Ayo vote dan komennya!
Cantika
Awalnya aku memang sudah menyerah dan memutuskan untuk melupakan Mas Devan meski tentu saja aku belum bisa. Jalan satu-satunya supaya aku melupakan perasaanku padanya adalah dengan pergi dari apartemen Mas Devan. Puncaknya tanpa bisa ku bendung aku mengatakan perasaan yang sebenarnya dengan harapan Mas Devan berhenti bersikap menjadi seorang kakak.
Tapi respon Mas Devan ternyata tidak sesuai harapan, bahkan dia mencium bibir dan membuatku sangat kaget. Ternyata Mas Devan memiliki perasaan yang sama denganku tentu saja aku sungguh merasa sangat senang.
Setelah menyatakan perasaan satu sama lain kini kami hanya berpelukan di sofa. Ku rasakan Mas Devan terus menciumi kening ini dan membuatku merasa tenang saat bersama dengannya. Ini bahkan lebih baik dari ekspektasiku selama ini....
"Mas Devan.. gimana kalau Mas Rido dan Mba Sheza tau tentang kita?" Tanyaku padanya.
"Aku bakal putusin Sheza dan berkata yang sejujurnya pada Ridho.." jawabnya dengan percaya diri.
"Kalau mereka marah gimana?" Tanyaku mulai cemas dengan situasi ini.
"Itu adalah konsekuensi yang harus kita hadapi sayang.."
Aku tidak menjawab perkataan Mas Devan dan hanya terdiam melamun. Sambil menghela nafas panjang aku jadi tidak menyangka akan serumit ini. Apa aku egois ya jika jatuh cinta pada Mas Devan?
..................................
Esok harinya kami bekerja di tempat masing-masing seperti biasa. Bedanya kini sebelum berangkat kami berpelukan dan bermesraan dulu. Tatapan Mas Devan yang hangat padaku membuat hati ini berbunga-bunga sehingga aku menjalani hari dengan penuh semangat.
"Aku jemput pulangnya ya... Abis itu kita belanja dulu di supermarket soalnya bahan-bahan makanan udah habis" ucapnya sesudah aku sampai di toko roti dan bersiap-siap turun dari mobil Mas Devan.
"Oke.. kalau gitu Mas Devan harus semangat kerjanya.." balasku sambil tersenyum manis.
Mas Devan mengusap pipiku dan mengecupnya. Tindakannya yang selalu tiba-tiba membuat jantungku berdetak kencang. Terbukti saat sedang bekerja aku hampir saja tidak fokus melayani pembeli karena mengingat perlakuan Mas Devan tadi. Rasanya seperti mimpi aku berpacaran dengan Mas Devan.. apalagi aku yang hanya karyawan toko roti situasi ini seperti tidak nyata. Mas Devan adalah orang kaya tidak seperti aku yang miskin sehingga berpacaran dengannya adalah hal yang tidak ku duga.
Mas Devan menepati janjinya dan sepulang dari toko kami kini berjalan-jalan di mall. Tapi karena waktu sudah sore kami segera bergegas ke supermarket untuk membeli bahan masakan. Rencananya kami mau membuat udang asam manis dan cah kangkung. Tentu saja makanan daerah memang selalu menjadi menu utama saat memasak terlebih aku tidak begitu menyukai makanan luar.
Setelah selesai belanja semua barang pun dimasukkan ke bagasi. Namun entah mengapa Mas Devan tiba-tiba mengecup pipiku di tempat umum... jelas saja aku merasa kembali kaget.
"Devan... kamu selingkuh dari aku? Jadi wanita ini bukan adik kamu tapi selingkuhan kamu?" Tiba-tiba Mba Sheza bertemu dengan kami sambil marah-marah. Sangat tidak ku duga kami malah bertemu Mba Sheza seperti ini.....
"Sheza ini gak seperti yang kamu bayangkan.." balas Mas Devan pelan.
"Dasar perempuan gatal.. kamu mau jadi pelacur?" Ucapnya padaku dan Mba Sheza mulai menampar pipiku keras, rasanya sakit sekali.
"Sheza kamu sudah gila!! Inilah alasan aku gak bisa mencintai kamu karena kamu itu egois!! Ya aku mencintai Cantika dan lebih memilihnya, mulai hari ini kita putus!!!" Ucap Mas Devan marah-marah dan akhirnya dia menarik tanganku.
Tanpa mendengarkan perkataan Mba Sheza, Mas Devan dan aku pergi menjauh dan segera masuk mobil. Ku lihat di sebelah Mas Devan sangat emosi hingga mencengkeram setir kuat-kuat. Aku tidak berani bicara saat kondisinya sedang emosi dan berakhir dengan diam membisu.
Setelah sampai apartemen Mas Devan memelukku dengan erat dan berkali-kali dia mencium keningku. Sambil mengusap punggungnya aku mengatakan semuanya baik-baik saja.
Sambil duduk di pangkuannya pipiku dikompres air dingin oleh Mas Devan. Rasanya memang perih tapi aku tidak apa-apa.. ini konsekuensi yang harus ku terima karena merebut Mas Devan dari Mba Sheza. Walau bagaimanapun aku memang salah bukan?
"Gara-gara aku semuanya jadi begini.. maafin aku Cantika.." ucap Mas Devan sendu sambil terus mengompres pipiku.
"Mas aku gak apa-apa.. udah ya jangan lagi merasa bersalah" balasku sambil memegang pipinya dengan kedua tangan.
Mas Devan hanya mengangguk dan menghela nafas panjang. Setelah itu kami hanya berpelukan lagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Lama dalam posisi ini ku rasakan Mas Devan melepas pelukannya dan dia mulai mencium bibirku. Ciuman ini sangat lembut dan manis yang tanpa sadar membuatku merasa tenang. Aku berinisiatif untuk membuka mulut dan Mas Devan langsung memainkan lidahnya di mulutku. Dia terlalu hebat dalam berciuman sehingga membuatku terlena. Dalam beberapa menit Mas Devan melepaskan ciumannya dan mengusap rambutku sambil terus menciumi pipiku. Mas Devan memang selembut itu dan membuatku merasa beruntung karena menjadi wanita yang dia pilih.
"Ayo kita masak.. kamu pasti udah laper kan?" Ucap Mas Devan lembut.
Aku tidak membalasnya dan hanya menganggukan kepala. Kini kami memasak bersama dan berusaha melupakan kejadian tadi. Aku berharap semesta mendukung hubunganku dengan Mas Devan.
...............................
Keesokan harinya aku bekerja lagi seperti biasa di toko roti Mba Renata. Karena toko laku keras mba Renata pun memberiku bonus berupa roti aneka rasa yang masih hangat. Dengan hati yang sumringah aku pun pulang segera karena ingin membagi roti ini dengan Mas Devan. Apalagi waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Mas Devan pasti sudah pulang ke apartemen.
Sesaatnya di apartemen aku melihat Mas Devan duduk di sofa namun wajahnya tampak babak belur. Seketika senyumku luntur begitu saja melihat kondisinya.. apa dia telah dipukuli penjahat?
"Mas kamu kok bisa terluka??" Tanyaku padanya dan langsung mengobati lukanya.
Dia mengaduh kesakitan dan membuatku tidak tega. Aku pun berusaha pelan-pelan membersihkan luka Mas Devan dengan alkohol dilanjut dengan membubuhkan obat luka pada wajah tampannya yang babak belur. Setelah selesai Mas Devan langsung memelukku erat dan aku membalas pelukannya dengan mengusap kepalanya.
"Aku gak akan pernah lepasin kamu Cantika.. meski Ridho dan seisi dunia ini tidak setuju dengan hubungan kita" ucapnya lirih.
"Mas kamu ribut sama Mas Ridho?" Balasku dan melepaskan pelukannya agar bisa menatap wajah Mas Devan.
"Aku udah jujur sama dia tentang hubungan kita.. tapi Ridho gak terima hingga akhirnya aku dipukuli" balasnya lemah.
"Harusnya kalian gak perlu saling memukul.." ucapku dengan wajah sendu.
"Aku cinta kamu Cantika... aku gak masalah dipukuli asalkan tetap bisa sama kamu"
Ucapan Mas Devan membuatku tersentuh dan tanpa sadar aku menitikkan air mata. Seumur hidup aku memang baru merasakan jatuh cinta dan disayangi oleh Mas Devan, hidupku yang sepi karena kehilangan ibu kini menjadi berwarna kembali berkat hadirnya Mas Devan.
Kami pun kembali berpelukan mesra dan tanpa sadar air mataku malah jatuh dengan derasnya. Mas Devan terus mengusap rambutku dan sesekali menciumnya untuk menghiburku. Bagaimana aku bisa melepas Mas Devan kalau hanya dia tempatku bergantung?
Jangan pernah pergi dariku Mas Devan!!
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE ME OUT
RomanceDevano merupakan sosok detektif polisi teladan bertemu dengan Cantika si gadis rapuh. Tolong hargai karya originalku dengan memberi dukungan berupa vote dan komen