13 - Fight

192 13 4
                                    

Ayo dukung dengan memberi voment!




Devano

Akhirnya aku memutuskan berpacaran dengan Cantika meski tentunya kisah kami banyak halangan dan rintangan. Tapi aku yakin bisa melaluinya dengan baik terlebih ada Cantika disisiku, namun memang tak mudah menghadapi Ridho apalagi kami sudah bersahabat dalam waktu yang lama. Bagiku Ridho itu bukan hanya sahabat tapi juga keluarga sehingga bersikap jujur padanya pasti akan menyakiti dia. Aku yakin Ridho pasti akan membenciku karena menikung Cantika duluan.

Sayangnya aku masih belum mendapat kesempatan untuk berbicara dengannya karena posisi kami sekarang sedang di luar dan masih dalam misi menangkap tersangka kasus pencucian uang. Apalagi target merupakan orang kaya yang memiliki banyak bodyguard. Tentu saja kami harus hati-hati dalam bersikap atau kami bisa kalah karena jumlah bodyguard lebih banyak.

Saat ini kami sedang terdiam di mobil belum melakukan aksi selanjutnya karena harus berhati-hati. Sayangnya persembunyian kami di mobil mulai diketahui oleh para bodyguard-nya terbukti dengan kaca mobil kami diketuk dan mobil kami mulai dihadang.

"Anjir kalau begini kita musti kabur nih, bahaya kalau misi kita dilanjutin!" Ucap Reza panik.

"Udah sekarang lo fokus nyetir dan tabrak aja mereka yang di belakang biar kita bisa kabur!" Balasku mencoba tenang.

Saat mobil kami menjauh mereka pun mulai mengejar kami. Sialnya lagi ban mobil dan kaca mulai terkena tembakan senapan mereka. Ini bisa sangat berbahaya bagi kami apalagi jika mobil ini oleng.

"Sial! Gak bisa dibiarin ini! Minggir lo Za biar gue aja yang nyetir!"

Setelah itu aku segera mengambil alih kemudi dengan laju hampir 250 km/jam. Mereka terlalu lihai untuk menjadi bodyguard sehingga kami segera berhenti di depan kantor polisi meski bukan di area tempat kerja kami demi mendapatkan keamanan. Tapi tampaknya mereka tidak menyerah juga terbukti tiba-tiba salah satu dari mereka memukul Ridho dari arah belakang. Dengan segera aku hempaskan dan mengacungkan pistol ke kepalanya agar bodyguard tersebut takut!

"Pilih masuk penjara atau mati?"



...........................



Tanpa terasa waktu sudah sore dan target belum berhasil kami ringkus. Karena kelelahan akhirnya kami semua hanya terduduk di kantor sambil meminum air putih dengan rakus. Memang sangat sulit menangkap penjahat yang memiliki banyak uang dan kekuasan. Kami pun tidak bisa memaksakan diri dan memutuskan untuk melanjutkan pengejaran esok hari.

Namun aku ingat satu hal, sebelum Ridho pulang ke rumah aku harus mengatakan hal penting soal Cantika. Aku tidak bisa membohonginya karena saat ini kami sudah berpacaran. Biarlah dia membenciku saat ini asalkan aku sudah berusaha jujur padanya!

"Dho gua mau ngomong sesuatu sama lo! Gue tunggu lo di smoking area..." ucapku sambil bergegas pergi.

Sesudahnya sampai aku tidak ingin membuang banyak waktu terlebih waktu hampir magrib dan kami semua harus segera pulang untuk istirahat. Waktu kami yang sangat sibuk jelas harus digunakan secara maksimal.

"Gue mau bilang kalau gue sama Cantika udah jadian.. gue minta maaf sama lo karena udah bersikap kurang ajar" ucapku dengan suara yang pelan.

"Anj*ng lo Devano! lo tau sendiri kan gue yang duluan suka sama Cantika dan sekarang elo dengan bangsatnya ngerebut dia dari gue!!" Balas Ridho sangat emosi bahkan ku lihat matanya memerah sambil mengepalkan tangan.

"Gue juga suka sama Cantika dan gue baru sadar sekarang-sekarang Dho! Gue minta maaf tapi Cantika juga suka sama gue..."

Tanpa membalas perkataanku Ridho langsung memukulku sampai terpental hingga akhirnya aku terjatuh. Bahkan dia kembali memukuliku lagi dengan membabi buta tapi aku sama sekali tidak membalasnya! Beruntung para polisi lain memisahkan kami dan berakhir dengan wajahku yang babak belur. Sungguh aku tak punya keberanian membalas pukulan Ridho karena aku memang sudah berbuat salah dengan merebut Cantik.

"Gue benci banget sama elo Dev! Mulai saat ini lo bukan sahabat gue ya setan!"

Setelah puas memukulku tentu saja Ridho pergi begitu saja dan menyisakan tubuhku yang merasa sakit. Ridho pantas membenciku karena aku telah mengkhianatinya dan memacari Cantika yang dia sukai. Tapi aku mau bersikap egois karena kami saling menyukai, apalagi Cantika bilang jika dia sudah menyukaiku sejak lama bahkan sebelum mengenal Ridho.

Dengan langkah gontai akhirnya aku pulang ke apartemen dan disambut oleh Cantika. Bahkan dia mulai mengobati lukaku dengan telaten dan penuh kasih sayang. Bagaimana aku bisa merelakan Cantika untuk Ridho jika aku juga sangat menyayanginya?

Sambil terus mengobati lukaku dan meniup-niupnya tanpa sadar aku tersenyum bahagia. Biarlah aku terluka asalkan bisa berada disisinya terus seperti ini.

Setelah Cantika mengobati lukaku kini kami hanya diam saling berpelukan lagi di kamarku. Cantika adalah hal terindah yang tidak akan pernah ku lepaskan, apalagi seumur hidup aku baru merasakan perasaan seperti ini meski dulu pernah berpacaran dengan perempuan lain. Sambil terus mencium rambutnya yang wangi stroberi aku mengusap pipinya yang lembut.

"Mas Devan gak boleh lagi ribut sama Mas Ridho atau nanti aku marah!" Ucap Cantika memandangku dengan wajah lucunya dan membuatku berkali-kali mengecup bibirnya.

"Karena aku mau egois untuk ngedapetin kamu dan jalan satu-satunya kita memang harus saling tonjok!!"

"Kalau gitu aku harus ketemu Mas Ridho dan bilang kalau ini salah aku karena aku yang duluan suka sama Mas Devan..." ucapnya membuat hati ini menghangat.

"Ini urusan laki-laki sayang... perempuan gak usah ikut campur" balasku kembali memeluknya erat.

Tak terasa akhirnya kami tidur sambil pelukan sampai esok hari dan aku baru sadar jika hari ini merupakan sidang perdana ayahnya Cantika. Tentu saja dia harus menghadirinya!

"Cantika hari ini ada sidang perdana ayah kamu..."

"Aku tahu Mas, kemarin pihak jaksa udah ngasih tau aku dan aku mau hadir pada hari ini" balasnya lembut dan ingin rasanya aku kembali mencium bibirnya karena gemas dengan keimutannya.

"Kita pergi bareng-bareng.."

Dia hanya menganggukan kepalanya dan itu sangat lucu, aku baru sadar keadaan Cantika sangat baik dibandingkan pertama kali bertemu dengannya. Aku bertekad dalam hati akan terus melindunginya dan tidak akan ada lagi orang yang berani melukainya.

Kami datang bersama-sama ke pengadilan untuk mengawal sidang. Saat mulai ku lihat keadaan Rozak lumayan memprihatinkan karena dia terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Tapi aku tidak akan merasa kasihan padanya karena kelakuan dia yang seperti setan kemarin-kemarin pada Cantika.

"Saudara Rozak apakah benar selama ini anda sering menyiksa putri anda sendiri?" Tanya hakim saat persidangan berlangsung.

"Dia pantas mendapatkannya karena istri saya meninggal akibat ulah dia!!" balas Rozak mulai memanaskan suasana.

"Ralat pak Hakim istri Rozak meninggal karena sakit keras bukan karena Cantika" ucap pengacara Cantika dan sedikit membuatku tenang.

"Jadi anda menyiksanya karena merasa emosi?" Tanya hakim kembali.

"Saya justru ingin anak sial itu mati saja!"

Keadaan sidang mulai ribut bahkan ku lihat Cantika mulai menangis mendengarkan ucapan ayahnya. Aku memegang tangannya erat dan menguatkannya dan Cantika hanya tersenyum kecut.

"Kalau anda terus seperti ini bisa-bisa hukuman anda akan kami tambah!!"

"Pak hakim terdakwa hanya sedang emosi saja kami mohon untuk memakluminya!" pengacara Rozak menginterupsi dan membuatku berdecih.

Bagaimana mungkin hakim harus memaklumi kelakukan Rozak yang sinting? Memang sudah seharusnya dia berakhir di penjara saja dan tidak usah keluar selamanya....




Bersambung.........

TAKE ME OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang