10 - How come you don't know

165 19 0
                                    

Ayo vote dan komennya jangan lupa!







Cantika

Setelah Mas Ridho mengantarku sampai apartemen akhirnya aku bisa istirahat dengan nyaman di kamar. Rasanya waktu berjalan begitu cepat karena tanpa sadar hari sudah malam. Karena badanku sudah lengket dengan keringat maka aku memutuskan untuk segera mandi dengan air dingin.

Sesudah merasa segar akhirnya aku bisa berbaring di kasur yang rasanya sangat nyaman. Namun aku lupa membawa sepatu kotor yang diletakan di depan apartemen, otomatis aku berniat untuk segera membawanya karena akan harus dicuci segera.

Saat sampai di luar aku.. melihat Mas Devan berciuman dengan pacarnya. Rasanya perasaanku ikut campur aduk dan hatiku terasa di remas-remas. Harusnya kan aku mendukung jika Mas Devan memang bahagia dengan pacarnya tapi.. perasaanku tidak bisa dibohongi. Ini adalah pertama kalinya aku jatuh cinta dan mengalami cinta bertepuk sebelah tangan sangat menyakitkan.

Setelah mereka selesai berciuman Mas Devan malah melihatku.. sungguh aku tidak pernah berniat untuk mengintip. Secepatnya aku masuk lagi apartemen setelah meminta maaf padanya. Ini membuatku canggung dan patah hati... sehingga keinginan agar segera melupakannya makin kuat.

Seharusnya aku memang tidak serakah... seharusnya cukup menjadi adik saja dan mendoakan Mas Devan bahagia. Tapi aku tidak sanggup... bagaimana bisa aku sanggup berada di sini jika dia bersama pacarnya?

Tidak bisa... aku tidak bisa berdiam diri disini, aku butuh memgembalikan emosiku agar stabil dan ceria lagi sehingga dengan segera aku memutuskan pergi keluar sementara untuk menikmati udara malam. Namun saat aku hendak pergi malah dihadang oleh Mas Devan.

Pikiranku hanya ingin cepat-cepat pergi sejenak untuk menenangkan hati ini. Sehingga aku hanya minta izin untuk keluar tanpa mendengarkan balasannya.

Saat berjalan menuju lift tanpa sadar air mataku jatuh begitu saja. Aku tidak tahu jika jatuh cinta bisa semenyakitkan ini terlebih orang yang kita cintai tidak tahu mengenai perasaan kita. Setelah sampai lift aku malah dihadang oleh Mas Devan lagi, aku.. tidak suka jika ada orang lain yang melihatku menangis.

"Cantika.. kamu kenapa? Ada masalah apa?" Tanya Mas Devan dengan raut khawatirnya.

"Aku baik-baik aja Mas Devan.. aku mau pergi dulu jalan-jalan" jawabku lemah.

Saat hendak memencet tombol lift dan terpisah dengan Mas Devan, seketika itu tanganku ditarik keluar dari lift begitu saja. Kenapa Mas Devan tidak bisa membiarkanku sendirian untuk saat ini?

"Aku gak akan izinin kamu keluar!! Lihat Cantika ini udah jam berapa?"

Saat kami saling berpandangan lagi tanpa sadar air mataku jatuh kembali bahkan semakin deras. Setelah itu kurasakan Mas Devan memelukku.... bagaimana bisa aku berhenti mencintainya jika dia terus bersikap lembut padaku.




............................





Tanpa terasa sudah datang lagi hari libur dan rencananya aku tidak akan melakukan apapun di hari ini. Tapi seseorang mengetuk pintu kamar dan ku yakin itu Mas Devan. Sungguh aku ingin menikmati hari yang singkat ini tanpa gangguan siapapun.

"Cantika.. hari sabtu dan minggu ini aku berencana nginep di vila bersama teman-teman yang lainnya, kamu mau ikut?" Ucapnya ramah.

"Hm... apa Mas Ridho juga ikut?" Tanyaku sambil menguap malas.

"Tentu aja.. dia kan juga temanku Cantika..."

Penampilan Mas Devan hari ini sangat tampan meski di hari-hari biasa pun dia memang sudah tampan. Mas Devan mengenakan kemeja biru langit dan celana hitam panjang yang membuatnya tampak gagah. Ah kalau begini bisa-bisa aku semakin betah memandangnya...

"Oke deh.. kalau begitu aku siap-siap dulu ya!"

Sesudah bersiap-siap kami pun kini semuanya kumpul di depan apartemen. Ku lihat Mas Ridho melambaikan tangannya dan aku balas tersenyum ceria.. selain itu aku juga melihat pacarnya Mas Devan hadir dan langsung memeluk Mas Devan erat. Tentu saja hatiku tidak nyaman dengan situasi ini, sambil menghela nafas panjang aku mengalihkan pandanganku pada hal lain saja. Aku harus bersabar dan yakin bisa segera melupakan Mas Devan, ini hanya soal waktu....

Saat ini ada sebanyak 6 orang yang ikut liburan di vila. Kabarnya vila ini merupakan vila orang tua Mas Devan, yah melihat ayahnya seorang jenderal polisi tentu tak heran jika beliau sangat kaya.

Posisiku saat ini duduk di belakang bersama Mas Ridho dan Mas Devan menyetir di depan duduk bersebelahan pacarnya yaitu Mba Sheza. Berkali-kali aku menghela nafas panjang karena melihat kemesraan mereka. Kenapa sulit sekali melupakan mas Devan ya Tuhan!!

"Cantika kamu baik-baik aja? Kamu gak mabuk darat kan?" Ucap Mas Ridho ramah dan aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

Mas Ridho mengusap kepalaku lembut... dia sebaik ini tapi aku belum juga jatuh cinta padanya. Padahal pasti menyenangkan jika perasaan kami saling berbalas. Hingga akhirnya kami sampai di vila setelah berada dalam perjalanan selama kurang lebih tiga jam.

"Kenalin nama gue Gladys dan ini Restu cowok gue yang juga temennya Devan di kepolisian" ucapnya ramah sambil menyodorkan tangannya.

"Iya.. salam kenal saya Cantika mba..." balasku sambil bersalaman dengannya.

"Gue denger-denger elo gebetannya Ridho ya? Jangan ragu terima Ridho.. dia cowok yang baik kok"

Setelah sampai vila dan istirahat cukup, aku pun memutuskan membantu Mba Gladys. Saat ini kami berada di dapur untuk masak makan malam berdua saja. Hal ini karena yang lainnya kelelahan terlebih para laki laki menyetir selama kurang lebih 3 jam.

Aku tentu saja sama sekali tidak keberatan karena memasak karena merupakan salah satu hobiku. Aku harap liburan ini memberikan kesan yang baik dan kami semua bisa menikmatinya.

Setelah selesai memasak aku memanggil semuanya untuk kumpul makan malam. Sayangnya aku tak melihat Mas Devan... karena ingin memberi tahu waktu makan malam telah tiba aku pun memutuskan untuk mencarinya di halaman sekitar.

Vila ini luar biasa indah karena tepat berada di sisi pantai sehingga saat matahari terbit kami bisa langsung menikmati pesonanya. Meski sudah malam dan angin laut terasa dingin aku tetap nekat mencari mas Devan. Sayangnya saat aku menemukannya dia malah sedang berciuman dengan Mba Sheza.

Tidak kuat dengan fenomena ini aku memutuskan segera kembali ke vila dan tidak lagi peduli Mas Devan sudah makan atau belum. Mataku berkaca-kaca tapi aku masih menahan diri agar tidak menangis. Saat sampai vila Mas Ridho mengajakku untuk makan malam segera dan menarikku agar duduk di sebelahnya. Aku hanya makan malam tanpa suara dan tak lama Mas Devan juga datang bersama pacarnya sambil bergandengan tangan.

Tidak peduli... aku pun secepatnya menghabiskan makan malam ini dan segera masuk kamar begitu saja. Setelahnya lagi-lagi aku menangis dan bertekad untuk hari yang akan datang tidak lagi tinggal bersama Mas Devan. Sepertinya tinggal sendiri bukan hal yang buruk toh ayah juga sudah di penjara.




...............................






Keesokan harinya kami semua berkumpul di pantai untuk bersenang-senang. Tapi aku hanya terduduk di kursi santai tidak mau melakukan apapun. Terserah sajalah aku hanya ingin tidur dan tidak melakukan aktivitas apapun untuk hari ini.

"Cantika kamu gak mau main-main di pantai?" Tanya Mas Ridho menghampiriku padahal aku sedang merasa malas.

"Mas Ridho aku lagi malas... oiya Mas Ridho tahu gak letak kos-kosan yang aman untuk perempuan.. kayaknya aku mau pindah deh!!"

"Lho kenapa kamu mau pindah dari apartemen Devan?" Tanyanya keheranan.

"Gak apa-apa Mas aku cuma mau hidup mandiri.. lagipula aku kan sudah kerja juga...."

Tanpa sadar ternyata Mas Devan mendengar apa yang ku ucapkan pada Mas Ridho dan seketika itu tanganku ditarik olehnya begitu saja. Aku tak mengerti ada apa dengan Mas Devan namun wajahnya menyiratkan sebuah kemarahan.



Bersambung....

TAKE ME OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang