bisa kamu setega itu sama aku?"

"Banyak taksi di luar Sheza.. kamu gak lagi di dalam hutan!"

"Kamu benar-benar keterlaluan!!"

Setelah Sheza keluar dari mobil, aku langsung mengemudi dalam kecepatan tinggi dan tidak peduli lagi dengan apapun. Aku hanya ingin diam dan menikmati waktu sendirian tanpa siapapun.



...........................





"Devan gue tau lo bukan orang yang gak bertanggung jawab! Apa maksudnya lo tiba-tiba mencampakan Cantika dan bakal nikah sama Sheza?" Ucap Ridho langsung bertanya tanpa basa-basi.

"Dho.. gue terpaksa.. gue dijebak.. setelah itu Cantika tinggalin gue dan sekarang lo liat sendiri kondisi gue kayak gini...."

Esoknya tentu saja Ridho langsung membombardirku dengan berbagai pertanyaan saat kami sedang bekerja. Tentu saja Ridho berhak bertanya padaku apalagi dalam waktu beberapa hari kondisi pernikahanku dengan Cantika hancur begitu saja. Masalah ini membuat otakku mau pecah rasanya.

"Tapi Cantika lagi hamil Dev.. masa lo tega dan malah bersikap abai kayak gini?"

"Gue gatau.. gue titip Cantika ya sama lo.. sampe gue bisa ngebuktiin kalau gue gak pernah selingkuh sama siapapun" ucapku lemas.

"Jangan berlama-lama Dev.. semua cewek gak suka digantung!!"

Semua ucapan Ridho memang ada benarnya, aku harus memilih dan tidak mungkin hanya pasrah dengan keadaan begitu saja. Lama berpikir sampai memijat keningku yang tak sakit, akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan Cantika lagi setelah jam kerja selesai. Aku harus bicara hal yang penting mengenai rumah tangga kami.

Cantika terlihat kaget saat aku datang menemuinya di rumah Ridho. Bahkan dia mengabaikanku dan buru-buru menuju kamarnya lagi namun tentu saja ku tahan. Aku harus bicara dengannya dan tidak mungkin kami terus mengalami salah paham seperti ini untuk kedepannya.

"Lepaskan aku!!!" Cantika marah besar.

"Cantika beri aku kesempatan untuk ngejelasin semuanya!"

"Ngejelasin apa? Ngejelasin kalau kamu selingkuh?" Balasnya sengit dan wajar saja kalau Cantika marah padaku.

"Aku gak pernah selingkuh sama siapapun Cantika.."

"Semua ada buktinya Mas Devan aku gak bisa kamu bodohi lagi"

"Aku dijebak.. semua foto itu palsu.. kalau kamu gak percaya itu terserah kamu.. maafin aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu. Jaga diri baik-baik Cantika soalnya mungkin kita bakal sulit untuk ketemu lagi.." balasku panjang lebar dan berharap Cantika percaya namun sangatlah sulit.

"Aku mau cerai sama kamu dan semua berkas kita udah masuk ke pengadilan!"

"Oke.. kalau itu yang kamu mau.. kalau gitu aku pamit"

Mata Cantika mulai berkaca-kaca tapi dia hanya diam tidak melakukan apapun. Dalam diam pun aku berharap Cantika mau mempercayaiku tapi tampaknya itu hal yang mustahil. Bahkan Cantika sama sekali tidak mengejarku hingga aku semakin jauh dari kediamannya.



....................





Beberapa minggu kemudian pesta pertunanganku dan Sheza akhirnya resmi digelar. Semua orang tampak bahagia apalagi keluarga Sheza dan kedua orang tuaku. Sangat berbeda sekali denganku yang tak bersemangat bahkan berharap pesta ini tak pernah ada. Aku terus memikirkan Cantika tapi tak ada yang bisa ku lakukan. Aku akui Sheza tampak cantika dengan gaun putihnya yang satu warna dengan jasku. Tapi aku sama sekali tak merasakan apapun padanya dan perasaanku begitu datar sangat berbeda dengan Cantika.

"Acara pertunangan akan segera dimulai.. silakan dari pihak laki-laki untuk segera memasangkan cincin pada pihak wanita"

Tanpa berkata apapun aku hanya menuruti perintah dari pembawa acara dengan wajah datar. Sheza tampak sangat bahagia dan tersenyum cerah sangat berbeda denganku yang berharap acara ini hanya mimpi di siang bolong. Bahkan setelah proses pemasangan cincin selesai aku tidak mengatakan apapun dan terus-terusan menghela nafas kasar.

Lama terdiam tiba-tiba Ridho hadir ke acara pertunanganku bersama Cantika. Dia sangat cantik dan hatiku sungguh tak kuat untuk menghadapinya bahkan tanpa sadar air mataku mulai jatuh saat menatapnya. Aku sangat merindukannya dan ingin memeluknya untuk saat ini. Tapi Cantika tak pernah mau menatap mataku dan bersikap seolah-olah aku tidak ada.

Apakah tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya bersama kamu?

Bersambung.....

TAKE ME OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang